Tahun demi tahun berlalu. Jisa tetap berusaha hidup untuk mengurus anak-anaknya di rumah yang sama saat Ia masih tinggal bersama Varan dulu. Jisoo tidak akan pergi dari rumah itu karena Ia akan selalu mengingat bagaimana Taehyung pernah membuatnya bahagia namun juga pernah membuatnya sangat terluka.
Sebelas tahun berlalu bagai tetesan air yang mengisi sebuah danau kering. Terasa begitu lama namun ketika berlalu, semua terlihat cepat. Sebelas tahun lalu dimana Ia dan Varan dihadapkan di ruang persidangan, dimana dalam wajah Varan yang datar ia sama sekali tidak mengatakan apapun. Jisa sudah mengubur cintanya jauh-jauh. Itu juga yang membuatnya berpikir bahwa semua lelaki pada akhirnya sama saja. Sama seperti ayahnya, tukang selingkuh.
Mungkin tak semua lelaki seperti itu. Contohnya saja seperti Bi Surti dan Pak Wawan. Mereka adalah pasangan suami istri yang usia pernikahannya masih langgeng dari 24 tahun lalu. Keduanya diangkat sebagai ART sejak Jisa resmi bercerai.
Hidup Jisa berubah, lebih tepatnya Ia sendiri yang mengubah hidupnya. Kini dirinya bekerja di salah satu perusahaan swasta yang gajinya cukup tinggi dan mampu membiayai keluarga kecilnya sendiri.
Walaupun Jisa bisa saja menjadi CEO di perusahaan ayahnya, namun itu sama saja seperti membuka luka lama. Ia sudah biasa berjuang sendiri semenjak ibunya meninggal. Jisa bahkan sudah berjanji kepada mendiang ibunya untuk mencari pasangan yang layak, tidak seperti ayah. Namun janji itu pada akhirnya tidak akan terpenuhi. Seperti perkataan yang melayang begitu saja ditengah badai ganas.
Hari Jisa dimulai dari menyiapkan anak-anaknya untuk pergi ke sekolah. Dahlia kini sudah kelas 10 SMA. Dirinya telah tumbuh dewasa penjadi gadis yang cantik dan senyumannya yang manis. Dan satu lagi, setelah Jisa bercerai Ia ternyata tengah mengandung seorang anak. Sampai anak itu lahir, Jisa belum pernah memberitahukannya pada Varan. Untuk apa juga, Ia rasa hal itu tidak perlu.
Jisa kini sudah siap dengan blazer abu-abu nya untuk berangkat ke kantor. Wanita itu berangkat lebih awal karena akan ada pergantian manager di kantor tempatnya bekerja. Sebagai sekretaris manager, ia rasa ia harus memberikan kesan baik di hari pertama.
Jujur saja, Jisa sebenarnya belum tahu siapa manager baru ini.
Siapapun orangnya, Jisa tidak peduli karena selama ini Ia bekerja sebagai profesional tanpa pandang bulu apalagi ketampanan, yang penting orang tersebut mempunyai standar kualitas yang baik.
"Dahlia, Ayuna bunda pergi dulu. Nanti kalian berangkat naik bis aja ya ke sekolah," teriak Jisa sambil memakai sepatu di ruang depan.
"kenapa ngga naik mobil aja Bund? Pak Wawan gabisa emangnya?" sahut Dahlia yang turun sudah menggunakan seragam, dia hendak sarapan terlebih dahulu disusul adiknya yang turun dengan masih menggunakan piyama dan rambut seperti singa.
"Pak Wawan lagi cuti, anaknya abis lahiran, sayang," jawab Jisa dan langsung pergi setelah memberikan sejumlah uang dan satu kecupan.
Dahlia dan Ayuna hanya mengangkat bahu seolah semua ini memang sudah menjadi hal biasa bagi mereka. Ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa waktu, hidup tanpa sosok ayah yang mereka butuhkan, bahkan Ayuna saja tak pernah sekalipun melihat ayahnya.
"Yun, kakak mau berangkat sekarang soalnya ada kumpul osis," Ujar Lia sambil menghabiskan potongan rotinya.
"Yah... kak, tunggu Yuna sebentar emang ngga bisa?," Jawab Ayuna.
"Kalo nunggu kamu bisa-bisa telat nanti, salah sendiri udah setengah tujuh belum mandi. Lagian kamu udah SMP, harusnya bisa naik angkutan umum sendiri," nasehat Lia.
"Nanti kalo aku ilang, yang salah Kakak pokoknya," Balas Yuna jengkel.
"Mana mungkin nyulik kamu, emang kuat ngangkatnya? Yaudah kalo diculik tinggal telpon aku apa susahnya?" Jawab Lia.
"kalo ga telpon, berarti aku diculiknya sama sugar daddy ya jadi Kakak gausah nyariin Yuna," ucap Yuna sambil berlagak.
"iya tenang aja, nanti duitnya jangan lupa transfer ke rekening kakak," balas Lia.
"Syukur-syukur sih kalo dapet segar daddy modelan Park Chanyeol kalo ga Lee Jongsuk," ucap Yuna.
"Pagi-pagi udah halu," ucap Lia lalu menoyor kepala Yuna.
Lia pun beranjak pergi meninggalkan Yuna yang masih makan. Terlihat seperti anak tersantai sedunia. Setelah Lia pergi, barulah Yuna bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Setelah siap, Yuna pun langsung keluar dan beruntungnya dia langsung mendapat bis yang menuju sekolah. Yuna pun naik namun tampaknya bis itu sudah penuh, hanya ada 1 tempat duduk di pojok belakang, disamping seorang pria berusia sekitar 38 tahun menggunakan kemeja rapih dan berdasi hitam. Aduh, kayaknya sugar daddy beneran nih, batin Yuna.
Pria itu sedang menelpon dengan seseorang. Raut wajahnya terlihat cemas. Yuna sedikit mendengar pembicaraan orang itu.
"Masalahnya saya ngga tau jalan ke kantor itu karena saya baru datang ke daerah sini lagi setelah bertahun-tahun. Mana ban mobil pake bocor tadi," keluh pria tersebut pada seseorang di ponselnya.
"Sudahlah, kita bicarakan lagi nanti. Dasar sekretaris tak berguna," lanjutnya sambil menutup kasar layar ponsel.
Yuna hanya mengangkat bahu tak peduli. Ia memang tak suka mencampuri urusan orang, tak seperti tetangganya yang suka mencibir seperti manusia paling sempurna dan tak ada dosa. Gadis itu menatap ke arah jendela sambil melihat jalanan kota yang ramai dengan kesibukan masing-masing.
Seketika tepukan di pundaknya menyadarkan Yuna dari lamunan. Ia menoleh ke samping, ternyata pria tadi.
"Dek, maaf mau tanya, kalo rute ke kantor ABH kosmetik ke arah mana ya?" tanya pria itu.
"Sudah betul pak di jalan ini. Nanti ada halte di depan tinggal turun," jawab Yuna.
"Oh begitu ya. Makasih dek," ujar pria tersebut lalu dibalas anggukan Yuna.
Pria itu memang terlihat bukan warga kota ini. Namun jika Ia perhatikan, wajah itu tampaknya tidak asing.
Tak lama kemudian, bus berhenti di halte yang dimaksud Yuna. Pria itupun turun setelah memberi senyum dan anggukan singkat ke Yuna. Yuna membalas anggukannya kemudian tersadar sesuatu.
"Eh? Kantor ABH kan tempat kerjanya bunda juga. Pasti Om nya bakal ketemu bunda nih," gumam Yuna pada dirinya sendiri.
Yuna membetulkan posisi duduknya namun Ia tersadar bahwa ada sesuatu yang jatuh. Sebuah berkas berwarna merah. Ia membuka berkas tersebut lalu terdapat wajah pria tadi. Yuna hanya menggeleng, bisa-bisanya orang dewasa ceroboh dalam hal seperti ini. Ia pun membaca namanya.
"Al-"
"Pemberhentian selanjutnya di halte 12"
Pengumuman itu memotong perkataan Yuna yang membuatnya langsung bersiap untuk turun. Ia akan melihat berkas itu nanti. Iya jika berkasnya tidak hilang.[]
Published : 13 agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You but I Lied
FanfictionJisa dan Varan merupakan pasangan suami istri yang sudah memiliki satu orang putri. Namun pada suatu malam, Taehyung tiba-tiba saja menggugat cerai Jisoo tanpa sebab yang jelas. Perlakuan Varan malam itu membuat Jisa berpikir bahwa semua lelaki pada...