02 | Pesan Aneh

16 7 21
                                    

Haloooo, apa kabar teman-teman?

Gak usah banyak chit chat yok. Langsung gas ajaa! 

Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri.

Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 2 | Pesan Aneh

"Lebih baik diam dan segera selesaikan, daripada terus berbicara namun tak membuahkan hasil sama sekali."

- Abraham bijak

🎶Now playing : Remaja - Hivi!🎶

Suara kegaduhan meramaikan kelas yang baru saja ditinggalkan oleh seorang guru. Kabar burung mengenai rapat para guru yang sempat didengar dari kelas sebelah itu akhirnya diperjelas oleh sang ketua kelas yang memberitahu bahwa guru pada mata pelajaran kali ini tidak akan memasuki kelas.

Andai saja jam kosong ini ada di jam terakhir, sudah bisa dipastikan anak-anak itu akan hilang dari lingkungan sekolah. Namun sayang, jam kosong kali ini ada di pertengahan antara istirahat pertama dan istirahat kedua. Alhasil, anak-anak sekolah itu tidak dapat segera pulang.

Dan lebih parahnya lagi, guru kimia kesayangan mereka justru memberikan tugas alih-alih membiarkan mereka merasakan kebebasan. Sungguh, siksaan yang amat berat bagi siswa-siswa malas seperti teman-teman Abraham.

Di saat laki-laki pendiam itu sibuk menuliskan berbagai reaksi kimia di lembar tugas, teman-temannya yang tidak budiman itu justru sibuk membicarakan hal yang tidak berguna.

"Ham, nanti lihat punya lo ya!" ucap seseorang di balik punggungnya. Bangku orang itu berada tepat di belakang Abraham, membuat Abraham hanya bisa mendengar suaranya.

"Wah, tidak semudah itu ferguso. Gue udah booking duluan," sahut teman sebangkunya.

Terdengar balasan yang sedikit lebih keras dari sebelumnya. "Eh, lo gak ada minta ya. Jelas-jelas gue duluan!"

"Gue duluan lah! Lo aja yang gak denger. Suara gue kan invisible," timpal lawan bicaranya.

"Suara memang invisible bego! Lo pikir lo bisa liat suara lo?"

Hening. Lawan bicaranya tak lagi menyahutinya. Mungkin dia baru saja menyadari kebenaran itu.

Abraham tak ingin ambil pusing. Dia hanya diam dan meneruskan pekerjaannya. Karena baginya, lebih baik diam dan segera selesaikan, daripada terus berbicara namun tak membuahkan hasil sama sekali.

"Daripada lo berdua sibuk minta jawaban, mending lo berdua coba kerja sendiri. Nah, Nanti kalau gak ngerti baru lo tanya Abraham," nasihat teman sebangku Abraham, Zerda namanya.

Lebih lengkapnya lagi adalah Zerda Ardibakara. Seorang remaja laki-laki yang telah menjadi teman sebangkunya sejak kelas sepuluh. Rambutnya disisir rapi ke arah kanan dengan hidung mancung yang besar. Mirip seperti Jenny versi laki-laki, namun dengan tingkat kebucinan yang di atas rata-rata.

Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang