Fakta yang Tidak Akan Pernah Berubah

552 97 16
                                    

Di usia fisiknya yang ke-delapan-puluh-satu tahun, Shi Qingxuan menutup usia.

Setelah beratus-ratus tahun hidup sebagai seorang Dewa, menjalani kehidupan sebagai manusia biasa dan mati setelah hanya beberapa puluh tahun berlalu terdengar cukup aneh di telinga Pejabat-Pejabat surgawi lainnya. Pasalnya, mereka telah terbiasa dengan keabadian, hingga kematian terdengar seperti sesuatu yang jauh dan tidak nyata sama sekali.

Bagaimana bisa seorang Master Angin yang dulunya tenar dan dipuja-puja banyak orang justru turun menjadi manusia biasa yang cacat, hidup sebagai gelandangan di jalan, dan mati di usianya yang bahkan belum mencapai seratus tahun?

Dipandang dari kacamata para Pejabat Surgawi, hal ini terlalu memalukan dan hina. Cukup memalukan hingga bisa dijadikan objek lelucon di tiga alam selama tiga ratus tahun mendatang. Setelah Xie Lian, Yang Mulia Putra Mahkota dari Xian Le yang setelah kejatuhannya yang kedua kali, hidup selayaknya manusia biasa dan mencari makan dengan memungut sampah, tidak ada lagi bahan lelucon yang bisa ditertawakan. Mereka ingin mengolok-oloknya di belakang selama enam ratus tahun lagi, tetapi siapa sangka bahwa takdir berubah secepat menjentikkan jari?

Xie Lian, bahan tertawaan mereka selama delapan ratus tahun itu, naik untuk ketiga kalinya. Terlebih lagi, karena satu dan dua hal, masalah di sana dan di sini, Xie Lian bahkan mengalahkan Kaisar Surga, Jun Wu. Julukannya naik dari yang sekadar 'Kultivator Pemungut Sampah', 'Dewa Kesialan', dan julukan-julukan hina lainnya menjadi 'Kaisar Surga yang baru', 'Dewa Terkuat', dan lain sebagainya. Sungguh takdir pandai memainkan orang-orang.

Sekarang, setelah Xie Lian naik dan berkuasa, tidak ada lagi Pejabat-Pejabat Surgawi yang berani menjadikannya bahan lelucon. Lantas, tiga alam kehilangan bahan tertawaan mereka. Di saat yang bersamaan, Master Angin jatuh setelah skandal Master Air, kakak kandungnya, Shi Wudu, yang ternyata menukar takdirnya dengan takdir orang lain terungkap ke publik. Seseorang yang dulunya sangat tenar dan disanjung banyak orang terpaksa harus turun derajat menjadi manusia biasa kembali dan menjalani kehidupan mortal. Belum lagi fakta bahwa sebelah kaki dan tangannya pincang, tidak memiliki rumah, dan harus tinggal bersama gelandang-gelandangan lainnya di kuil-kuil pusat kota.

Kalau ini tidak cocok dijadikan objek olokan di tiga alam, apa yang bisa lebih cocok lagi? Sunggu takdir pandai memainkan orang-orang.

Namun, selayaknya emas murni yang tidak akan berkarat, hati seseorang yang murni juga akan sulit untuk berubah. Terlebih lagi dengan kepribadian seorang Shi Qingxuan yang selalu ceria dan mudah berteman dengan siapa saja, alih-alih menyimpan dendam terhadap surga ataupun orang yang membuatnya ada dalam posisinya sekarang, dia justru berbaur.

Ya, berbaur. Berbaur dengan manusia-manusia lainnya. Berbaur dengan gelandangan-gelandangan yang entah sejak kapan dia anggap sebagai temannya. Dia selalu memiliki mimpi untuk turun ke bumi sebagai Dewa, menyamar sebagai manusia biasa, dan pergi ke rumah-rumah makan di tengah kota untuk mencicipi hidangan di sana. Siapa sangka bahwa ternyata bukan hanya mimpinya belum tercapai, dia justru benar-benar jatuh menjadi manusia biasa dan bertahan hidup dengan mengonsumsi makanan-makanan mortal setiap harinya?

Sungguh orang-orang seharusnya menjaga mulut mereka lebih rapat lagi dan tidak mengatakan sembarang hal. Tetapi maksud perkataannya tidaklah buruk. Itu bahkan tidak bisa dikatakan ‘sembarang hal’ sama sekali. Bagaimanapun, berkeinginan untuk turun dan menyamar kemudian pergi mencoba hidangan-hidangan di tengah kota dengan turun menjadi mortal sungguhan yang harus hidup dengan bergantung pada makanan adalah dua hal yang berbeda. Bukan dia yang tidak bisa menjaga mulutnya-meskipun dalam banyak kasus lain, mulutnya memang adalah harimaunya-tetapi memang dasar takdir saja yang suka mempermainkan orang-orang!

Fakta yang Tidak Akan Pernah BerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang