"Saya tidak mungkin melakukan itu pak, karena hal itu sudah melanggar kebijakan rumah sakit."tolak seorang dokter penuh penekanan."Tapi ini untuk kebaikan anak saya Dok, keputusan ini sudah saya pikir matang-matang dan saya yakin keputusan ini yang terbaik."keukeh Joon Woo dengan keputusannya.
dokter itu hanya diam sambil memikirkan ucapan Joon Woo. Pria berdarah Korea itu terlihat sangat berharap, agar dokter itu bisa bekerjasama dengannya.
"Mohon maaf pak saya tidak bisa menyetujui permintaan bapak, saya harap bapak bisa mengerti."tolak dokter itu lagi tetap dengan pendiriannya.
"Kalau begitu bagaimana jika saya memberikan satu milyar untuk kesepakatan kerjasama kita, dan setiap Minggu saya akan membayar lima puluh juta untuk perawatan anak saya "tawar Joon Woo penuh keseriusan di setiap nada bicaranya.
Yuni sedikit kaget dan begitu juga dengan sang dokter. Joon woo terus menatap dokter itu menunggu jawaban. Dokter itu terlihat berfikir keras, menimbang-nimbang lagi keputusan yang ingin dia ambil.
"Baiklah saya setuju."putus dokter itu dengan menjabat tangan Joon Woo.
Joon woo tersenyum miring dengan triknya. Ia mengumpat dokter itu kasar dalam hati, sungguh uang bisa menjadi jalan keluar yang handal pikirnya.
Setelah menyelesaikan urusan dengan dokter itu Pak Joon Woo dan Yuni, langsung kembali menuju ruang IGD untuk melihat kondisi anaknya. Keduanya terlihat berekspresi yang sulit diartikan.
Sebelum memasuki kamar IGD pak Joon Woo menarik tangan Istrinya pelan untuk berhenti. Pak Joon Woo menatap istrinya yang sekarang matanya berkaca-kaca. Joon woo tersenyum kecil sambil mengangguk pelan, seakan memberi ketegaran untuk istrinya.
"Ini semua untuk kebaikan Alfrie."ucap Joon woo lembut dengan nada meyakinkan.
Yuni menghapus air matanya yang tiba-tiba jatuh, perasaannya sangat sakit untuk bertemu dengan Alfrie sekarang. Yuni Sangat tidak tega, tapi keputusan itu harus dilakukan.
Joon Woo memutar gagang pintu sembari memasuki kamar IGD dengan yuni, terlihat Alfrie sudah sadar dan matanya bertatapan langsung dengan kedua orangtuanya. Melihat itu Yuni cepat-cepat menghampiri Alfrie yang sedang duduk di kasur, dan Langsung memeluknya. Alfrie tersentak kaget namun hatinya sangat bahagia, yuni yang tida bisa menahan air matanya lagi, langsung menangis deras dipundak Alfrie. Joon woo dengan sigap mengelus kepala isterinya berusaha menenangkan."Bagaimana kondisi kamu nak?" tanya yuni lembut setelah melepas pelukannya.
"Masih sedikit pusing mah."rengek Alfrie berekspresi gemas yang dilihat yuni.
Yuni mengelus pelan dahi Alfrie yang diperban sambil meniup-niupnya, seolah meredakan rasa sakit di kepala Alfrie.
"Kenapa bisa jadi seperti ini, Pasti kamu mabuk-mabukan lagi kan!" potong Joon woo dingin dan langsung mengubah suasana menjadi tegang.
Tak ada jawaban dari Alfrie, dia hanya bungkam sambil membuang wajahnya kesal.
"Sudah berapa kali papah bilang sama kamu, kamu itu harus belajar, pikirin masa depan kamu jangan cuman main-main aja, kamu itu pewaris papah satu-satunya untuk melanjutkan bisnis papah!"murka Joon woo tegas dan memberi penekanan di ucapan terakhirnya.
Merasa suasana menjadi panas Yuni dengan cepat langsung memeluk tangan Joon Woo, untuk menenangkan suaminya. Joon woo menghentikan ucapannya sembari berusaha tenang. Alfrie tak menjawab apapun dari pertanyaan Joon woo, dia tetap diam meskipun hatinya ingin mengumpat kasar kepada ayahnya itu.
Beberapa saat hening sampai pintu kamar terbuka pelan, oleh dua orang berseragam putih yang memasuki ruangan. Dokter bersama satu susternya berdiri berhadapan dengan Joon Woo dan yuni, dan menjadikan tempat tidur Alfrie sebagai pembatas diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASON
RandomTidak semua yang kau pikir baik akan benar-benar baik. begitu juga jika kamu berfikir hal itu buruk, belum tentu akan benar-benar buruk. semua yang telah terjadi pasti ada alasan dibaliknya, tergantung kita yang menilai hal itu. _Alfrie atharwa_