01. Monday

1.3K 93 5
                                    

Matahari sudah memunculkan dirinya dari persembunyiannya. Burung-burung berkicau dengan suara indahnya. Sinar matahari menyelinap masuk kedalam kamar seorang gadis yang masih bergulat dengan selimutnya.

Pagi yang cerah, cuaca yang bagus, namun tidak dengan hari. Ini adalah hari senin, dimana orang-orang pasti akan sibuk dengan urusannya. Tapi tidak dengannya.

Perlahan tapi pasti, gadis tersebut mulai membuka matanya. Dia melihat kearah sekitar ruangannya, ah sudah pagi ternyata. Hari berganti hari dengan begitu cepat, baru saja kemarin dia selesai dengan hari membosankan nya. Apakah sekarang harus lagi?

Dia merubah posisinya menjadi duduk. Gadis tersebut melirik kearah jam yang ada di meja samping tempat tidurnya. Pukul tujuh, itu tandanya keluarganya masih berada di rumah. Gadis tersebut segera beranjak turun dari ranjangnya, dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap.

Setelah selesai bersiap, dia segera berlari turun ke bawah. Dan benar saja, keluarganya sekarang tengah menikmati sarapan pagi bersama.  Dia segera mendekati meja makan disana, dan mengambil duduk disamping kakaknya.

"Eohh, kau sudah bangun. Selamat pagii." sapa kakaknya.

"Nde, pagii unnie, eomma, dan appa."

"Pagi juga Lisa." jawab mereka dengan bersamaan.

Ahn Lisa, atau yang kerap disebut dengan Lisa. Si pencinta buku dan drakor, seorang putri bungsu dari keluarga Ahn. Sang bungsu yang memiliki sifat pendiam, dan penurut, berusia tujuh belas tahun dan memiliki jarak empat tahun lebih muda dengan kakak sulungnya. Ah sebentar, usianya sudah tujuh belas tahun? Tandanya dia sudah tujuh tahun tidak merasakannya.

"Appa sudah selesai. Lisa ingat jangan berlari-lari. Appa tidak mau kau terluka mengerti?"

"Ne, appa tidak perlu khawatir tentang itu" jawab Lisa.

"Jangan lupakan makan siang nanti, jangan sampai terjatuh, dan jangan kelelahan juga."

"Arasseo, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Guru mu akan datang nanti, segera bersiap. Dan ingat! Jangan kelelahan."

Lisa mengangguk menanggapi ucapan ayahnya tersebut. Ayolah dia bukan anak kecil lagi yang harus diingatkan seperti itu. Lisa sadar akan kesehatannya, dia juga tau tentang tubuhnya yang memiliki imun rendah tidak seperti yang lain.

Sebelum pergi ayahnya tersebut memberikan sebuah kecupan singkat di kening sang istri serta keempat putrinya.

Lisa menghela nafasnya berat ketika melihat punggung ayahnya yang sudah tidak terlihat lagi. Dia bosan seperti ini, dia ingin seperti remaja pada umumnya.

"Heii,, unnie pulang kuliah cepat hari ini. Nanti kita habiskan waktu bersama bagaimana?"

Lisa melihat sekilas kearah kakak terakhirnya tersebut. Dia mengangguk lesu menanggapi perkataan kakaknya tersebut. Bukannya tidak senang, tapi hanya saja apa ayahnya akan mengizinkan hal itu? Dia bersyukur karena memiliki kakak yang pengertian seperti mereka.

"Aku sudah selesai. Mianhea Lisa tidak bisa menemanimu, unnie ada kelas tambahan dan belum lagi pekerjaan kantor yang menumpuk."

"Aku mengerti, tak apa. Jaga kesehatanmu saja"

Sang ibu hanya diam melihat keempat putrinya tersebut. Dia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun sedari tadi. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Eomma aku berangkat.". ujarnya, dia mencium sekilas pipi ketiga adiknya serta ibunya. Setelah itu dia langsung pergi.

"Ahh, bagaimana aku bisa lupa. Lisa-yaa mianhea unnie juga tidak bisa menemanimu."

I Need More SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang