⚠️ : selfharm, blood, cutting
"Byul! Jangan gila! Ku mohon lepaskan itu," Solar sudah berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertindak gegabah.
Perlahan pecahan guci tadi menggores kulit mulus Byulyi.
"Star, ku mohon dengarkan aku. Aku merasa aman di dekatmu, aku bahagia bersamamu, aku senang menjalani hubungan kita. Lalu kalau kau pergi, apakah kau ingin meninggalkanku sendirian? Merasa tidak aman dan bersedih setiap saat? Berhenti Byul!"
"Star!" Teriakan Solar semakin keras saat Byulyi menggesekan pecahan tadi begitu cepat dan dalam. Darah merah kental segera turun mengotori lantai.
"Byul! Tidak, ku mohon jangan pergi," Solar mengusap air matanya kasar, panik menoleh kesana kemari mencari pertolongan. Ia seketika ingat kalau Byulyi bertetangga dengan SinB.
Solar segera berlari ke pintu belakang dan berteriak dari sana.
"SinB! Hwang Eunbi! Kemari cepat!"
Sedangkan gadis dengan warna rambut merah terang itu dengan panik berlari masuk ke dalam rumah Byulyi mengikuti Solar.
"Astaga! Unnie! Ada apa? Apa yang kalian lakukan?!"
"SinB, ini salahku. Aku sendiri yang mencoba pergi dari hidup Solar unnie. Ia akan tertekan jika aku terus hidup," Solar menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah berfikir seperti itu.
SinB segera kembali ke rumahnya untuk mencari kunci mobilnya, dan ketika hendak membawa Byulyi ke rumah sakit, Byulyi malah menolak.
"Jangan bawa aku ke rumah sakit. Biarkan aku sendiri," katanya lemah.
"Tidak akan! Aku tidak gila membiarkanmu sekarat seperti ini! Solar unnie menyayangimu, kau bukan hanya melukai dirimu tapi juga Solar unnie!" Bentak SinB karena panik.
SinB dan Solar segera membawa tubuh lemah Byulyi ke dalam mobil dan menancapkan gas nya membelah jalanan ibu kota ugal-ugalan.
Sesampainya di rumah sakit. SinB segera turun berteriak memanggil perawat atau siapapun yang bisa menolong tetangga yang sudah seperti kakak kandungnya itu.
Beberapa petugas segera mengeluarkan Byulyi dari dalam mobil dan memindahkan tubuh tak berdaya itu ke brankar rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Harapan mereka saat ini hanya satu, semoga tidak terlambat.
[♡]
{Solar POV}
Ini sudah hari ketiga sejak gadis itu menutup matanya. Membiarkan aku menangis setiap malam. Selama tiga hari juga aku terus mampir ke toko bunga milik ibu Yuju sebelum mengunjunginya dan disertai berdebat dengan ayah dan ibu sebelum berangkat.
Tempat ini, semakin lama aku semakin familiar. Aku hanya perlu berjalan lurus kemudian berbelok ke arah kanan untuk sampai ke tempatnya beristirahat. Sepertinya aku berkunjung kemari dengan mata tertutup pun bisa karena sudah terlalu hafal dengan tempat ini. Lama kelamaan penghuni tempat ini pun lelah terus melihatku berkunjung.
"Hai, Star!" Sapaku berusaha cerah kemudian meletakkan bunga yang kubawa ke tempatnya.
"Aku merindukanmu, ayo bangun. Ayah dan ibu sudah tidak peduli padaku. Aku juga tidak peduli. Mereka membuatku terbiasa hidup tanpa kedua orang tua. Sepertinya kalau aku kembali mempunyai hubungan denganmu, mereka juga tidak akan peduli."
Aku kembali diam, suara mesin itu berisik memenuhi ruangan. Aku menatap mata indahnya yang kini tertutup.
Ku genggam erat tangannya kemudian menunduk meletakkan kepalaku di dekat perutnya. Aku memejamkan mata menahan kantuk dan cairan yang akan meluncur.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Fine [MOONSUN]
Random"Ini bukan akhir yang tak bahagia, tapi pertemuan kita adalah kesalahan yang tidak aku sengaja"