86.

133 6 0
                                    

Saat ini, Wonwoo, Vernon, dan Kiefer hampir selesai menikmati makan malam mereka. Tentu saja, ini bukan makan malam biasa, namun suatu perayaan untuk ulang tahun Kiefer yang ke tujuh. Wonwoo memutuskan untuk mengundang Vernon karena ia tak kunjung mendapat balasan dari Mingyu. Bukannya menjadikan Vernon sebagai pelampiasan, hanya saja Wonwoo memang sudah berencana mengundang Vernon juga dari awal. Tetapi ia pikir jika Mingyu tak akan suka jika harus ada orang yang tau jika dirinya mengenal Wonwoo, maka pada awalnya ia berencana untuk tidak jadi mengajak Vernon.

Meskipun tak terelakkan jika ada rasa kecewa dari Wonwoo, namun ia tetap merayakan perayaan ulang tahun anaknya itu dengan suasana hangat. Tentu saja ia harus memberikan hal yang menyenangkan bagi anaknya, mengingat sebelumnya mereka selalu hidup dengan yang-penting-bisa-melalui-hari-ini, kini ia ingin membuat anaknya merasakan sensasi merayakan ulang tahun.

Kehadiran Vernon di sana sungguh membuat Wonwoo merasa lega. Setidaknya, Kiefer seperti memiliki teman sebaya namun juga sosok kakak yang memberinya semangat. Namun, ponsel Vernon berbunyi ketika makanan di piringnya tersisa sedikit lagi. Pemuda itu pun bangkit dan memberi gesture kepada Wonwoo untuk menjauh sejenak, yang mana dibalas anggukan dari pemilik rumah itu.

Sesaat setelahnya, Vernon kembali ke meja makan dan pamit pada Wonwoo dan Kiefer, mengatakan bahwa temannya mencarinya untuk kerja kelompok.

"Sorry. Saya lupa kalau kerja kelompoknya hari ini. Saya kira besok malam."

(Language Note: kira = pikir)

Wonwoo pun tersenyum maklum, namun tetap menyuruh Vernon menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Sedangkan Wonwoo sendiri berdiri, dan mengambil barang-barang bawaan Vernon.

Sementara itu, beberapa meter dari rumah tersebut, ada mobil yang terparkirkan sejak 30 atau 40 menit yang lalu. Pengemudi di dalamnya sudah menatap rumah kecil yang di dalamnya terdapat Wonwoo beserta Vernon dan Kiefer cukup lama, namun ia masih tak beranjak dari kursi pengemudinya. Baru setelah orang itu menarik dan menghela napasnya cukup kuat, ia memutuskan untuk beranjak dan berjalan menuju rumah itu.

Kembali pada situasi di dalam rumah, Vernon sudah menghabiskan makanannya dan akhirnya berdiri untuk menerima tasnya yang sudah dibereskan oleh Wonwoo. Pemilik rumah itu pun segera mengantar si mahasiswa ke pintu rumahnya. Namun hal yang menemui pandangannya di detik ia membuka pintu itu adalah pria yang kehadirannya ia nantikan sedari tadi.

Waktu seperti dihentikan untuk 5 detik. Wonwoo melebarkan matanya karena ia pikir ia sedang berhalusinasi. Pemuda yang ada di depan rumahnya, Mingyu, sedang mengernyitkan alisnya sembari memandangi Vernon. Wajah yang tidak begitu asing untuknya. Sedangkan Vernon, yang berada di belakang Wonwoo, melihat ke arah Mingyu dan Wonwoo secara bergantian, hingga akhirnya ia berdehem.

"Itu, sorry. Saya udah ditunggu anak-anak, jadi saya permisi dulu ya," ucap Vernon yang akhirnya membuka suara, bersamaan dengan kakinya yang melangkah ingin keluar dari rumah itu.

Namun pergerakan Vernon berhenti karena ada tangan yang mencengkram pergelangan tangannya.

"Jangan bilang siapa-siapa kalau kamu lihat saya di sini."

Vernon dengan raut yang bingung dan setengah ingin segera pergi pun menjawab, "Maksudnya gimana?"

"Ya anggap aja kamu tidak tahu kalau saya menemui dia," ucapnya dengan menunjuk Wonwoo dengan dagunya.

Vernon semakin mengerutkan alisnya. "Bentar ya, om. Ini mah saya keburu dimarahin temen saya, jadi saya pamit dulu. Lagian saya engga kenal om. Kalau ada pesan, nanti bilang ke Kak Wonwoo dulu aja. Bye."

Vernon pun melepaskan tangan Mingyu, dan berbalik kepada Wonwoo sejenak untuk menganggukkan kepala, lalu meninggalkan mereka berdua.

Ketika Vernon sudah berlari menjauh, Mingyu dengan kikuk berbalik badan dan hendak berjalan kembali ke mobilnya. Namun sekarang giliran tangannya yang merasa ditahan tangan orang lain.

NarasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang