Seketika suara pintu terbuka langsung membuat Jisa menaruh kembali bingkai foto tersebut seperti semula. Ia membalikkan badan dan melihat sosok Varan disana. Pria itu berjalan dengan raut heran mendekati Jisa, kini jarak mereka hanya terpisah lima langkah.
"Jisa?"
"Maaf Pak, saya hanya ingin mengembalikan berkas merah yang anda cari," ucap Jisoo sambil berusaha berdiri menyamai Varan.
"Berkas ini... ada di kamu?" Tanya Varan heran. "Dimana kamu menemukannya?"
"Menemukannya? Hm.. saya menemukan ini di satpam. Mungkin Anda terburu-buru sampai menjatuhkannya di suatu tempat." Sepertinya alasan itu lebih cocok dibandingkan harus berkata bahwa berkas itu ditemukan di rumahnya
"Baiklah, terimakasih," ujar Varan lalu tersenyum singkat.
Jisa mengangguk lalu setelah pamit sebentar ia pun berjalan pergi menuju pintu.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu mau dipindahkan begitu saja?" Tanya Varan yang menghentikan langkah Jisa.
"Itu sudah perintah dari direktur, Pak. Saya tidak bisa membantah keputusannya," jawab Jisa.
"Kalau begitu, saya ingin mengajak kamu makan malam," pinta Varan.
"Tapi—"
"Sebagai bentuk apresiasi kerjamu sekaligus sebagai perpisahan karena kamu tidak bekerja lagi sebagai sekertaris saya," potong Varam yang tidak ingin mendengar penolakan dari Jisa.
"Saya tidak—"
"Tidak ada penolakan. Ini perintah, bukan permintaan. Bukankah kamu selalu menjalankan perintah dari atasan?" Potong Varan lagi.
Jisa mendengus kasar yang tidak terdengar Varan namun Ia mencoba menahan kekesalannya. Kapan coba Varan tidak mengganggunya bahkan setelah mereka bercerai seperti ini? Mungkin jika Jisa menerima tawaran makan malamnya, pria itu akan berhenti mengganggunya lagi.
"Baik pak," ucap Jisa akhirnya yang membuat Varan berseri.
"Oke, nanti akan saya beritahukan alamat restorannya," ujar Varan sambil mengangkat ponselnya.
"Kalau begitu saya permisi," izin Jisa.
Varan melihat Jisa hendak pergi lalu mencegahnya karena ada sesuatu yang mengganjal. "Rok mu... sepertinya terlalu pendek," ujarnya.
"Oh, ini? Apakah terlihat begitu? Justru saya nyaman dengan ini jika anda tahu," ucap Jisa dan langsung pergi meninggalkan Varan.
Tidak. Sebenarnya Jisa sangat tidak nyaman dengan rok pendek. Ia juga tidak suka dengan tatapan liar para lelaki yang menatapnya menggunakan pakaian seperti ini. Wanita itu hanya menggunakannya jika bertemu Varan saja karena Jisa tahu pria itu tak suka melihatnya. Ia hanya ingin membuktikan bahwa kata-kata pria itu tidak akan berpengaruh lagi untuk kehidupannya.
Jisa tidak mengerti mengapa Varan dulu menceraikannya hanya karena perjanjian itu.
Apakah ada sesuatu yang tidak diketahui olehnya? Apakah saat itu Varan sedang menyembunyikan sesuatu? Ataukah sebenarnya alasan mereka berpisah bukan karena Varan tidak mencintainya lagi, mungkin karena hal lain..
Ah, memikirkan hal ini saja membuat Jisa merasa pusing. Ia lalu berbelok menuju dapur kantor untuk membuat kopi agar menghilangkan rasa pusingnya sejenak.
"Jisaa!"
Rosie yang lebih dulu ada di dapur pun langsung berteriak memanggil Jisa ketika wanita itu datang.
"Apaan sih Rosie, berisik," jawab Jisa sambil menaruh jari telunjuk didepan bibirnya.
"Abisnya aku sebel karena ngga satu kerjaan sama kamu lagi," ucap Rosie sambil memajukan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You but I Lied
FanfictionJisa dan Varan merupakan pasangan suami istri yang sudah memiliki satu orang putri. Namun pada suatu malam, Taehyung tiba-tiba saja menggugat cerai Jisoo tanpa sebab yang jelas. Perlakuan Varan malam itu membuat Jisa berpikir bahwa semua lelaki pada...