alien - 5

388 102 6
                                    

***

[ sore hari ]

Doyoung mengusap-ngusap kasar rambutnya yang basah sehabis keramas. Sebenernya dia ngerasa agak tidak enak badan sore ini, mungkin efek kehujanan kemarin kali ya?

Ngomong-ngomong soal hujan, Doyoung jadi sedikit heran. Pasalnya hujan masih belum berhenti sejak kemarin sore, hujannya masih tetap deras, bahkan sesekali petir masih menyambar.

Doyoung melihat ponselnya, masih tidak ada sinyal. Baterai ponselnya pun masih lumayan banyak karena dia tidak main ponsel sejak pagi.

dan sekarang sudah pukul setengah 6 sore. Doyoung yang sedang duduk di sofa memandangi Lien yang mengamati aquarium ayahnya yang berisi ikan hias tak jauh darinya.

Tatapan mata Lien membuat Doyoung teringat dengan Yedam. Sebenarnya Doyoung ngerasa agak terganggu dengan ucapan Lien tadi pagi.

Dari mana Lien tahu dia suka pada Yedam? Apa Lien itu pembaca pikiran? Atau lebih parahnya dia cenayang?

Pemikiran absurd Doyoung buyar karena secara-tiba tiba-tiba Lien sudah berada di sampingnya. Hal ini tentu saja membuat Doyoung kaget.

"Heh, anjir ngagetin aja!"

"Lo bisa ngilang ya? Kok gue gak denger langkah kaki lo jalan kesini?" tanya Doyoung yang sebenarnya ngawur, tapi..

"Iya." jawab Lien singkat membuat Doyoung terkejut.

"Hah? Beneran bisa? Padahal gue cuma ngasal doang nanyanya."

Lien tak menjawab. Ia menjentikkan jarinya, kemudian secara magic Lien menghilang dari hadapan Doyoung.

"Anjrit!" umpat Doyoung refleks saat melihat Lien yang berada di belakangnya.

"Hehe, beneran bisa kan." kekeh Lien tetap dengan eskpresi datarnya.

"Wahh, keren banget. Kalau gitu kenapa lo gak teleport aja buat balik ke planet lo atau ngejelajahin galaksi lain?" tanya Doyoung heran. Pasalnya kemarin Lien 'kan datang dengan pesawat luar angkasa yang ukurannya terbilang cukup kecil.

"Kekuatan kami ada batasnya, Doyoung." jelas Lien sambil mengambil tempat di samping Doyoung.

"Gak bisa teleport jauh-jauh?" tebak Doyoung yang sepenuhnya benar.

"Iya, maksimal jaraknya cuma 500 meter." jelas Lien menambahkan.

"Wah, tapi tetep aja ker--"

"Dingin." sela Lien cepat.

"Tuh, ada selimut. Pake aja."

"Mau pake sama Doyoung." pinta Lien cepat.

Doyoung menatap Lien aneh, tumben sekali dia merengek seperti ini. Biasanya kan penurut sekali. Tapi gapapa sih, Doyoung juga agak kedinginan. Jadi, ia mengambil selimut yang terlipat rapi di sudut sofa dan menyelimuti Lien sekaligus dirinya.

"Mau nonton tv gak?" tawar Doyoung saat melihat Lien yang bosan.

Lien mengangguk saja, ia terlihat tidak bertenaga. Doyoung jadi bingung.

Beberapa jam berlalu, Doyoung jadi bosan sendiri menonton acara tv yang tidak terlalu menarik itu. Ia menoleh ke arah Lien, lagi-lagi tidak ada raut yang berarti, hanya ada raut datar.

Tiba-tiba Doyoung kepikiran untuk mengajak Lien berfoto dengan menggunakan instax mini miliknya, yang baru saja dibelikan beberapa waktu lalu oleh Mamanya.

Doyoung bangkit dan berjalan dengan terburu-buru ke kamarnya, tentu saja Lien keheranan melihat Doyoung tiba-tiba bangun dan berlarian ke kamarnya.

Setelah mendapat kamera itu, Doyoung segera menghampiri Lien dan menjelaskan secara singkat fungsi benda itu.

"Li, kita foto-foto, yuk! Pakai kamera ini, biar hasil fotonya langsung bisa jadi kertas."

Lien sebenarnya tak mengerti dan ingin bertanya, tetapi Doyoung sepertinya tidak mau menjelaskan terlalu banyak. Ia langsung menarik Lien kedalam rangkulannya dan tanpa aba-aba langsung memotret.

Sinar yang dihasilkan benda itu membuat mata Lien silau dan tentu saja ia memejamkan matanya karena itu. Doyoung yang melihat tingkah Lien hanya terkekeh geli, ia menyodorkan gambar polaroid itu pada Lien.

Lien menerimanya dengan alis mengernyit, ia melihat wajahnya dengan Doyoung di gambar itu. Doyoung terlihat bagus walau rambutnya mencuat sana-sini, lain dengan Lien yang justru terlihat lucu karena memejamkan matanya.

Tanpa bisa dicegah, senyum Lien terbit karenanya. Doyoung yang melihat itu merasa sedikit lega, akhirnya dia bisa membuat Lien sedikit lebih baik.

"Kenapa lo senyum?" tanya Doyoung iseng.

"Makasih, Doyoung." kata Lien yang sama sekali tidak menggubris pertayaan Doyoung tadi.

"Kenapa, sih? Perasaan dari tadi pagi lo makasih mulu sama gue?" tanya Doyoung yang lagi-lagi dihiraukan oleh Lien.

"Mau foto lagi, boleh gak Doyoung?" tanya Lien yang membuat Doyoung mendengus karena merasa pertanyaannya diabaikan.

"Iya, boleh. Tapi jangan merem kalo di foto." sindir Doyoung sambil terkekeh saat melihat hasil foto tadi.

Lien tak menjawab, ia memberi Doyoung kode bahwa ia sudah siap. Doyoung pun mengerti dan mereka berdua menghabiskan malam itu untuk berfoto-foto.

tbc

a (lien) | dodam ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang