Nabeel mendudukkan dirinya tepat di pinggiran rel kereta, membiarkan angin membuat rambutnya bergoyang sementara tubuhnya mulai merasakan kedinginan karena hujan telah membasahi pakaian yang dia kenakan. Namun sekali lagi Nabeel tidak peduli, bahkan pada tubuhnya sendiri.
Punggung tangannya yang terluka karena jarum infus yang ia cabut paksa pun tak ia hiraukan.
Setelah kabur dari rumah sakit karena alerginya terhadap udang saat makan bersama Fera kemarin, kini Nabeel melarikan diri ke dekat stasiun kereta. Duduk sendiri berteman angin dan hujan yang membasahi tubuhnya.
Terkadang Nabeel mulai lelah dengan hidupnya yang mulai berantakan sejak di Bandung. Keluarganya yang harmonis kini tak lagi utuh, ada begitu banyak keretakan yang siap merobohkan pondasi keluarganya yang tak sekokoh dulu. Belum lagi ada sosok yang harus selalu ia perankan karena rasa bersalah.
Galang.
Sosok yang seharusnya telah tiada namun di hadirkan kembali pada sosok Nabeel. Wajah keduanya mirip, namun mereka sangat berbeda. Galang yang selalu dilimpahkan kasih sayang sementara dirinya yang hidup menjadi pelampiasan. Keduanya berbeda, bahkan banyak yang Galang sukai sementara tidak disukainya. Salah satunya udang.
Galang memilih udang sebagai makanan favoritnya, namun Nabeel memilih udang sebagai hewan pembunuh.
Udang mampu membuatnya hampir dijemput malaikat setiap kali memakannya. Namun kini, Nabeel pun kerap ingin melenyapkan dirinya ketika mulai lelah. Sudah hampir tiga kali dia mencoba untuk lenyap dari dunia namun Tuhan selalu memiliki rencana. Semua usahanya hanya membuahkan kegagalan, yang kedua dipercobaan bunuh dirinya bahkan ia harus kehilangan kembarannya karena telah menyelamatkannya.
Karena itu lah, sosok Galang kembali dia hadirkan karena ada seseorang yang begitu kehilangan setelah Galang tiada. Fera Nuraini Atmaja.
Gadis yang terpaut satu tahun di atasnya itu merupakan kekasih Galang, yang begitu kehilangan sosok kembarannya hingga jiwanya mulai rapuh. Gadis itu tak menerima kabar kematian Galang dan selalu menganggap Galang masih hidup.
Terkadang Nabeel lelah untuk menjadi dua sosok yang sangat berbeda, belum lagi setelah kematian Galang orang tuanya pun tak pernah menganggap dirinya ada.
Mereka mungkin bertanya siapa yang akan Nabeel pilih, namun bukan karena mereka menyayanginya. Melainkan karena ada alasan kenapa orang tuanya ingin Nabeel ikut mereka.
Hujan yang menerpa tubuhnya tak lagi Nabeel rasakan, ia mendongak dan mendapati sebuah payung yang kini telah menaungi tubuhnya.
"Ini kedua kalinya kita bertemu di rel kereta."
Mengetahui siapa yang telah bersamanya kini Nabeel memilih untuk kembali menatap ke depan pada pohon yang berdiri menjulang di sisi rel.
"Ah, lebih tepatnya tiga kali kita bertemu kalau di restoran bisa terhitung."
Gadis itu kembali berbicara, masih memandang sosok Nabeel yang tak juga menghiraukannya.
"Tetapi kemarin kenapa lo menjadi orang yang berbeda?"
Hening.
Tak ada lagi ucapan yang ke luar dari bibir gadis berambut pendek dengan sweater hitam dan celana jeans sobek di sekitar lutut yang ia kenakan. Vanya masih menunggu Nabeel berbicara namun pemuda itu memilih bungkam bahkan setelah lima menit ia menunggu.
![](https://img.wattpad.com/cover/262541781-288-k458520.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyu Geni || Lee Haechan
Novela JuvenilNabeel Gibran Rafassya tidak lagi memiliki alasan untuknya tetap bertahan ketika rumah yang seharusnya menjadi tempatnya untuk pulang sudah tak bisa lagi ia harapkan. Ketenangan dan kebahagiaan tak lagi dia rasakan ketika teriakan dan cacian mendomi...