JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA YA :)
*****
Tidur Hana tertanggu oleh mba Riri yang tiba tiba mengetuk pintu kamarnya. Padahal semalam ia sudah berpesan untuk tidak membangunkannya dihari liburnya. Entah mba Riri lupa, Hana duduk perlahan sambil mengumpulkan nyawa yang sempat hilang entah kemana. Dengan berusaha untuk menyadarkan diri, ia berjalan gontai kearah pintu karena mba Riri masih belum berhenti mengetuk pintunya dan menyerukan namanya.
" Ada apa mba? kan aku udah pesan jangan bangunin aku, sekarang hari libur aku mba, mba lupa ya ? " ucap Hana bersandar di tepian pintunya dengan mata yang enggan rasanya terbuka.
" Ada teman non di bawah, nyariin non, cowo non, cakep lagi " mba Riri menggoda Hana dipagi hari ini. Hana menyelami pikirannya sendiri, siapa teman nya yang datang sepagi ini, dan cowo. perasaan dia tidak punya teman cowo. Tapi setelah mba Riri permisi untuk meninggalkannya ia baru sadar, kalau dia ada rencana hari ini dengan Jeevan, apakah cowo yang dimaksud mba Riri itu Jeevan. Tanpa cuci muka atau apapun Hana langsung kebawah melihat apakah benar Jeevan atau tidak.
Dengan setelan celana jeans hitam dan kaos hitam yang dilapisi jaket kulit, Jeevan duduk sambil bersandar di sofa ruang tamu Hana , " Kamu melupakan janji dengan saya ? " . " Jam segini masih belum bangun, cuci muka dulu, itu iler kamu juga bersihin sekalian. " Hana langsung mengusap wajahnya pelan. " IIh apaan sih, tunggu gue siap siap dulu, sumpah gue lupa " ia langsung berlari kekamar untuk bersiap siap, padahal janji mereka jam 9 sedangkan sekarang baru jam 7.
*****
" Aduh nak Jeevan, selamat datang kembali " ucap Bunda Ana pemilik Panti Asuhan Kasih. Ketika hendak berjalan mengikuti Bunda Ana, Hana menarik tangan Jeevan dengan tatapan meminta penjelasan. " Benar, saya ajakin kamu ke Panti Asuhan, karena saya setiap hari sabtu diminggu ke empat pasti bantu bantu disini, kamu ikutin saya aja, ga lama kok " ujar Jeevan. Hana hanya bisa menerima, karena ingin pulang pun dia tidak tau ini daerah mana, karena Hana belum terlalu hapal jalanan Bandung.
Diruangan yang tidak terlalu besar, Jeevan dan Hana membantu untuk membersihkan ruangan yang digunakan sebagai ruang belajar bagi anak anak panti, selain Jeevan ada beberapa guru yang juga menjadi relawan untuk mengajarkan tulis dan baca untuk anak anak disini.
Mengetahui kedatangan Jeevan, Anak anak yang awalnya sedang bermain, berlarian melihat kedatangan Jeevan. Terlihat senyum bahagia dari mata anak anak panti yang terhitung sekitar 10 orang. Ada yang langsung memeluk Jeevan, senyum tulus dan bahagia tergambar jelas dibibir Jeevan. " Kak Jeevan kok lama banget kesini nya, kan Elsa kangen, kakak hari ini bawa apa ? " ucap salah seorang anak yang memeluk Jeevan tadi. " Mana tas nya ? " seru Jeevan. Hana langsung memberikan tas Ransel yang Jeevan titipkan kepadanya.
" pantes aja berat, isinya mainan sama makanan sebanyak itu " batin Hana. Tas yang sedari tadi ia sandang ternyata berisikan banyak sekali mainan. Jeevan memberikan mainan itu satu persatu untuk anak anak disana. Suasana disana sangat bahagia, terlihat juga anak anak yang langsung berlarian kearah lapangan untuk memainkan mainan yang diberikan Jeevan.
" Ternyata lo baik juga ya " ucap Hana yang melihat anak anak yang berlarian itu.
" Saya baik hanya kepada orang yang saya anggap special, termasuk mereka, walaupun saya dan mereka tidak ada hubungan darah, namun mereka adalah keluarga bagi saya. Mereka sangat butuh sosok yang sayang kemereka. Disini rata rata anak yatim piatu yang di asuh Bunda Ana, selagi kita bisa berbagi kebahagiaan kita kepada mereka, kenapa tidak ? " Jeevan merotasikan matanya kearah Hana yang seperti kagum dengan kalimat yang Jeevan ucapkan barusan.
" Kak Jeevan, ayo sini, pacar kak Jeevan ajakin juga " sorak salah satu anak. Jeevan hanya tersenyum dan langsung meraih tangan Hana. Mereka berlari menuju lapangan yang berada di depan ruangan tersebut untuk bermain bersama anak anak.
![](https://img.wattpad.com/cover/268409308-288-k710212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Met You In My Dream
Teen FictionSampai sekarang, rasa itu belum tersampaikan.