Bab Two

37 1 0
                                    

Aroma kayu manis menguar dalam potongan cake yang tersaji di piring. Teh apel terasa hangat saat menyentuh bibir. Namun suasana tenang ini terpaksa sirna. Mulutnya yang berisik saat mengunyah cake sembari mengobrol dengan Madam Arlena. Pemilik butik yang sedang mereka singgahi ini.

"Wow, enak banget! Astaga tehnya, amazing taste!  Madam mesti buka cafe. Harus!"

"Oh, Thanks." ucap Madam Arlena tersipu malu.

"Beneran! Aku akan setiap hari datang ke cafe, Madam. Pokoknya apapun yang dibuat dari tangan Madam is the best."

Gadis itu mengangkat tangannya memberi tanda jempol. Samuel mengakui ia bukan sekedar gadis biasa-biasa saja. Siapapun yang berada di sampingnya pastilah akan terpikat pada suaranya yang mampu memukau siapa saja.

Samuel menengok ke belakang. Matanya terpaku sepatu stiletto kaca. Sudut bibirnya tersenyum memikirkan kejutan untuk gadis yang duduk di sebelahnya. Menyemburkan remah kue seraya berceloteh pada Madam.
***

Samuel keluar dari mobil lalu menengok sekeliling. Sejak kapan ada kerumunan wartawan sebanyak ini. Bukannya ini acara private. Pikirnya. Kemudian ingatannya beralih pada perkataan asisten pribadinya, Rika. Kalau saudaranya akan mengundang artis tenar untuk mengisi acara. Ia tak mau memusingkan hal remeh seperti ini. Rika menyerahkan sebuket mawar yang dipesannya beberapa jam lalu sebelum berangkat. Kini Samuel dapat melihat tema party; GardenRose. Mawar adalah kesukaan Jessica. Pasti ia begitu semangat menikmati suasana yang disenanginya. Oh, Astaga! Semua mata wanita memandang ke arahnya. Samuel tahu pesonanya tak pernah luntur. Ia juga mengabaikan tatapan ketakutan seorang wanita di depannya. Ralat. Shock melihat ketampanannya.

"Selamat ulang tahun, my sister." ucap Samuel lembut memeluknya penuh rindu.

Belum sempat ia mengecup pipi Jessica. Keributan terjadi di belakangnya. Ia melirik pada dua gadis yang terjatuh bersamaan. Namun sayangnya yang satu dress dikenakan basah tertumpah minuman. Samuel melangkah mengabaikan panggilan Jessica serta keluarganya. Ia berjalan mendekati gadis yang ketakutan itu. Mata serta wajahnya begitu familiar.

"Bagaimana bisa kau berada disini?" geram Samuel penuh emosi.

Gadis itu kembali takut seraya dibantu Luna bangun. Apa-apaan ini! Diantara semua wanita cantik yang berada di pesta ini. Samuel berjumpa dengannya disertai perasaan teramat benci yang  berkecamuk dalam emosi. Wanita yang nyaris membuat hidupnya jatuh dalam kegelapan terdalam.

"Samuel."

Wanita itu dengan tegas menyebut namanya.

Samuel juga rindu pada suaranya nan seksi. Bibir merah yang meranum ingin dikecup. Kulit putih pucatnya yang siap ingin dibelai olehnya. Setelah waktu berlalu Samuel tak memungkiri ia tak bisa mengenyahkan pikirannya dari wanita dihadapannya. Channel.

***

"Samuel, haloooo!" jerit Channel gugup. Ia melirik Luna yang menggeleng pelan.

Lelaki di depannya masih mematung enggan berpindah. Tangannya menggigil mendadak akan kecemasan yang menanti. Harusnya ia tak datang pada acara keluarga Clarkstone.
"Hello! Inikan tuntutan pekerjaan. Dam it! Juga pesta mewah Jessica Clarkstone, musuh bebuyutanmu."

Channel tampak lelah harus menghadapi ini. Ia menyentuh dahinya yang berkeringat. Ia memerlukan tisu untuk melap wajahnya. Apalagi dress krem menyebalkan yang bernoda.

"Aku tanya bagaimana kau bisa di pesta ini! Seharusnya kau menghilang kabur bersama selingkuhanmu!" ucap Samuel kasar.

Channel ternganga tak percaya. Selingkuhan. Memangnya ia berstatus kekasih Samuel. Dalam mimpimu!

Luna menyenggolnya agar segera menyingkir dari pesta ini. Channel melupakan tatapan horor dari sekian tamu yang hadir. Mereka dalam tontonan gratis. Memangnya ia artis-mantan artis yang kini menjabat manager sementara girlband Destiny. Ia menggerutu ke arah Samuel berpaling ke tempat lain mencari rute keluar.

"Kau mau kemana?" Samuel menangkap lengannya kencang.

Channel menatap kulitnya yang kemerahan dicengkeram oleh lelaki egois tersebut.

"Jelas pulanglah! Kau pikir buat apalagi aku bertahan disini." ucap Channel kesal.

"Kata siapa aku menahanmu? Justru aku ingin menyeretmu keluar dari pesta ini. Kau tak pantas berada ditengah keluarga Clarkstone." cibir Samuel mengejek.

Luna mundur perlahan menjauhi mereka berdua. Channel memutar mata sebal melihat sepupunya lari dari masalah. Dan meninggalkan berdua Samuel yang membuatnya kikuk.

"Kau pantas marah padaku. Maaf." ucap Channel kelu. Ia tahu alasan kemarahan Samuel yang menyudutkannya.

"Hanya maaf yang bisa kau katakan." geli Samuel. Matanya yang liar seolah ingin menenggelamkan Channel ke dasar lautan saat ini.

"Pergi sekarang!" bentak Samuel menarik tubuhnya menjauhi pesta.

Sudut lain Channel menatap keluarga Clarkstone tertawa senang. Ia memang tak pantas berada ditengah keluarga harmonis ini. Beberapa pria bersetelan hitam menghalangi Ridwan serta girlband Destiny. Oh gosh, Channel harusnya tahu kalau tindakan lelaki ini sangat licik. Apakah sakit hatinya setelah ditinggalkan Channel bertahun-tahun masih belum redam? Ia menikmati tubuh mungil Channel yang diseret seolah karung beras saja. Hingga keluar gedung pun ia masih tak melepaskan rontaan Channel yang memekik frustasi padanya.

"Puas sudah mempermalukan..." teriakan Channel berbaur dengan wartawan yang memburu ke arahnya.

Bruk! Channel terdorong ke kursi mobil. Ia kaget melihat Samuel yang tersenyum duduk di sebelahnya.

"Jalan, Joe! Terobos saja para wartawan yang menghalangi perjalanan kita."

What! Apa sekarang Channel bermimpi?

"Katanya kau mengusirku! Kenapa aku harus satu mobil denganmu! Kembalikan aku dan aku punya mobil yang lebih bagus darimu!" jerit Channel marah memukuli bahu lelaki itu keras.

Bibir Channel basah. Ini bukan karena ia menjilati bibirnya. Melainkan ciuman dadakan milik Samuel yang menempel dibibirnya. Suara jeritan berubah menjadi desahan hangat mereka berdua. Channel benci padanya. Begitu pula sebaliknya Samuel.

"Sekarang kau menikmatinya, Nela. Kau harus membayar semua penderitaan yang kualami olehmu." Ucap Samuel menatap penuh binar. Channel merasa sesak lalu mengigil ketakutan. Ia menyesali ikut dalam pesta Jessica Clarkstone. Meski tak dapat menghapus sisa ciuman di antara mereka.

"Bagaimana kalau aku kabur? Seperti 5 tahun yang lalu." tukas Channel.

Mata Samuel makin menggelap. Ini akan membuatnya terjebak permainan Samuel seperti dulu. Persis 5 tahun lalu saat ia ketahuan menyamar dan masuk ke dalam keluarga Clarkstone.

"Sayangnya kau tak bisa kabur lagi. Selamanya kau akan terkurung bersamaku, Nela-ku." ucap Samuel berbisik lirih ditelinganya.

Seperti biasa mohon kritik dan komentarnya. Keep reading ya. Thank you.

Cinnamon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang