Part II
Baik, akan saya siapkan. Mohon di tunggu., ucap staff laki – laki tadi, dan kemudian mempersilakan kami untuk menunggu.
Aku hanya berkeliling dan mengamati pernak pernik perhiasan yang di pajang berjejer dengan rapi nan indah di etalase. Aku biasanya tidak tertarik dengan perhiasan bahkan tidak berpikiran untuk memiliki cincin pernikahan, padahal itu adalah hal yang wajib untuk dimiliki. Namun, Carl mengingat akan kewajiban memiliki cincin pernikahan itu, mungkin Carl mengingat bahwa seorang pria wajib memberikan tnda bukti pernikahan. Sebenarnya tidak perlu membuatnya dengan tangan sendiri, membeli pun tidak masalah. Tapi mungkin cincin buatannya memiliki ciri khas tersendiri baginya.
Aku mengamati sebuah gelang tangan berwarna hitam dengan rantai besi kecil dengan ukiran, warna hitamnya pekat seperti warna rambut Carl. Mungkin aku akan membelinya, lucu juga jika dijadikan bahan guraun dengan Carl. Sedangkan Carl masih setia menunggu di tempat yang sama. Saat mengamati Carl, staff toko tiba – tiba keluar dari dalam ruangannya, namun staffnya berbeda dengan yang melayani kami tadi, sekarang seorang wanita bisa terbilang masih muda, mungkin 18 tahunan.
Aku harap sesuai dengan selera Anda, Tuan., harap penjaga toko wanita muda sambil menyerahkan bahan – bahan yang diminta Carl.
Kwalitasnya bagus. Yang ini aja., Carl menyetujuinya dan meminta untuk segara dibungkus dan membayarnya.
Menunggu penjaga toko membungkus pesanan Carl, Carl menghampiriku yang masih mengamati gelang hitam tadi. Setibanya di sampingku, Carl memelukku dari belakang dan melingkarkan kedua tangannya di pinggangku.
Apa ada yang kau suka, hmm..., tanya Carl lembut padaku.
Aku hanya melihat – lihat, sembari menunggumu selesai., jawabku menjelaskan.
Sepertinya gelang hitam itu cocok denganmu?, Carl menawarkan padaku.
Kalau bagitu kau bisa membelikannya untukku?, godaku pada Carl.
Oke. Tolong yang ini dibungkus juga., pinta Carl pada penjaga sambil menunjuk gelang yang dimaksud Carl.
Baik tuan. Mohon tunggu., jawab penjaga toko lainnya.
Oh, Carl. Lihat bros itu cantik?, seruku sambil menunjuk satu set bros pria pada Carl.
Ya, seperti menggambarkanmu., jawab Carl setuju.
Permisi, ini juga bungkus., pintaku pada staff lainnya.
Baik., jawab salah satu staff.
Kau membelinya?, tanya Carl padaku.
Ya, untukmu Carl. Anggap saja hadiah pernikahan, walau tidaklah sebanding. Tapi, anggap saja ini hadiah awal., jelasku pada Carl.
Seperti tukar kado, hah?, tanya Carl.
Benar, setelah ini langsung ke Istana, Carl. Takutnya waktu tidak cukup., ajakku.
Ya., jawab Carl menurut.
Permisi tuan dan nyonya, ini sudah kami persiapkan. Dan ini untuk total pembayarannya., ucap staff wanita tersebut sambil menyerahkan bill pembayaran.
Baiklah, apakah di sini menerima mineral stone?, tanya Carl pada Staff yang melayaninya.
Oh, apakah tuan pengembara atau Ksatria bayaran?, tanya balik sang staff pada Carl.
Dulunya., jawab singkat Carl.
Tentu saja bisa tuan, kebetuluan kami juga menerima penukaran uang dengan mineral stone jika berkenan., tawar sang staff toko.
Kemudian Carl mengeluarkan beberapa mineral stone miliknya dan memilih mana yang akan dia tukarkan. Carl mengambil mineral stone berwarna biru muda terang dengan ukuran sebesar ibu jariku sepertinya, apakah mineral stone memang sekecil ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Two Mysterious Black
FantasySejak kecil keberadaannya selalu dihiraukan, bahkan oleh sang ayah. Menjalani kehidupan seorang diri, di mana tempat ia menginjakan kakinya memiliki segunung rahasia akan kelahirannya... Lambat laun beranjak dewasa dengan caranya sendiri, dan ketika...