Recchinatasari Si Ratu Nyinyir

2 0 0
                                    

"Apapun sih Moon, asal bukan ketinggalan gosip. Harga mati soalnya!"
-Recchi Queen Nyinyir.

.
.
Hey, Valar Morghulis Fren. Hope u enjoy this story!:333
.

"Monmon, Lu itu bikin kuatir tau nggak?! Lelah Hayati nyari Moona kemana-mana," Recchi berujar dramatis.

Perempuan itu bergelayut bak anak monyet, ralat anak kecil di lengan Moona. Moona hanya menghela napas lelah, rasa-rasanya masalahnya akan semakin bertambah. Mulai dari Rascal yang semakin menyudutkannya setiap hari, Mirza yang sakit dan belum lagi dia yang kembali ke kehidupannya.

Tidak, sebenarnya Moona senang laki-laki itu kembali. Barangkali untuk janji mereka saat itu kan?

Tapi jauh di lubuk hati Moona, perempuan itu sedikit takut akan kehadiran-nya. Bisa saja ia lupa akan janji itu 'kan? Terbukti dari laki-laki itu tidak pernah Say Hay padanya setelah perkenalan jabatan baru. Alih-alih Say Hay, Baskara lebih memilih menyampaikan sesuatu yang membuat Moona bisa melupakan laki-laki itu, sementara.

"Djuanda dapat project baru." ujar Baskara kala itu.

Laki-laki itu memandangi rekannya, tim yang bernama Griin Kukis yang hanya berisikan sembilan orang. Satu dari empat tim dibawah naungan Djuanda, dan project baru yang di percayakan kepada Griin Kukis tentu saja tantangan baru bagi laki-laki itu. Apalagi Baskara yang tidak punya pengalaman apa-apa di bidang masak memasak membuat ini semakin menarik.

"Harganya 30 juta," sambung Baskara.

Tidak ada yang menjawab, kecuali bisikan dan mimik terkejut akan harganya yang lumayan besar.

"Dan Griin Kukis di percayakan untuk mengerjakan project ini."

"Serius pak?" tanya Iofi terkejut.

Laki-laki gondrong itu tentu saja terkejut, bagaimana tidak, selama delapan bulan ia berada di Djuanda, belum pernah sekalipun Griin Kukis mengerjakan project besar.

Baskara mengangguk, "Di kapal Van Houten."

"Bapak bercanda?!" sela Recchi cepat

"Enggak, saya tidak ber--"

"Griin Kukis belum pernah pegang projek besar loh pak. Apalagi lokasinya di Van Houten, kapal pesiar yang melegenda itu 'kan?!" potong Rana.

Laki-laki yang memegang divisi cuci piring.

"Siapa yang bilang kamu ikut?"

Baskara menatap Rana dalam, "Tukang cuci piring gak ikut."

Rana dan Rasa seketika memasang muka kecut, duo kembar itu merasa di khianati rekannya sendiri.

"Bercanda." goda Baskara.

Laki-laki itu tersenyum hingga lesung di bawah matanya terlihat.

"Griin Kukis dipilih karena saya yang mengajukan diri. Saya yakin akan kemampuan tim saya."

Baskara melangkah maju, ia memandang semua Griin Kukis dengan tatapan yakin.

"Kalau belum pernah pegang project besar memang kenapa? Bukannya ini saat yang tepat untuk membuktikan diri kita?" Laki-laki itu menghela napas dalam.

"Saya juga kayak gitu." Lanjutnya kemudian.

Mimik laki-laki itu berubah, jauh lebih sendu. Seakan berlayar ke masa lalu yang berat.

"Dahulu, saya lebih memilih mimpi saya dan meninggalkan berlian saya."

"Saya pikir pilihan saya sudah benar, ternyata tidak. Saya ingin mimpi saya. Namun dengan berlian saya yang menemani saya, dan itu tujuan saya kesini," Baskara menjeda.

Ia menatap Moona yang juga ikut mendengar cerita Baskara, cerita mereka. Perempuan itu juga ikut berlayar ke masa itu. Masa saat Baskara pamit untuk mimpinya.

"Untuk menjemput berlian saya." Baskara memandang Moona yang juga tengah memandangnya. Pandangan mereka bersitubruk, saling berbicara dalam hening.

Moona tersenyum tanpa sadar.

Kamu tidak berubah.

"Daripada itu, sekalipun kita gagal hari ini bukannya masih ada hari esok?" Baskara menyahut cepat.

Sekali lagi enggan menarik perhatian, walau itu mungkin sudah sia-sia.

"Tapi pak, kalau besoknya gagal lagi gimana? Kalau besoknya besoknya besoknya gagal lagi gimana?" Revan menimpali.

"Kalau besok dan besok dan seterusnya kita gagal, setidaknya itu pertanda kalau kita pernah berjuang dan berusaha 'kan?"

Bukan Baskara yang menjawab, Rana tersenyum dengan bangganya disana.

Rekannya bertepuk tangan, saling menyemangati. Tidak percaya kata-kata itu akan keluar dari mulut Rana—pasalnya laki-laki itu terkenal random dan stress banget.

Rasa yang berdiri di samping laki-laki itu merasa ikut bangga terhadap kembarannya.

"Baru kali ini gua bangga punya saudara mirip kaleng Khong Guan kayak elu." Rasa menepuk pundak Rana, laki-laki itu membungkukkan badannya dan mengucap terimakasih.

Recchi mendengus, dua kucit—Open KBBI Apss untuk mengetahui artinya, itu menyebalkan.

"Jangan kau berakting lagak orang penting, tugas kamu cuci piring." 

Yah, rapat pertama untuk perundingan project baru berakhir dengan sedikit drama dari si duo kucit.

.

.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang