BAGIAN DUA

14 2 0
                                    

Rumah mewah yang terlihat seperti Kastil itu masih terlihat sama sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya di sana. Ada beberapa hal yang kini telah berubah dari foto ibunya yang dulu terpajang indah di dinding rumah besar itu, kini di gantikan oleh wajah wanita lain setelah Ayahnya menikah lagi.

Mengepalkan tangannya kuat.

Dari jauh terlihat sang Ayah mendekat bersama wanita itu, ibu tirinya. Wanita yang menjadi salah satu dari banyaknya alasan tak ingin membuatnya kembali kerumah tersebut. Karena, baginya Kim Jiwoon adalah satu-satunya orang yang menjadi ibunya. Selamanya seperti itu dan tak akan pernah berubah.

"Apa hanya dengan paksaan seperti ini membuatmu kembali?"

Anna tahu dengan jelas maksud perkataan sang Ayah. Selama ini ia terus menghindar dari orang-orang suruhan Ayahnya yang ingin membawanya kembali. Karena tidak ada lagi sosok yang menjadi alasannya untuk pulang.

"Apa yang ingin Anda katakan, Tuan Kim? Saya tidak punya waktu untuk basa-basi seperti ini." Ucapnya menatap raut sang Ayah mengerut marah.

Ia sengaja bersikap seperti itu. Dinding yang sudah ia bangun semenjak sepuluh tahun yang lalu, sejak ibunya memilih pergi.

"Kim Anna. Begitukah caramu bicara dengan Ayahmu sendiri? Dimana sopan santunmu?" Ucap wanita yang kini menyandang sebagai nyonya Kim di rumah tersebut.

Anna diam. Menatap datar kedua orang itu. Ada rasa muak yang sejak tadi berusaha ia tahan untuk tak mengeluarkannya di sana.

"Jika tidak ada yang ingin di bicarakan, saya akan pergi." Ucapnya berniat berbalik untuk pergi. Jika terus berada lebih lama di sana akan membangkitkan luka lamanya yang ingin sekali ia kubur dalam-dalam dari ingatannya.

"Mau pergi kemana kau anak kurang ajar!"

"Temuilah anak dari ketua Taesung itu. Kau harus tau itu harga karena kau telah terlahir dan menyandang marga keluargaku."

Saat kakinya baru akan melangkah suara sang Ayah menghentikannya. Tanpa berbalik ia dapat mendengar intonasi keras itu di balik punggungnya.


Suara itu menggema menusuk sampai kedalam hatinya tersenyum miris menatap pilar-pilar besar dalam rumah mewah itu dengan kosong.

Benar, jika saja selama ini ia tak menyandang marga keluarga Kim di belakang namanya. Mungkin saja ibunya masih tetap hidup dan ia tak perlu merasa sesakit ini sekarang.

Keputusannya sudah benar, seharusnya ia tak perlu kembali lagi kerumah itu hanya untuk menambahkan luka lamanya.

Namun, ada satu hal yang begitu patut ia syukuri. Apartemen dan seluruh gedung yang ia tinggali merupakan aset dari sang ibu. Jadi ia tak perlu memiliki alasan untuk kembali kerumah manapun, karena hanya itu rumah satu-satunya tempat ia pulang.

Mengambil langkah lebar untuk segera mencapai mobilnya, meninggalkan seluruh rasa sakitnya di sana.

"Anda baik-baik saja, Nona?"

Anna menaikkan pandangnya pada pria paruh baya yang menjadi orang yang selama ini ada di sisinya itu dengan sendu. Lalu, menggeleng.

"Ya, seharusnya bagitu."

****

Taehyung mendengar orang-orang membicarakan Kim Anna di belakang disaat gadis itu tak ada disana, ia tak mengerti dengan orang-orang itu. Mengapa mereka begitu suka mencampuri urusan orang lain, dengan tak tahu malunya berbicara buruk tentang kehidupan orang lain. Seolah-olah hidup mereka tak memiliki kekurangan apapun untuk bisa dibicarakan.

WINTER FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang