06. Pain

179 20 0
                                    

Byulyi dan Solar sudah selesai dengan rutinitas malamnya sebelum tidur, mengoleskan berbagai macam cairan mahal ke kulit wajah. Mereka berbagi ranjang dan berbaring di sana menatap langit-langit kamar Byulyi.

"Byul-ah, tadi kau bilang tahu kalau keluargaku religius dari siapa?" Tanya Solar sambil tetap memandang ke atas.

"Hwasa, dia teman Wheein juga kan?"

"Iya, tapi kau kenal darimana?"

Byulyi kini merubah posisinya menatap Solar.

[♡]

{Byulyi POV}

Hari itu ketika aku pulang setelah menginap di rumahmu, aku mampir ke supermarket. Aku bertemu dengan Wheein dan Hwasa. Waktu itu, Hwasa menarik tanganku ketika aku akan keluar dari supermarket.

Kami berbincang cukup lama di sana. Wheein sempat cerita kepadaku kalau kau sangat murung ketika pulang bersama Wheein dan aku mengacuhkanmu. Wheein bilang selama ini unnie tidak pernah semurung itu ketika diacuhkan seseorang.

Lalu ketika Wheein mengatakan "tatapan Solar unnie kepadamu bukan seperti sahabat, Unnie. Apa mungkin dia menyukaimu?" Hwasa malah memukul kepalanya dan bilang kalau itu tidak mungkin karena keluargamu religius.

Dari situ aku mengenal Wheein dan Hwasa, dari situ juga aku berusaha meyakinkan diri kalau kita memang hanya bersahabat. Aku tidak bisa menyukaimu sebagai pasangan.

[♡]

{Author POV}

Solar tertegun menatap Byulyi. Ia semakin ingin menutup rapat hubungannya dengan Byulyi dari siapapun bahkan dari adiknya. Menurutnya melindungi hubungannya sama dengan menghubungi Byulyi. Ia berfikir kalau orang tuanya tahu maka hal besar akan terjadi.

Byulyi bisa melihat keresahan di mata Solar. Ia mendekat memeluk Solar dari samping.

"Unnie, tenanglah. Aku di sini," Byulyi meraih tangan Solar dan menempatkan di pipinya sendiri.

"Lihat, kau masih bisa merasakan pipiku di sini. Iya kan?"

Setelah melihat Solar mengangguk dan sedikit tenang, ia tersenyum senang. Byulyi berniat bangkit mengambil air minum untuk keduanya menjernihkan pikiran.

"Ahhh!" Byulyi memegang kepalanya.

"Byul! Kenapa? Pusing lagi?" Solar ingat Byulyi pernah pusing ketika mereka baru mengenal selama satu minggu.

"Iya, tenang unnie. Aku sudah bilang kalau aku sering seperti ini. Besok pasti sembuh," Byulyi berusaha menenangkan Solar meskipun kepalanya masih berdenyut sakit.

"Apa kau sudah periksa ke dokter? Aku khawatir Byul."

Byulyi kembali berbaring ke ranjang nya. Ia meminta Solar untuk ikut merebahkan diri di sebelahnya lalu membenamkan wajahnya ke dada Solar.

"Aku sudah pernah memeriksakannya ke dokter. Dokter bilang lukaku dulu terlalu dalam dan butuh waktu lama untuk sembuh. Tapi belum benar-benar sembuh aku sudah kembali mendapat pukulan berkali-kali. Tak apa, ini bukan masalah serius. Sekarang kita tidur."

Solar merasa masih banyak hal yang belum ia ketahui tentang Byulyi. Ia tidak memikirkan itu sekarang. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana membuat Byulyi merasa nyaman di dekatnya.

[♡]

"Byul! Kau gila? Dengarkan aku, kau tidak perlu berangkat kalau masih seperti itu. Aku tidak mau kau pingsan di sekolah!" Solar sudah frustasi karena sejak bangun tidur ia melihat Byulyi bersiap berangkat ke sekolah bersamanya dengan berbagai alasan.

It's Not Fine [MOONSUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang