"Argh... Lepaskan, dasar pembunuh biadab!", teriak seseorang diambang kematian.
"Cih...", ucap seseorang yang mengenakan tudung hitam yang menutupi seluruh tubuhnya.
'Crashh...', bunyi tebasan pedang yang sangat menyilukan sekaligus mengerikan bagi orang lain yang mendengarkannya. Namun, bagiku adalah alunan melodi yang mendebarkan hati nan memacu adrenalin. Dan, yang anehnya sensasi itu hanya bisa aku rasakan dan dapatkan dari seorang pria yang saat ini sedang aku selidiki diam – diam. Aku selalu mengikutinya dan berakhir dengan kehilangan jejaknya selalu, namun aku puas bisa melihat seni berpedangnya yang indah, menurutku.
Ia masih diam mematung memandangi sekelompok orang yang sudah ia bantai, tanpa ekspresi sama sekali, dan tangannya masih kokoh memegang pedang yang berlumuran darah tanpa rasa jijik atau takut akannya warna merah darah yang deras menetes dari ujung pedangnya.
Selama ini aku selalu memata – matainya, siapakah dia? Darimana asalnya? Dan banyak sekali pertanyaan yang membuatku penasran. Selama aku mengikutinya, ia hanya memakai tudung hitam yang menutupinya dari ujung rambut sampai mata kaki.
Kenapa ia masih berdiam diri?
...
...
...
"Ada apa?", tanya seseorang. Aku terkejut siapa itu yang sedang bertanya? Di dalam hutan yang rimbun ini hanya ada aku dan dia yang sedang aku matai – matai. Tidak mungkinkan dia yang bertanya?
"Kau tuli?", ucapnya sekali lagi.
"Ah, cerewet. Aku keluar", jawabku, kemudian keluar dari persembunyian. Aku yang awalnya bersembunyi di atas pohon yang paling tinggi dengan sekali lompatan mendaratkan kakiku dengan mulus di tanah.
Jarakku dengannya kurang lebih sekitar 300 meter, aku tidak mendekatinya dan dia pun masih sama berdiam diposisinya tadi. Karena aku jengkel akan kesunyian yang tidak jelas, aku putuskan untuk memulainya lebih dulu.
"Sekarang kau yang tuli hah?", ucapku sambil berdecak pinggang.
'Ting...', tiba – tiba ia sudah memasukan pedangnya kedalam sarung pedangnya. Berbalik badan berjalan mengarahku dan menghampiriku. Aku yang sudah memata – matainya selama 6 bulan tentu saja merasa puas, akhirnya aku akan mengetahui bagaimana wajahnya. Jarak kurang lebih 300 meter ini semakin lama semakin terkikis dan berhentilah dia tepat didepanku.
'Praaang...', suara adu pedang pun terdengar, pria di depanku ini bagaimana ia bisa secepat itu menarik pedangnya kembali keluar dari sarungnya dan segera mengayunkan pedangnya padaku, tadi dia memasukan pedangnya hanya untuk mengecohku? Dan aku secara refleks menangkis tebasan pedangnya, untung refleksku bagus bisa – bisa kepalaku terpisah dengan mudah dari badanku.
"Refleks yang bagus", uacapnya memuji.
"Terimakasih", jawabku dan mendorong pedang kesamping agar aku bisa mendapatkan kesempatan menyerangnya balik, namun dengan cepat ia mengubah posisinya dan berbalik menyerangku. 'Sriiing', aku menahan dan menangkisnya. Aku mundur sejauh mungkin dengan sekali lompatan kebelakang menjauhinya, namun ia tak memberikan kesempatan dan terus mengerjarku. Aku yang awalnya berniat menjaga jarak kini berubah untuk mendekatinya dan mengalahkannya, apakah ia benar – benar seorang pria? Berani – beraninya menghunuskan pedang kepadaku yang seorang perempuan, masa bodoh misalnya ia tak menyadarinya aku adalah perempuan karena penampilanku tapi suaraku masihlah ciri khas seorang perempuan.
'Praaaang....', suara pedang kembali berbenturan, Aku semakin bersemangat beradu pedang dengannya, walau ia lebih tinggi dariku, bahkan jauh lebih tinggi dariku namun kelincahan dan kelenturan tubuh yang kumiliki tidak akan mudah ia kalahkan. Pria ini semakin mundur kebelakang dan berusaha menjauh dari area jangkauan seranganku, hah? Dasar amatir menurutku. Dan saat ia sudah jauh dari jangkauan pedangku, aku segera mengubah pedangku menjadi senjata andalanku, seperti pisau lipat namun ukurannya lebih besar dengan 3 bentuk pedang yang berbeda dengan panjang masing-masing sekitar 110 cm – 120 cm dan satu kotak besi sesuai ukuran pedangku sebagai tempat 3 mata pedang dan di bagian pusat tengah terdapat lingkaran besar yang sudah tersambung dengan rantai besi panjang dengan ujungnya sebuah bola besi seukuran bola bouling yang tentunya berat, seberat 7 kg.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Two Mysterious Black
FantasySejak kecil keberadaannya selalu dihiraukan, bahkan oleh sang ayah. Menjalani kehidupan seorang diri, di mana tempat ia menginjakan kakinya memiliki segunung rahasia akan kelahirannya... Lambat laun beranjak dewasa dengan caranya sendiri, dan ketika...