3rd Effect

739 149 224
                                    

any vote and comments would be appreciated.

*
Next part 60 votes dan 200 comments bisa kan?

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

SEORANG gadis yang saat itu mengenakan kemeja putih berbalut vest krem tampak mengetuk-ngetukkan telunjuk ke lutut dengan ritmenya sendiri. Sambil sesekali melirik jam yang melingkar manis di tangannya, ia terus bergumam kesal. Sudah lewat tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan, tetapi laki-laki yang menjadi alasannya duduk di gazebo fakultas sore ini belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Katanya mantan Koor Komdis, tapi nggak disiplin. Dih."

Jesinda membuka kembali ponselnya dan hendak menyalakan musik demi membunuh rasa bosan. Tatkala gadis itu baru saja memakai airpods dan belum sempat menekan tombol mulai, sebuah leather jacket hitam tiba-tiba diletakkan begitu saja di meja yang sama, diikuti oleh seorang laki-laki yang duduk di depannya. Wangi sandalwood dan musk seketika memasuki indra penciuman Jesinda tanpa permisi.

Gadis itu mendongak. Namun, setelah mengetahui sosok yang duduk di hadapannya, ia langsung berkedip selama beberapa saat demi mengontrol rasa gugup. Hanya melihat wajah laki-laki itu sekilas, bayangan Jesinda langsung jatuh pada sosok Satya yang tidak bersahabat saat closing METAMORPH di convention hall. 

"Sorry, ya, telat. Gue tadi masih ada urusan mendadak di BEM Universitas. Lo beneran Jesinda, 'kan?"

Jesinda mengangguk sebagai jawaban. Dengan tatapan yang masih mengarah pada kakak tingkat dua tahun di atasnya, gadis itu melemparkan pertanyaan.

"Kok, lo tahu, Kak?"

Alis Satya terangkat. "Tahu apa?"

"Tahu kalau gue Jesinda." Jesinda menoleh ke sekitar. "Padahal ada banyak gazebo dan semua juga ada orangnya."

Satya tertawa. "Lo ngarepin gue jawab apa emang? Gue tahu karena udah lihat foto-foto di Instagram lo?"

Alih-alih menjawab, Jesinda balik bertanya, "Emang lo stalking akun gue, Kak?"

Laki-laki itu menggeleng. "Nggak niat, sih. Kepencet doang. Terus sekalian gue scroll ke bawah buat antisipasi."

Jesinda mengerutkan dahi bingung. "Antisipasi gimana?"

"Antisipasi undang-undang nomor berapa lagi yang mau lo omongin ke gue."

Jawaban yang lolos dari mulut Satya seketika membuat tubuh Jesinda menegang. Gadis itu berpikir jika Satya masih mengenalnya sebagai mahasiswa baru tidak tahu diri yang berani melawan komisi disiplin.

"Eh, nggak gitu, Kak."

Hanya itu yang bisa Jesinda ucapkan, membuat Satya terkekeh pelan.

"Santai aja kali, kalau sama gue. Katanya lo nggak suka terlalu serius. Soalnya beberapa bulan lalu ada yang bilang ke gue nggak suka terlalu formal karena kesannya kayak lagi ngomong sama bapak-bapak." Satya kembali berkata sambil sesekali memindahkan permen mint-nya ke sisi mulut yang lain.

Halo EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang