bag 03. Rakyat biasa.

6 0 0
                                    

*******

"Siapa yang menyuruhmu pergi!" Sialan, apalagi memangnya, apa kau ingin aku terus di sini? Kau bilang aku merusak pestamu dengan kehadiranku.

"Karena yang mulia tidak ingin melihat saya, maka saya akan undur diri ..."

"Enak saja. Kau sudah merusak moodku, jadi sebaiknya kau harus menghiburku sebentar." Menghibur apa maksudmu?

"Saya tidak mengerti apa yang anda maksud yang mulia."

"Rakyat biasa memang bodoh! Karena kau sudah membuatku kesal, jadi lakukan sesuatu agar aku tidak kesal lagi!" Apa maksudnya itu?

"Saya tidak mengerti, apa yang anda inginkan?"

"Dasar bodoh, tunjukan sesuatu padaku untuk menghiburku." Apa dia gila? Apa yang harus aku tunjukkan, aku hanya gadis dari desa yang tidak tau apapun.

     Setidaknya itu Chaterine, walaupun sebenarnya aku ahli dalam beberapa bidang. Tentunya selama 98 kali kehidupanku sebelumnya, banyak hal yang sudah aku lalui. Hidup itu begitu singkat.

"Maafkan saya yang mulia, saya tidak bisa melakukan apapun."

"Dasar rakyat biasa rendahan. Kau beruntung masuk ke dalam kekaisaran ini dan menjadi bagian dari keluarga kaisar." Kau salah, mungkin jika Chaterine masih hidup dan di beri pilihan, tetap di desa atau masuk ke istana, aku yakin dia akan menjawab, bahwa dia akan tetap berada di desa.

"Jangan membuat keributan."

Mata abu-abu itu ... dia pasti putra mahkota, Luceired Lubrick.

"Salam kepada penerus matahari kekaisaran, yang mulia putra mahkota." Tidak perduli apa, sekarang beri salam saja dulu.

"Kau juga ... jangan diam saja!" Apa maksudnya? Aku mendapatkan ingatan tentang Luce dari ingatan Chaterine, pria ini sangat dingin, tatapannya bahkan seakan bisa membekukan tubuhku secara mendadak.

"Aku tidak tau jika Kakak akan berbaik hati padanya." Hacio ini memang memiliki mulut yang tidak ada filternya. Bisakah kau menyaring ucapanmu dulu sebelum bicara?

"Jangan buat keributan. Pesta ini di adakan untukmu, jangan membuat kekacauan karenanya."

"Aku mengerti, Maafkan aku." Jadi ternyata dia juga bisa minta maaf. Melihat sifatnya sebelumnya, dia bahkan tidak akan mau meminta maaf padaku walaupun gunung runtuh sekalipun.

"Yang mulia putra mahkota, dan yang mulia pangeran ke dua. Kalau begitu, saya pamit undur diri." Sebaiknya aku harus cepat-cepat menyingkir dari hadapan mereka.

     Sebelum ada kegaduhan lainnya, ku pikir sudah waktunya untukku pulang, tapi entah bagaimana bisa, aku bertemu dengan seorang yang cukup merepotkan.

"Salam kepada yang mulia putri. Saya Emelly Konrad senang bertemu anda, yang mulia." Apa lagi ini? Dia terlihat sangat tidak tulus saat menyapaku. Apa ada maksud lain?

"Senang bertemu dengan anda juga, Nona Konrad."

"Saya mendengar banyak hal tentang anda, saya dengar dulu anda tinggal di desa kecil? Saya sangat penasaran bagaimana rakyat biasa hidup? Apa mereka benar-benar menggunakan  gelas yang sama saat minum?"

     Ohh aku mengerti, ternyata dia ingin mengucilkanku, baiklah, aku hanya perlu bersabar, untuk saat ini, aku tak perlu membuat sesuatu yang bisa membuatku menjadi pusat perhatian.

"Yang anda katakan benar, dulu saya juga melakukan hal seperti itu." Kapan dia pergi, berapa lama dia akan menahanku?

"Menarik sekali, Tuan putri dulu adalah rakyat biasa, apa anda juga pergi ke ladang dan menanam sayuran?"

"Itu benar."

"Saat menjadi rakyat biasa, apa anda juga pernah tidur di luar ruangan, ku dengar saat seorang rakyat biasa kelelahan saat bekerja, mereka akan tidur di mana saja."

  Rakyat biasa, rakyat biasa, rakyat biasa! Astaga, sampai kapan dia akan terus menyebut kata rakyat biasa?

"Semua yang anda katakan benar, saat seseorang kelelahan, dia akan beristirahat di manapun asalkan tempat itu layak untuk di gunakan." Jika sekali lagi dia mengatakan tentang rakyat biasa lagi, aku bertaruh, setidaknya aku akan membuatnya merasa malu saat keluar dari sini.

"Rakyat biasa memang aneh, bahkan mereka terlihat sangat kotor. Aku pernah melihat beberapa rakyat biasa yang datang di sekitar kediamanku, dan mereka benar-benar tidak memiliki sopan santun. Apa mereka benar-benar tidak pernah belajar etika?"

     Berapa kali? berapa kali dia mengatakan kata rakyat biasa, dia sengaja mengatakan itu di depanku kan, karena Chaterin adalah rakyat biasa.

"Mereka tidak melakukan hal seperti belajar etika."

"Benarkah? Bukankah etika itu sangat penting, entah itu bangsawan atau rakyat biasa, setidaknya mereka harus memiliki sopan santun walaupun mereka tidak beretika."

"Mengatakan kata sopan santun dan etika, saya merasa sopan santun Nona Konrad sangat bagus, bahkan bisa mengatakan dan menjelaskan bagaimana seorang rakyat biasa." Jika merasa kesal dengan perkataanku, maka katakan langsung padaku.

"Tentu saja, saya belajar etiket sejak kecil, mana mungkin saya di samakan dengan rakyat biasa, bukankah Tuan putri yang bisa dengan cepat beradaptasi itu luar biasa, saya merasa terhormat berbicara dengan anda." Dia mau melanjutkan sampai mana sih?

"Terima kasih atas ucapan anda, tapi sepertinya anda belum belajar semua etiket dasar."

"Apa maksud anda?"

"Bukankah baru saja anda mengatakan bahwa saya adalah rakyat biasa sebelumnya, lalu anda mengatakan bahwa rakyat biasa tidak memiliki sopan santun dan tidak beretika, jadi bisa di simpulkan bahwa anda baru saja mengatakan saya tidak beretika dan tidak memiliki sopan santun, apa anda sedang menghina keluarga kekaisaran?"

*******

Living as a Neglected Imperial FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang