Sudah seminggu semenjak Bulan menjadi Ketua Murid. Sudah seminggu juga Bulan terus sibuk dan mengeluh kepada Ayla.
Tidak hanya jadi ketua murid, Bulan juga dipercaya sebagai sekretaris OSIS. Jadi, Ayla mau tidak mau harus menjadi orang pertama yang mendengar semua keluhan Bulan.
"Sebel, Ay," rengek Bulan.
"Iya, Bulan. Kalau lo capek, lo bisa istirahat sebentar. Jangan dipaksain," ucap Ayla.
"Tapi apa bakal baik baik aja kalau gak ada gue?"
"Lo cuma harus percaya, Lan. Gue tau ini gak mudah buat lo. Sibuk sana sini. Dikit dikit Bulan, dikit dikit Bulan. Tapi lo bakal rasain manfaatnya kalau lo udah lulus dari sini. Selagi masih kelas sebelas, Lan. Cari pengalaman sebanyak-banyaknya." Ayla tak henti-hentinya memberikan kalimat penenang bagi Bulan. Ia rasa, mungkin Bulan hanya perlu teman berbagi keluh dah kesah.
Bulan menerima dengan baik masukkan dari Ayla. Baginya, Ayla tidak hanya sekedar teman. Lebih dari itu. Ayla sudah ia anggap sebagai saudara, terlebih memang pada kenyataan Bulan tidak dekat dengan saudara manapun.
*****
Seminggu bersekolah disini, bagi Zion sangat menyenangkan. Gentala tidak seburuk yang ada dipikiran nya ketika pertama kali mereka bertemu. Gentala orang yang seru, dan bisa Zion andalkan. Selain Gentala, ada Rion dan Megan yang selalu bersama Zion.
Zion, baru minggu pertama ia ada di ekskul basket, pelatihnya langsung menunjuk dia sebagai ketua. Karena ketua kelas dua belasnya sudah sibuk dengan berbagai macam hal.
Banyak yang tidak setuju, tetapi setelah Zion memperlihatkan permainan nya, mereka pun mencoba menerima. Meskipun tetap saja, Zion hanyalah murid baru dengan banyak penggemar.
Kini Zion dan yang lain sedang berkumpul di kantin. Membahas berbagai hal yang tidak penting.
"Ehh, lo pada tau gak?" Itu Genta yang memulai percakapan.
Semua pandangan tertuju padanya. "Kiko enak tau."
Genta tertawa terpingkal. Zion, Rion dan Megan hanya menatapnya aneh.
Ohya, sedikit informasi. Zion dan Rion adalah saudara sepupu. Rion, adalah anak dari adik papa nya Zion. Mereka tidak begitu dekat sebelum disatukan pada sekolah yang sama.
"Jayus banget anjir," ucap Megan.
"Tau lu, garing," sahut Rion.
Genta mendelik tak suka. "Hargain dikit kek, bangsat."
Percakapan mereka terhenti ketika ada tiga perempuan yang menghampiri meja mereka.
"Zion," panggil salah satu dari mereka. Dia adalah yang paling menonjol diantara dua yang lain. Lihat saja, riasan nya tidak seperti anak sekolah. Zion menatap tak minat kearah ketiganya.
"Gue mau ngasih ini ke lo," ujar cewek itu.
Ia mengulurkan tangan nya. Ditangan nya terdapat paper bag yang isinya adalah sarapan untuk Zion.
Zion menerima paper bag tersebut. "Thanks."
Itu membuat Nara kegirangan. Lalu duduk disebelah Zion. Zion yang melihat hal tersebut hanya mendengkus pelan.
"Aku suapin ya?" Tanya Nara.
"Gak usah."
"Ayo lah, Zi."
Zion menghela nafasnya lelah. Selama satu minggu terakhir, cewek ini selalu saja mengikutinya. Ini adalah paper bag kesekian yang Zion terima namun sama sekali tak ada yang ia tahu isinya apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
recountry
Подростковая литература" Pada kisah yang tidak pernah terjadi namun tetap akan berakhir. Pada semesta yang suka mempermainkan takdir ; aku berdiri disini tanpa aba. Pijakan yang membawaku pada tempat tenang namun indah nya tetap kosong. "