Sebuah rumah mewah minimalis berlantai dua, berdiri kokoh diantara pepohonan rindang di samping-sampingnya. Rumah itu menggunakan dinding kaca di beberapa bagian luar rumahnya dan pagar tinggi yang terbuat dari kayu Ulin berwarna coklat.Di dalam rumah itu sepasang suami istri sedang duduk berhadapan di kursi besi yang terletak di pinggir kolam outdoor rumahnya. Mereka sedikit berbincang sambil menikmati secangkir teh di bawah terangnya cahaya bulan. Keduanya sudah terlihat tidak muda lagi, namun kondisi badan mereka masih tetap sehat dan bugar.
Sang istri yang dari tadi menatap keanehan di raut wajah suaminya, merasa sedikit cemas. Dengan berani wanita berumur 45 tahun itu, meraih tangan suaminya yang berada di atas meja dan mengusapnya pelan.
"Ada apa sayang, kamu lagi mikirin apa? Tanya sang istri dengan lembut dengan raut wajah khawatir.
Sang suami tersadar dari lamunannya dan langsung melihat Istrinya yang kini menatapnya serius.
"Papah lagi memikirkan anak kita mah, sampai sekarang dia belum bisa berubah dari kebiasaan buruknya, Dia bahkan tidak perduli dengan kuliahnya, sementara, dia adalah penerus satu-satunya perusahaan kita di Korea."ucap sang suami yang meluapkan beban pikirannya dari tadi.
"Papah gak perlu khawatir, mamah yakin Alfrie bakal berubah seiring berjalannya waktu, tapi untuk sekarang dia pasti masih ingin menikmati masa remajanya, apalagi umurnya masih 19 tahun.
"Mau sampai kapan mah?, Dari dulu Alfrie gak pernah berubah sampai sekarang. Dia masih suka berkelahi, selalu menghamburkan uang dan terus minum-minuman keras. Papah sudah suruh Diko untuk membuatnya berubah, tapi tetap tidak bisa. Bagaimana lagi menasehati anak itu.
"Tapi kita juga harus mengerti perasaan dan keinginan Alfrie pah, kita gak bisa terlalu memaksakan dia." Bela sang istri.
"Papah gak memaksa dia, papah cuman mau Alfrie itu berubah menjadi anak yang lebih baik mah, itu juga untuk masa depan dia."
Sang istri terdiam mencerna ucapan suaminya, semua yang suaminya katakan adalah benar. Tapi mereka juga tidak bisa lupa jika anaknya itu mempunyai sifat yang keras kepala dan hanya ingin melakukan apa yang dia suka. Seperti itulah watak Alfrie anak satu-satunya dari keluarga ini.
"Tapi papah sudah membuat keputusan."Sambung sang suami dengan nada dingin.
Mendengar ucapan itu Sang istri langsung menatap serius suaminya.
"Bulan depan papah akan kembali ke Korea. sebelum pergi, papah akan cari cara supaya Alfrie bisa menjadi anak yang lebih baik, papah akan lakukan cara apapun untuk membuat dia berubah. Ini sudah menjadi keputusan mutlak." Ucap papah Alfrie dengan nada serius dan penuh harapan besar.
Sang istri terlihat sedikit terkejut mendengarnya. Tapi jika sudah seperti ini dia tidak bisa berbuat banyak, hanya akan mengikuti kemauan dari suaminya saja.
•∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆•••••
Alfrie dan Diko terlihat keluar melalui pintu bar dengan Diko yang sekarang merangkul Alfrie. sahabatnya itu sudah sempoyongan karena mabuk, Untungnya Diko sudah paham dengan kebiasaan Alfrie yang selalu minum banyak saat di bar. jadi Diko memilih untuk minum sedikit, agar kejadian bulan lalu saat mereka berdua mabuk sampai tidur di dalam bar tidak terulang lagi. Setelah sampai di tempat parkir Diko langsung menyenderkan tubuh Alfrie ke pintu mobilnya Alfrie.
"Mana kunci mobil lo biar gua yang nyetir."pinta Diko.
"Terus motor lo gimana bro."ucap Alfrie dengan lambat layaknya orang mabuk.
"Tinggal aja disini besok gua ambil, udah mana kunci lo Al."
Alfrie yang dengan mata terpejam dan sedikit sadar, mencoba mencari kunci mobilnya dengan meraba-raba seluruh badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASON
RandomTidak semua yang kau pikir baik akan benar-benar baik. begitu juga jika kamu berfikir hal itu buruk, belum tentu akan benar-benar buruk. semua yang telah terjadi pasti ada alasan dibaliknya, tergantung kita yang menilai hal itu. _Alfrie atharwa_