RENUNGAN MALAM

3 1 0
                                    

Langit hitam gelap. Bintang gemintang mengisi dengan sembarang, tak beraturan. Di balik awan, terlihat pucat, rembulan terlihat mengintip.

April duduk di dekat jendela. Maniknya menatap keluar jendela yang sengaja ia buka. Udara dingin seketika menyambut, menusuk tulang. Anak rambut di belakang telinga melambai diterpa angin.

Gadis bermanik abu itu menghela nafas panjang. Larut dalam pikiran.

April terkesiap begitu mendengar suara ketukan pada pintu kamar.

"Apa kau belum tidur, April?"

Itu suara lembut Yola. April sudah sangat mengenalinya.

"Boleh aku masuk?"

April berjalan, membuka pintu dan mendapati Yola berdiri dengan segelas coklat panas. Senyum lebar menghiasi wajah. Tak ada gurat lelah yang terlihat bahkan setelah seharian bekerja. Belum lagi gadis itu harus masak dan memebereskan beberapa dokumen setelah makan malam. Yola ... jelas gadis yang tangguh.

April dan Yola duduk bersisian, menghadap jendela yang April buka. Membiarkan wajah tersapu angin malam. Dingin.

"Minumlah!" Yola menyodorkan gelas bergambar hati itu pada April.

"Terima kasih."

April meniup sejenak, lalu meminum sedikit. Rasanya begitu enak. Manis yang pas, sedikit kental dan terasa hangat.

"Aku selalu minum coklat panas di saat aku tidak bisa tidur sepertimu." Yola memulia cerita. April mendengarkan dengan seksama.

"Lalu memutar lagu-lagu lama, terbawa suasana. Aku jadi mengingat beberapa kisah lama. Masa kecil atau remajaku." Yola masih menatap keluar jendela.

"Mengenang masa lalu itu tak pernah jadi masalah, April. Sah-sah saja. Tidak ada yang melarang, bukan?"

April mengangguk walau gadis itu tahu pertanyaan itu hanyalah retoris belaka.

"Karena ada kalanya, kita perlu mengingat rasa sakit hati agar tidak kembali jatuh untuk yang ke-dua kali. Kita juga perlu mengingat masa indah, agar bisa jadi semangat saat kita sedang jatuh dan tidak bahagia. Asalkan...."

Yola kali ini menoleh, menatap April yang balas menatapnya dari manik abu yang terlihat sedikit menunggu.

"Jangan berlama-lama. Jangan terjebak. Dan jangan lupa pulang ke kehidupan nyata."

Yola mengusap lembut tangan April.

"Kau sedang banyak pikiran, bukan?"

Lagi, pertanyaan retoris.

April mengangguk.

"Aku tak akan langsung memaksamu untuk bercerita, tak apa. Kau butuh waktu, aku tahu itu. Karena memang ada banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa langsung kita bagi. Bukan karena tak mau, tapi lebih karena kita sendiri saja masih belum paham."

Yola menarik nafas panjang. Mengambil jeda.

"Aku hanya bisa berharap kau bisa segera bangkit dan menemukan apa yang kau inginkan. Apa yang akan kau lakukan. Pelan-pelan saja, kau pahami sedikit demi sedikit. Mengerti?"

April mengangguk. Tangan gadis itu menyentuh tangan hangat Yola yang mengusap wajah bulatnya dengan lembut.

"Terima kasih, ka."

Yola mengangguk kecil. Dia lalu bangkit dari posisi duduk.

"Aku ingin menemanimu sebenarnya, tapi aku harus bekerja besok. Rinai pasti sudah bilang padamu kalau aku super duper sibuk, bukan?" canda Yola.

PALETTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang