6

36 1 0
                                    

"Cas- Cassi, Lo kenapa?" Alissa menggoyangkan tubuh sahabatnya.
Di samping, Aca tengah mengucek-ngucek matanya, mendengar suara Alisaa. 

Cassi masih dengan mata terpejam, peluh bersimbah disekujur tubuhnya, tangannya mencekam kuat.

"Cass, " Aca ikut memanggil Cassi.

"Casiiiiii," jerit Alisa memecahkan malam.

Seketika Cassi terbelalak spontan ia duduk dengan napas memburu.

"Lo kenapa?"

Cassi hanya diam tercekat, seperti orang yang habis dikejar hantu. Matanya liar ke arah jendela lalu tertuju ke lantai.

"Ca, tolong ambil minum!" pinta Alissa. Tanpa membantah Aca pun bergegas mengambil air.
Alissa membenahi rambut Cassi yang berantakan menutupi wajahnya.

Tak lama, Aca pun datang membawa segelas air putih lalu menyodorkan kepada Cassi.

Uhuuk uhuuuuk. Cassi tersedak sambil memegang dadanya.

"Lo kenapa?" Lagi-lagi Alissa penasaran.

"Gue-- Gue," ucapnya mengecek sesuatu di lehernya kemudian menatap jendela.

"Ada apa sih, Cass?"

"Ada makhluk yang nyekek gue Al," balas Cassi. Genggamannya dieratkan.   Alissa dan Aca saling pandang.

"Tenang, tenang, Lo cuma mimpi kok,"
kedua sahabat itu menyakinkan Cassi.

"Bukan mimpi, gue ngerasain ini tu nyata, serem banget, makhluk itu mau ngebunuh gue Al."

Aca lalu mengambil posisi disebelah Cassi, "buktinya Lo ngga kenapa-kenapa kan, tenang disini ada kota kok, cuma mimpi beb.  Udah ngga usah mikirin macem-macem!"

"Iya ni, yuk tidur!"

Ruangan itu pun hanya disinari oleh lampu meja yang temaram, desir angin seolah berpacu dengan pendingin ruangan. Ketiganya mulai memicingkan mata dengan selimut yang terpasang rapi. Nyanyian malam sayup seperti suara anak kecil mencari ibunya, bernuansa kidung kematian.

Cassi menahan kelopak matanya agar tetap tertutup. Tangannya mencengkram kuat selimut, posisinya yang semula di sisi tempat tidur sekarang berada di tengah agar menepis ketakutan dari mimpi buruk yang ia alami.

"Cassi, casii hihiiiiii," diselingi seringai dan tawa yang panjang.
Suara itu seolah memantul pada kusen jendela yang kokoh di sebelahnya. Berulang-ulang, membuat napasnya semakin memburu, cengkramannya semakin kuat.

Panggilan itu semakin membabi buta, Cassi yang telah menutup kedua telinganya malah mendengar suara itu dengan jelas.

Tis, tis.

Tetesan air mendarat di keningnya, sebentar itu bukan air biasa. Berlendir dan aromanya pekat serupa ikan segar. Cassi menyeka air itu dengan tangannya dan perlahan membuka mata melihatnya.

"Aaaaaaaa."

Jeritannya memecah malam sunyi. Alissa yang baru saja melayangkan kantuknya terbangun seketika. Begitupula Aca.

"Apa lagi, Cas?" Tanya Aca yang setengah sadar.
Cassi terengah-engah, ia kesulitan bicara sesekali menelan ludah dan melihat sekeliling.

Ruangan megah itu tetap pada situasinya, tak ada apa-apa. Keadaan normal.

"Makhluk itu, Al," ucapnya ketakutan dan memeluk Alissa.
Lagi-lagi Aca dan Alissa saling pandang, dibelainya rambut Cassi dengan lembut.

"Yaudah sekarang kita pindah kamar aja yuk!" Ajak Alissa.

Cassi mengangguk mantap, karena dia benar-benar merasa ketakutan di kamar itu. Dan ia pun menyebutkan beberapa kamar yang masih kosng di rumahnya.

Ketiganya sepakat, Alisaa memapah Cassi yang ketakutan, turun dari tempat tidur lalu berjalan ke luar.
Aca yang dengan situasi yang masih setengah tidur, sempoyongan mengikuti kedua sahabatnya.
Dalam kondisi yang belum sepenuhnya sadar ia pun menuju meja yang berada di dekat jendela mengambil ponselnya yang terletak di sana.

"Kau?"

Ujar Aca terhadap apa yang dilihatnya. Kemudian  tanpa peduli ia meraih ponsel itu, dan menuju keluar kamar sembari menggaruk-garukkan kepala dengan mulut yang hendak menguap dan tertahan, menunjukkan betapa matanya mengantuk.

....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang