[Author's Note: Ada referensi ke salah satu scene di Chapter 5.]
Ketika namanya disebut oleh anak kecil di hadapannya, darah dalam tubuh Mingyu serasa berdesir. Wajahnya menegang dan respons otomatis yang ia keluarkan hanyalah memberikan senyuman palsunya.
Di sisi lain, Wonwoo juga menunduk kalut. Ia membayangkan hal apa saja yang sebenarnya sudah diketahui anaknya.
Mingyu menelan ludah sebelum akhirnya ia berdehem untuk menarik perhatian dari dua orang lain di sana. "Oh iya, ini buat Kiefer. Maaf ya, tadi om hampir lupa," ucap Mingyu bersamaan dengan tangannya yang mengulurkan sebuah tas.
Kiefer mengambilnya, dan mengeluarkan kotak hadiah dari tas itu. Ia pun mengucapkan terima kasih, namun terus menatap Mingyu. Yang ditatap hanya terdiam karena tidak tahu jika tatapan anak itu sebenarnya adalah pertanyaan jika ia boleh langsung membuka kadonya.
Wonwoo yang melihat itu, langsung berucap, "Ga apa, buka aja. Om Min— Ravi engga keberatan, kok. Iya, kan?"
Mingyu pun langsung mempersilahkan sang anak untuk membuka bungkusannya.
Saat Kiefer berhasil mengeluarkan hadiah dari Mingyu, anak itu langsung melontarkan sebuah pertanyaan, "Kenapa jaket, om?"
Mingyu terlihat berpikir sejenak, lalu menjawab, "Soalnya jaket itu buat gantiin kehadiran om. Jadi walau om ga terus bareng Kiefer, om bisa bantu hangatin Kiefer waktu Kiefer kedinginan."
Tidak hanya satu orang yang terlihat terkejut dengan jawaban Mingyu, melainkan dua.
"Wah! Kalau saudara itu memang cara berpikirnya sama, ya? Daddy juga kasih Kiefer jaket, dan alasannya juga sama kaya om!"
Mingyu dan Wonwoo saling menatap. Satu hal yang dipikirkan mereka, yaitu bagaimana mereka dulu sering berbagi jaket ataupun sweater karena mereka bisa merasakan kehadiran satu sama lain.
"Hm..., udah. Biarin Om Ravi makan dulu, biar habis itu semuanya bisa cepetan diberesin. Keburu malam juga, ntar kasian Om Ravi kalau kemalaman."
"Om Ravinya disuruh nginep aja kalau gitu. Daddy kan selalu bilang kalau banyak penjahat waktu malem?"
Mingyu terlihat sedang kesusahan untuk memberi jawaban, jadi Wonwoo terlebih dahulu menjawab anaknya, "Bobok mana, sayang? Kan buat kita aja uda sesek ranjangnya?"
"Permohonan ulang tahun? Please, om? Om boleh tidur di kasur sama Daddy, deh! Aku ga apa tidur di lantai."
Wonwoo memutar otak untuk menjawab anaknya, tapi kali ini Mingyu yang mendahuluinya. "Om yang di lantai ga apa, kok."
"BERARTI OM MAU NGINEP, KAN? YAY!"
Sedangkan berbanding balik dengan anaknya yang sedang mengekspresikan kebahagiaannya, Wonwoo terlihat bingung. Tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa senang, tetapi ia juga bingung bagaimana Mingyu bisa menyetujui permintaan anaknya itu.
Mingyu sendiri tanpa sadar tersenyum tipis melihat tingkah polos anaknya yang bisa senang hanya dengan ia mengiyakan ajakan menginapnya.
Saat akhirnya semua makanan telah habis, mereka membereskan tempat bekas mereka merayakan ulang tahun Kiefer.
Setelah itu, Mingyu izin untuk mandi sebentar, dan akhirnya mereka pun bersiap untuk tidur. Setelah banyak berdebat, mereka akhirnya memutuskan untuk membiarkan Kiefer tidur di atas kasur sendirian dan Wonwoo tidur bersama Mingyu di dekat kasur, beralaskan selimut tipis milik Wonwoo.
Ga ada kemewahan nde sini, cuman aku ngerasa seneng karena mungkin ini yang seharuse terjadi semisal aku sama Mingyu masih bareng.
Melihat anaknya yang sudah terlelap, Wonwoo akhirnya berbaring ke arah Mingyu, sehingga kini mereka berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi
FanfictionBagian narasi dari socmed version of Our Paths di Twitter. Baca di pinned tweet akun @every__one_woo 🥰