Prolog

10 4 2
                                    

Hujan deras mengguyur kota kecil itu dimalam hari. Udara menjadi dingin, banyak pengendara yang menepi dipinggiran toko yang sudah tutup untuk terhindar dari guyuran hujan.Disebuah rumah sederhana dengan suasana hangat yang nyaman, terlihat dua bersaudara yang tengah berbincang.

"Beberapa minggu ini, hujan sering banget turun, udaranya jadi dingin" ucap lelaki yang terlihat lebih muda kepada saudarinya. Ia sedang bergelung dengan selimut tebal agar kulitnya terhindar dari udara dingin.

"Kak, lo nggak dingin apa? Tipis gitu baju lo." ujarnya pada gadis yang satu tahun lebih tua darinya.

"Berisik banget lo, udah diem jangan ganggu gue."

"Dih, orang gue cuma tanya." Bagaimana dia tidak bertanya. Lihat saja, kakaknya itu hanya memakai kaos tipis longgar dan hotpants yang hanya menutup setengah paha.

"Langit adikku sayang, mending lo diem, gue jadi nggak fokus gara-gara lo ngoceh terus. Jadi, diem oke?" ditatapnya sang adik dengan senyum yang terlihat terpaksa.

"Oke, gue diem."

"Nah gitu dong, baru namanya adik gue yang pinter."

Dengan memutar bola matanya malas, Langit menjawab. "Ya ya ya."

Langit memperhatikan kakaknya yang sedang fokus membaca, kakaknya itu terlihat anggun jika sedang seperti itu. Berbanding terbalik dengan sikapnya sehari-hari. Dilihatnya sang kakak bangkit dari duduk santainya, "Lo mau kemana kak?"

"Gue mau kekamar, ngantuk." jawabnya sambil menguap, dengan kaki yang sedang menaiki tangga, dia melanjutkan, "Lo jangan tidur malem-malem, jangan lupa kalo besok sekolah. Gue nggak mau kita terlambat cuma gara-gara lo yang bangun kesiangan."

"Iyaaa, udah lo tidur aja sana,"

*****

Sesampainya di kamar, gadis itu merebahkan diri dikasur empuk dan nyaman miliknya. Ia memandang langit-langit kamarnya dan bergumam. "Kak, gue janji bakal nemuin Si brengsek itu. Jadi lo yang tenang ya disana, jangan khawatirin gue sama Langit. Kita udah gede dan bisa jaga diri sendiri."

Matanya beralih menatap buku yang baru saja ia baca yang berada di atas meja belajarnya. Buku itu tersampul dengan rapi, dan dibagian depannya tertulis sebuah nama.

Anindita Oviana

"Gue nggak nyangka lo sehancur ini Kak. Gue Aurora Reviana, sebagai adik lo, berjanji bakal nemuin orang yang udah bikin lo jadi kayak gini. Gue harap dendam lo terselesaikan dengan apa yang gue lakuin ini."

Setelah mengatakan itu, dia menguap, dengan perlahan mata itu mulai menutup. Membawa Via ke alam mimpi yang indah.

----------------------------------










Welcome to my story
Hai semua, aku penulis baru disini, semoga kalian suka dan nyaman sama cerita yang kubuat iseng ini. Kalau nggak suka ya nggak papa cukup tinggalkan lapak ini.

Terima kasih🙏





WAKTU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang