2. SMA Negeri Nusa Bangsa

14 4 2
                                    

"Siapa tadi yang bilang norak?" tanya sekali lagi orang berjaket hitam dengan tegas.

"Emm ... anu maksud dia, itu soal saya yang norak, Bang," Morgan berusaha mencari alasan.

"Maaf nih mas, emang mas nya siapa ya?" Aiden malah bertanya seperti itu.

Tiba-tiba Morgan memukul pundak Aiden. "Maaf, hehehe. Dia baru pertama kali kesini, jadi maaf kalau agak lancang, hahahaha." Morgan masih berusaha mencari alasan, dan pura-pura tertawa agar orang tersebut tidak marah.

"Chh. Ngaku aja, siapa yang bilang norak tadi?!" Orang itu semakin mendekat kepada Aiden dan Morgan.

Aiden dan Morgan semakin dibuat mundur. Tapi tiba-tiba Aiden maju ke depan Morgan, dan menghalangi orang itu agar tidak berbuat hal yang tidak-tidak dengan Morgan.

"Hah? Maksudnya ini apaan?" tanya orang tersebut tanya orang tersebut dengan wajah sangarnya. "Oh? Kayaknya aing tahu siapa maneh," ucap orang tersebut sambil menatap Morgan.

"Terus kalau lu tahu, mau ngapain?" tanya Aiden yang masih menghalangi orang itu dengan tangannya.

"Anak SMAN Nusa Bangsa, kan?" Orang itu menghiraukan pertanyaan Aiden, dan hendak menarik kerah Morgan. Namun tiba-tiba Aiden menahan tangan orang tersebut dengan keras.

"Ho? Berani juga ya?"

"Den, dia ini letnan dari geng motor terbesar ketiga di Bandung, The Roar MC. Udah lepasin aja, jangan macem-macem," ucap Morgan dengan bibirnya yang bergetar karena ketakutan.

"Tuh, dia aja tahu, haha" ucap orang itu sambil tertawa kecil. "Tapi jangan harap, yang bilang kita norak, bisa lepas." Orang tersebut langsung menarik Aiden, dan hendak menonjok wajahnya. Namun Aiden bisa menahan tonjokan tersebut sebelum terkena wajahnya. Lalu dia pun mendorong tangan orang itu, dan mengajak Morgan untuk mundur.

"Mundur, Gan."

"Oh? Bisa gelut maneh?" tanya orang tersebut dalam Bahasa Sunda. Artinya "Bisa berantem kamu?"

"Den, jangan cari gara-gara dah!" Morgan memohon dengan ketakutan kepada Aiden.

Aiden hanya diam dan bersiap jika orang tersebut menyerang. Tapi tiba-tiba suara handphone berdering. Ternyata itu adalah suara dari handphone orang itu.

"Halo? Oh siap-siap. Sakeudeung deui urang kaditu, dagoan weh," ucap orang itu di teleponnya dengan Bahasa Sunda. Lalu orang tersebut pun menaruh kembali handphonenya di saku. "Kalian beruntung hari ini bisa selamat. Lain kali, jangan harap."

Tiba-tiba terdengar dua motor yang datang dari jauh ke arah mereka. Dua motor tersebut berhenti di dekat mereka. Letnan dari The Roar MC itu pun naik ke salah satu motor disana.

"Oy, bocah-bocah! Harusnya kalian merasa terhormat bisa ketemu salah satu petinggi penting di The Roar MC. Dia, Bang Gildan!" seru salah satu orang yang menaiki motor disana. Mereka pun sama, mengenakan jaket hitam dengan simbol tengkorak bersayap di belakangnya. Gildan, sang Letnan The Roar MC dibonceng oleh salah satu dari mereka, dan tersenyum arogan kepada Aiden dan Morgan sebelum pergi. Tak lama setelah itu, mereka pergi dengan motornya.

Morgan yang sudah sangat ketakutan langsung memukul pundak Aiden. "UNTUNG GAK KENAPA-NAPA!" bentak Morgan pada Aiden.

"Aw!" rengek Aiden yang sakit dipukul Morgan. "Iya sorry-sorry ...."

"Yaudah, lain kali jangan bar-bar sama sembarang orang. Apalagi lu sekolah di SMA gua. Yaudah yok lanjut!" seru Morgan sambil lanjut berjalan.

Mereka pun melanjutkan jalan-jalan mereka sampai sore hari.

Pukul 15.30, mereka kembali ke rumah nenek Aiden.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berandal Dingin BaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang