03. Guarante

874 91 13
                                    

Kini ketiga saudara tersebut berada di satu mobil yang sama, yaitu mobil milik Rosé. Keadaan didalam mobil benar-benar hening, tidak ada sama sekali yang ingin membuka suara atau obrolan.

Rosé yang fokus menyetir dan sesekali melirik ke kursi belakang untuk melihat sang Kakak yang tampaknya sangat marah kepadanya. Lisa yang sedari tadi hanya melirik kearah Rosé untuk memastikan sang Kakak baik-baik saja. Dan Jennie yang sedari tadi diam dengan tatapan mata yang terus mengintimidasi keduanya.

Kejadian tadi, jika saja Jennie tidak menarik Lisa dengan cepat maka mungkin kejadian itu akan terjadi lagi. Namun untungnya dia bisa menyelamatkan sang adik tepat waktu. Jennie berniat untuk berjalan-jalan sore bersama sahabatnya tapi siapa sangka dirinya malah bertemu dengan kedua adiknya yang sepertinya pergi diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun.

"Aku akan memberitahu appa tentang kejadian ini." ucap Jennie dengan tegas.

"Unnie? Kau tega melihat kita dihukum?" Tanya Rosé.

Jennie mengalihkan pandangannya ketika sang adik menatap kearahnya lewat kaca. "Kesalahan yang kalian perbuat benar-benar fatal. Kalian pergi tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan tadi Lisa hampir tertabrak mobil." Jelas Jennie, dia benar-benar akan melaporkan tentang kejadian tadi. Kesalahan kedua adiknya menurutnya tidak bisa ditoleransi kan.

"Unnie setidaknya untuk Lisa... Apa kau tega melihat Lisa dikurung dikamar lagi oleh appa? Berdiam di mansion saja sudah membuatnya bosan, dan apa sekarang kau tega membuatnya tidak boleh keluar dari kamarnya?"

Apa yang dikatakan oleh Rosé ada benarnya. Tapi kesalahan keduanya benar-benar tidak bisa dibenarkan juga, mereka harus mendapatkan hukuman agar jera dengan perbuatan yang mereka lakukan.

"Unnie... Setidaknya pikirkan Lisa. Aku benar-benar tidak peduli jika memang aku akan dikurung dikamar pojok atas. Namun aku tidak tega jika Lisa yang harus dihukum dan dikurung." Rosé benar-benar akan melakukan cara agar adiknya tidak terkena hukuman juga. Bagaimanapun ini kesalahannya yang mengajak Lisa keluar. Jadi jika siapa yang harus disalahkan, maka jawabannya adalah dirinya.

Jennie seolah tidak memperdulikan perkataan dari Rosé. Dia benar-benar tidak menjawab apa yang Rosé sampaikan kepadanya, Jennie tetap pada pendiriannya. Kedua adiknya ini harus dihukum karena kesalahannya.

"Tak apa unnie... Bukan masalah besar jika aku dikurung didalam kamar. Hanya seminggu bukan hal yang besar bagiku, lagi pula ini juga kesalahanku yang tidak berhati-hati tadi." ujar Lisa mencoba meyakinkan sang Kakak bahwa dirinya akan baik-baik saja jika memang nanti dia terkena hukuman dari sang Ayah.

Rosé menggeleng mendengar ucapan dari Lisa. "Aniyoo! Lisa-yaa ini bukan kesalahanmu. Aku tidak akan membiarkan appa menghukum mu."

Lisa menggenggam tangan sang Kakak, dia mengangguk yakin bahwa dirinya akan baik-baik saja dan bukan hal besar jika nanti dia harus dikurung lagi selama seminggu.

"Hanya seminggu... Bahkan saat itu appa pernah mengurung ku dikamar selama dua bulan penuh."

Suasana mobil menjadi hening kembali ketika Lisa mengatakan hal itu. Lisa memang pernah dikurung sang Ayah selama dua bulan penuh, itu juga karena kesalahannya yang nekat memanjat pagar agar bisa keluar dari mansion nya. Kejadian tersebut terhitung sudah setahun yang lalu saat usia Lisa baru menginjak 16 tahun.

"Mianhaeyo... Seharusnya aku tidak berkata seperti itu." ucapnya meminta maaf kepada kedua Kakaknya ketika menyadari suasana mobil yang menjadi hening saat dirinya mengatakan hal tersebut.

"Ani, seharusnya aku yang meminta maaf. Saat itu aku tidak bisa membantumu, yang aku lakukan hanya diam dan membiarkanmu dikurung."

Hatinya terasa teriris ketika mendengar percakapan kedua adiknya tersebut. Seharusnya bukan Rosé yang meminta maaf, bukan Lisa juga... Jennie yang harusnya meminta maaf kepada kedua adiknya karena belum bisa menjadi Kakak yang baik untuk keduanya.

I Need More SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang