Chapter 3

1K 78 5
                                    

Happy reading♡
________________________

Sekarang Arnold sedang berada dirumah Arga, rumah yang sangat sederhana tetapi suasananya nyaman untuk ditinggali. tadi sore dia sudah diizinkan pulang dari rumah sakit.

Dia sedang berfikir untuk memberi tahu keluarga pemilik tubuh bahwa dia bukan jiwa Arga yang asli, karena dia tidak ingin mengubah sikapnya menjadi seperti Arga karena itu sangat menyusahkan dan apabila dia menjadi dirinya sendiri itu juga mengakibatkan kecurigaan dan ujung- ujungnya juga terbongkar.

Dia juga sudah siap apabila tidak diterima dan diusir dari rumah ini, akan tetapi dia akan tetap menjaga keluarga pemilik tubuh dari kejauhan sebagai rasa terima kasihnya kepada pemilik tubuh karena memberikan tubuhnya kepadanya.

"Abang" suara Caca dari luar kamar menyadarkan lamunannya

"Disuruh makan, udah ditunggu ayah sama bunda "lanjut Caca

"Iyaa"jawab Arnold dengan menuju pintu untuk keruang makan.

***

Sekarang ini Arnold dan keluarga Arga sedang berkumpul setelah makan malam.

"Emh" dehem Arnold yang mengalikan pandangan semua orang kepada nya


"Ada hal ingin saya bicarakan"ucap Arnold dengan nada sedikit melembut

"Apa itu sayang?"jawab bunda dengan nada lembut dan senyumnya.

"Saya bukan Arga"ucap Arnold to the point dengan tegas

"Abang bicara apasih, nggak usah bercanda nggak lucu"ucap Caca dengan kekehan kecil

"Apakah wajah saya menunjukkan ekspresi bercanda? " tanya Arnold dengan raut wajah serius

yang dijawab gelengan oleh Caca dengan wajah menunduk sedih

"Saya percaya itu" jawab ayah dengan tegas

" Saya sudah mencurigai mu sejak siuman, yang bertingkah tidak seperti anak saya Arga"lanjut ayah dengan wajah dingin

"Bunda juga merasakannya, tapi itu tidak mungkin kalau kamu bukan Arga"ucap bunda dengan menangis

"Tubuh ini memang Arga tapi tidak dengan jiwa yang menempatinya sekarang" ucap Arnold

"Jika kamu bukan jiwa Arga, dimana jiwa Arga yang asli?"tanya bunda dengan lembut

"Maaf, Jiwa Arga yang asli sudah meninggal" jawab Arnold dengan menunduk merasa bersalah.

Yang membuat bunda dan Caca langsung menangis sedangkan ayah yang menunduk sedih sambil membawa bunda kepelukannya

"Jika kalian tidak menerima saya tidak apa, saya akan pergi"lanjut Arnold meskipun dia juga tidak rela untuk pergi karena sudah merasa nyaman dengan keluarga Arga

"Jangan pergi"ucap Caca dengan mata yang masih berkaca-kaca

"Caca percaya kalau Abang bukan Abang kandung Caca tapi jangan tinggalin Caca untuk kedua kalinya" lanjut caca dengan menangis

"benar apa yang dikatakan Caca, tetaplah disini karena saya sudah menggapmu anak saya sediri" ucap ayah dengan senyuman

Yang diangguki bunda yang masih sesunggukan

"Terima kasih sudah menerima saya"ucap Arnold dengan senyuman sambil membawa Caca kedalam pelukannya yang dibalas oleh Caca

"Jadi siapa namamu sayang?"tanya bunda yang sudah tenang

"Arnold Ananta Davinson itu nama saya"jawab Arnold yang sudah melepaskan pelukannya dengan Caca

"APAA!!"teriak Caca yang tidak menyangka

"Jangan teriak caca"tegur bunda

"Ya maaf"jawab caca dengan cengiran

"Tapi ya bunda, keluarga devinson itu katanya salah satu keluarga pemilik perusahaan terbesar di Indonesia"lanjut Caca

"Tau dari mana kamu caca?"tanya bunda

"Caca denger dari cewek² yang lagi gosip disekolah,btapi benerkan bang?" Jawab Caca dengan bertanya

"Hmm,Tapi saya bukan keluarga Davidson "jawab Arnold dengan wajah penuh dendam apa bila mengingat daddynya.

membuat yang lain diam dan tidak bertanya lebih lanjut karena merupakan masalah pribadi.

"Jadi sekarang kita panggil kamu Arnold atau Arga?"tanya bunda mengalikan topik pembicaraan

"Panggil saya Arga saja bunda"jawab Arnold dengan tersenyum

"Saya juga ingin mengajak kalian tinggal di rumah saya yang ada dipusat kota, untuk memudahkan Caca bersekolah dan untuk perkerjaan ayah sama bunda saya akan membeli perusahaan agar kita memiliki marga dan saya juga memiliki butik peninggalan nenek saya yang tidak dapat saya jalankan" ucap Arnold dengan nada lembut

Dia berkata begitu karena Caca yang harus bangun pagi buta untuk berangkat sekolah dikarenakan sekolahnya yang berada dipusat kota, jauh dari rumahnya yang dipinggir kota.

Dan juga ayahnya yang tertarik dengan dunia bisnis karena tadi dia melihat ayahnya yang membaca buku tentang bisnis yang dibeli dari toko barang² bekas dan juga ibunya yang memang bekerja sebagai seorang penjahit.

"Tidak usah nak, karena kami tidak berhak" tolak bunda dengan lembut yang diangguki oleh ayah

"Tidak apa-apa bunda karena saya sudah menganggap kalian keluarga "ucap Arnold dengan senyuman

"Iiih bunda, rezeki itu nggak boleh ditolak "ucap Caca yang sudah membayangkan jadi orang kaya dan bisa membeli jajan sepuasnya tanpa takut memikirkan uangnya habis, membayangkannya saja sudah membuat nya senyam senyum sendiri.

Cubitan kecil dari bundanya menyadarkannya, yang membuat nya mengerucut kan bibir.

"Gagal sudah borong jajan mang² pinggir jalan"batin Caca sedih

Arnold yang melihat itu hanya terkekeh kecil

"Jadi kalian maukan?"tanya Arnold dengan mata berharap

"Ya udah, kalau mau kamu begitu"jawab bunda yang tidak tega dengan tatapan Arnold

"Nggak sia² juga liat cara Lio minta traktiran" batin Arnold lega

"Terima kasih"ucap arnold dengan senyuman

"Saya yang harus nya yang berterima kasih pada kamu" ucap ayah dengan senyuman

Yang dibalas dengan anggukan oleh Arnold

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Caca karena sekarang dia sedang kegirangan seperti orang gila, karena siapa sih yang nggak bahagia jadi orang kaya.

"Sekarang mending kita tidur udah malem"ucap bunda

"Siapp bunda"ucap arnold dan Caca

✿✿✿


Transmigrasi boy (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang