"Kamu gak bakal pernah bisa menuhin ekspektasi semua orang kecuali kamu udah gak ada lagi di dunia ini."
-Sepuh.
.
"Momnon, Lu serius mutusin Rascal gitu aja?" Recchi mengekori Moona, menyerbu perempuan itu dengan berbagai pertanyaan.
"Iya Cici, aku capek tiap hari di caci maki terus sama dia." jawab Moona, perempuan itu menghela napas panjang, lelah.
"Tapi Momon, Lu tau sendiri 'kan gimana gantengnya Rascal, nanti gagal move on nangess!!"
"Aku gak peduli Cici!" Moona kali ini menghembuskan napasnya kasar, berusaha sabar menghadapi sahabat blok satu-satunya ini.
"Lu serius ninggalin cowo seganteng dia?" Recchi bertanya lagi, memastikan.
Moona berbalik, memegang pundak Ecchi.
"Ganteng doang, akhlak gak ada, buat apa?"
"Aku udah yakin sama keputusan aku Ci, kamu tau kenapa aku mutusin dia?" tanya Moona.
Recchi diam, enggan menjawab.
Moona mendengus, "Dengerin baik-baik ya Cici sayangkuhh."
"Rascal emang ganteng, tapi aku nerima dia cuma karena kasian sama dia. Dan kamu tau sendiri itu?" Moona menggantungkan ucapannya, ia memandang wajah Ecchi di depannya.
Sedangkan Ecchi yang ditatap seperti itu mengangguk, ia tahu jelas Moona menerima pernyataan cinta Rascal saat itu karena terlalu tidak tega melihat laki-laki itu menjadi tontonan seluruh Angkasa Raya.
Bayangkan saja, Rascal dengan antek-anteknya berbaris di parkiran hanya untuk memberikan ruang bagi Moona dan Rascal untuk berbicara. Mana masih jam kerja pula!
Pernah lihat orang lamaran? Yash, begitulah Rascal kala itu.
"Aku mau kamu jadi pacarku, aku harap kamu mengerti posisi aku sekarang. Kamu terlalu baik untuk nolak aku didepan umum kayak ini."
Rascal dengan pedenya menyodorkan sebuket keju yang tentu saja tidak dapat di tolak Moona. Moona rela berbagi apapun, asal tidak keju dan kamarnya. Karena bagi perempuan itu, keju dan kamarnya adalah sesuatu yang sangat amat berharga setelah dirinya.
"Ingat Ras, aku nerima buket ini karena aku suka sama keju, bukan sama kamu."
Begitu katanya ketika itu.
"Dan kamu tahu bagaimana sikap dia setelah kami tiga hari resmi jadian?" Moona melanjutkan.
Recchi menggeleng lagi.
Sebenarnya mereka berdua memang seorang sahabat, tapi mereka sudah berjanji untuk tidak mengusik kehidupan pribadi masing-masing kecuali kalau salah satu dari mereka yang cerita sendiri.
"Aku gak bisa mastiin kalau kita bakal jadi sahabat selamanya Mon, tapi aku harap, selama kamu masih sama aku, semoga aku bisa berguna bagi kamu." jelas Recchi.
Jadi jangan katakan bahwa Recchi sahabat yang tidak peduli, dia sangat peduli malah.
"Dia tiap hari nuntut aku untuk jadi cantik Ci, dia selalu maksa aku buat pake kosmetik yang gak cocok sama muka aku. Iya kosmetik yang dia beliin memang mahal. Tapi 'kan aku sudah cantik dengan caraku sendiri! Aku gak suka make up. Dan dengan atau tanpa make up dari dia, aku yakin aku udah cantik." jelas Moona.
"... Karena aku bakal cantik di mata orang yang tepat. Bukan mata orang yang picek!" sambungnya.
Ucapan Moona sukses membuat Recchi melongo, namun perempuan itu dengan cepat mengontrol ekspresi wajahnya.
"Oh."
"Iya sih, Rascal emang gayanya selangit. Dia kaya, ganteng, pinter, sempurna. Cuma kurang akhlak." Recchi mengangguk-angguk.
Perempuan itu kemudian menarik tangan Moona, mengajak perempuan itu untuk mengikuti langkahnya.
"Rooftop yuk, buru, laper gua mikirin gimana biar Rascal punya akhlak."
Dan Moona tidak menjawab, memilih mengikuti perempuan itu. Daripada nanti dia bertanya lebih jauh 'kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
General Fiction"Moon, saya keterima di Jepang." "Lalu?" "Saya enggak butuh pendamping untuk saat ini, tapi ... " "Tapi apa? Kamu kau putus? Oke." "Enggak! Tapi saya janji, selepas saya pulang dari sana saya akan minta kamu langsung ke Mamah." "Enggak Kar, aku b...