3

25 2 0
                                    

2014

"Bahasa Indonesia aja belepotan gini, gimana mau bicara layaknya anak Jaksel," batin Ilas seusai membaca selebaran yang diberikan teman barunya.

Ia tampak merutuki keterjebakannya dalam lingkaran pertemanan yang kesannya toxic itu. Mau tidak mau ia harus bergabung di Capaa team, namun ini ialah permintaan seseorang yang telah menolongnya, hitung-hitung bentuk balas budi.

Meski terkesan geng idola di sekolah namun tak sedikit pun ketertarikan Ilas bergabung di sini. Ia hanya ingin lingkungan yang normal semestinya bukan yang bernuansa a-la a-la seleb begini. Terlebih ia bukan orang yang tepat memenuhi kriteria Capaa. Pintar, kaya, cantik, berbakat ataupun anak pejabat. Ia hanya gadis desa yang ingin memperoleh ijazah SMA.

Di pandanginya kertas seukuran A4 itu lalu dibaca berulang-ulang.

Capaa team, rules!

Terpampang paling menonjol di kertas, tulisan dengan format calibri itu di balur warna silver dan toska, disertai efek drap shadow juga tersemat logo di dalamnya, disertai beberapa keterangan dan juga foto ukuran 3R terhias epik di pojok kiri bawah.

Capaa adalah sebuah geng yang populer yang dikagumi siswa-siswi di salah satu SMA negeri di kota itu. Banyak yang mengidolakan orang-orang di geng layaknya selebritas papan atas, maupun bergabung di geng itu sendiri adalah keberuntungan yang luar biasa yang diidamkan, dan menjadi angan di kebanyakan orang, beber salah satu siswa di sana.

Setiap tiga tahunnya pasti lahir geng unggulan yang mendominasi siswa lainnya. Pintar, tajir, berbakat, dan lain sebagainya. Tentunya bukan sembarang orang yang tergabung di geng tersebut. Hanya orang-orang terpilih yabg sesuai kriteria dan standarisasi.

Tahun ini Capaa team di ketuai oleh Cassi, yang mana merupakan anak Kepala sekolah dan juga terkenal akan kecantikannya. Anggota lainnya yaitu Aca, gadis manis yang periang, seorang atlet yang terkenal humble. Lalu Panca, satu-satunya cowok yang terkenal akan ketajirannya dan juga merupakan kapten basket sekolah.

Alissa, cewek cantik yang terkenal sebagai model ibukota. Dan terakhir Flaw, seorang putri CEO yang terkenal, namun sayangnya Flaw bukan lagi bagian dari Capaa team, karena ia pindah sekolah ke luar negeri diboyong keluarganya. Untuk itu, Cassi dan lainnya tengah berusaha mencari sosok yang bisa menempati posisi pengganti Flaw di Capaa. Lima anggota telah memiliki filosofi tersendiri bagi mereka. Harus lima.

Banyak siswa yang berupaya menjadi bagian dari Capaa, hal ini ditunjukkan dengan berbagai cara entah itu pendekatan secara perorangan maupun iming-iming dan sebagainya agar bisa memperoleh posisi itu.

Berbagai taktik dan percobaan pun telah Capaa team lakukan, dua Minggu berlangsung pencarian anggota namun menurut mereka kriteria yang mereka cari belum terlihat.

Suatu hari, kelas Mipa 2 kedatangan murid baru. Aca yang juga merupakan murid di kelas itu pun merekrut murid baru itu, dialah Ilas. Dan yang lainnya juga setuju. Apalagi Cassi yang sempat bertemu dengan Ilas sebelumnya.

Ilas yang tidak mengetahui apa pun hanya menjalani hari seadanya. Murid baru, dari desa, dan masih kesulitan mencari teman. Terlebih lingkungan yang kurang ramah menurutnya. Jika ia datang lebih awal di sekolah, sudah pastinya duduk di bagian depan kelas dan membaca buku, jika jam istirahat tiba ia pun kembali ke tempat yang sama. Dikelas  ia pun memerhati pelajaran dengan saksama dan minim interaksi dengan murid lainnya.

"Di kelas gue ada murid baru, namanya Ilas. Kayaknya sih anak baik," ucap Aca saat berada di kantin dengan lainnya.

"Terus orangnya gimana?"

"Dari desa sih sepertinya, but dia terlihat unik," timpal Aca meyakinkan.

"Kita tawari dan kasih rulesnya dulu aja gimana, Cass?"

"Boleh, btw liat mana orangnya!"

"Sekarang udah balik sih, tapi ntar deh. Gue punya fotonya."

"Boljug sih dari tampangnya!"

"Eh bentar, kayaknya nggak asing deh," ucap Cassi seraya meraih ponsel Aca dan coba mengingat-ingat dimana ia pernah melihat gadis itu.

Keesokan harinya saat jam istirahat, Aca mengajak Ilas ikut dengannya ke markas Capaa team, yaitu di salah satu kantin sekolah yang menjadi favorit mereka. Sempat ciut Dengan apa yang akan terjadi nantinya, Ilas tetap mengikuti ajakan Aca.

Setibanya di sana ia cukup kaget melihat kehadiran seorang yang sempat menolongnya, dan belum sempat berkenalan dan mengucapkan terimakasih.

Cassi dan Ilas sempat bertemu sebelumnya, yaitu saat Ilas pertama kali menginjakkan kaki di kota ini.

Saat itu, karena lengah orang tak di kenal berhasil membawa lari totebag di tangan kanan Ilas, yang mana di dalamnya terdapat dompet dan alamat yang akan dia tuju di sana. Ilas panik, dan berteriak minta tolong.  Cassi yang melihat kejadian itu, sontak berlari menangkap pencopet itu. Meski menggunakan sepeda motor, Cassi berlari sekuat tenaga dan kemudian melemparkan tasnya, hingga menimpuk kepala si pencopet. Alhasil ia terpelanting dari motornya, tanpa aba-aba tendangan pun mendarat di dada pemuda itu. Cassi berhasil memperoleh totebag milik Ilas.

Selain cantik, Cassi juga jago kelahi. Ia pemain taekwondo dengan sabuk yang bukan sembarangan.

Dengan terburu-buru ia memberikan totebag kepada pemiliknya, dan kemudian bergegas menuju mobil yang telah menunggunya di seberang. Ilas pun mengucapkan terimakasih pada saat jarak mereka cukup berjauhan.

Entah Cassi mendengar atau tidak, yang jelas dia benar-benar berterima kasih. Jika tidak ditolong Cassi, entah kemana hendak di tujunya. Tak bisa dibayangkan jika dia harus menggembel ditengah hiruknya ibu kota.

Setelah berbasa-basi cukup lama, kemudian Capaa team mengutarakan maksudnya untuk merekrut Ilas agar bergabung bersama mereka, meski bingung dengan alasan apa dia diajak  namun hanya anggukan-lah yang diberikan Ilas saat pertama kali Cassi mengajaknya bergabung. Tanpa tau dunia Capaa itu sendiri seperti apa.

Ada kelegaan karena mendapat teman baru namun disisi lain ia juga tidak mengerti apa yang akan terjadi nanti. Terlebih lagi banyak kejadian yang ia lihat di tv dimana orang-orang kaya akan menindas orang-orang seperti dirinya. Ia coba mencari tau tentang Capaa dengan bertanya kepada murid-murid lain.

Ada beberapa versi jawaban yang ia peroleh. Geng popular yang kaya prestasi, tukang bully, dan isu-isu baik dan buruk memenuhi telinganya.

Meski kenyataannya yang ia lihat adalah kepopuleran dan kebaikan-lah yang ada disana hal ini di tandai oleh respon murid lain yang ia lihat beberapa hari ini. Namun ia juga sedikit menakutkan hal lain. Namun apapun itu, Ilas mencoba siap, toh dia kesini untuk bersekolah bukan lainnya. Apapun yang terjadi nanti, ia akan menghadapinya.

***

Bisa duduk bareng dengan Capaa team di kantin adalah idaman para murid. Terutama murid laki-laki, apalagi memiliki nomor ponsel mereka, terlebih di Capaa team sepertinya masih jomblo. Belum ada pembuktian bahwa masing-masing mereka punya pasangan. Jika sudah, pasti media sosial mereka akan di banjiri postingan yang uwu-uwuan.

Ilas tidak bisa membayangkan bagaimana hari-harinya ke depan, apakah ia diperlakukan dengan sama layaknya anak geng Capaa lainnya atau berbeda. Yang jelas mulai besok ia adalah bagian dari orang-orang tersebut.

Hufftt.

Ilas menarik napas lelah, di ayunkan kuas di tangannya membentuk titik, garis, lalu menjadi sebuah objek dengan warna-warna pilihan. Ia mengalihkan terkaan-terkaan tentang apa yang akan terjadi esok, yang jelas hari ini ia ingin mengabdikan diri di kanvas kecintaannya itu.

Pukul dua puluh satu lewat lima puluh, ia melirik jam dinding yang menempel di pojok kiri atas jendela kamarnya. Posisi bangku di geser sedikit, beberapa cat minyak dituangkan kedalam palet. Kuas pun mulai dimainkan.

***

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang