"Kamu pergi terlalu lama, dan kamu tahu aku tidak suka menunggu lama-lama."
-Him.
"Nes, Lo udah tau gak?" tanya Recchi, perempuan itu mengamati Moona yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya tanpa memperhatikan Recchi."Tau apaan?" balas Moona.
"Katanya bakal ada kepala dapur baru," jawab Recchi, ia memandang Moona sebentar yang hanya mengangguk sebagai tanggapan atas ucapannya.
"Dan bakal ada pergeseran posisi. Denger-denger sih Lo naik jabatan ke Sous chef." sambungnya.
Moona seketika berhenti, memandang Recchi dengan tatapan menelisik.
"Beneran? Hoaks doang kali ah."
"Bener Monarohh, Lo tau kenapa kemarin pak Bos manggil kita semua buat rapat dadakan?"
Moona menggeleng, menatap Recchi dengan penasaran. Kemarin memang ada rapat, tapi sayangnya Moona berhalangan hadir karena perihal Rascal yang mengancam akan bunuh diri jika tidak segera menemuinya. Dan Recchi juga tidak tahu akan hal ini.
"Kemarin pengumuman posisi baru masing-masing, sekaligus perkenalan Executive Chef kita yang baru.
"Kamu dapet apa? Pasti naik jabatan juga kan?"
"Naik sih, ke Demi Chef, seenggaknya masih lebih baik daripada cupir hehehe." Recchi terkekeh.
"Tapi Lo pasti nyesel gak ikut rapat kemarin! Perdana banget liat kepala dapur yang baru." Recchi kembali berujar, kali ini perempuan itu jauh lebih menggebu-gebu.
"Kenapa emang? Bos barunya kalau ngedip ngeluarin keju?" Moona menjawab malas, pandangan perempuan itu kembali fokus ke ponselnya.
Rascal tiada henti-hentinya meneror perempuan itu. Sedari semalam, sudah lebih tiga ribu chat yang masuk hanya dari seorang laki-laki yang bernama Rascal saja.
Jujur, Moona sedikit menyesal pernah bersikap baik kepada maniak itu. Entah apa yang istimewa dari dirinya sampai-sampai laki-laki itu enggan sekali melepasnya.
Sebenarnya jika Moona mau ia akan memanfaatkan situasi ini, perempuan itu mungkin sudah bergelimang harta jika saja ia berniat buruk pada Rascal. Rascal dan segala kekayaannya tentu saja tidak akan keberatan jika Moona yang menghabisi hartanya. Tapi Moona tidak sejahat itu, ia masih lebih suka menikmati uang hasil keringatnya sendiri.
"Bukan Mon-mon, pikiran Lo mah keju terus." Recchi memutar bola matanya malas.
"Sekali-kali kek mikirin cowo biar gak ngenes terus."
"Kayak kamu enggak aja."
"Seenggaknya cuci mata kek, liat pak bos baru misa--"
"Eh itu ya orangnya?" Moona memotong ucapan Recchi.
Perempuan itu menunjuk seorang laki-laki yang baru saja masuk kedalam dapur. Namun, entah mengapa, laki-laki itu terasa tidak asing lagi bagi Moona.
"Eh iya, buru Na. Entar kena amuk kalau kita ketauan telat."
Recchi mempercepat langkahnya, di susul oleh Moona yang mematikan sambungan telepon dari Rascal. Urusan paling absurd memang Recchi ratunya, namun kalau sudah menyangkut pekerjaan Recchi menjadi yang paling penting.
.
"Saya akan perkenalkan diri saya sekali lagi."
Laki-laki dengan Hat Cook di tangannya tersenyum tipis. Ia mengedarkan pandangannya pada seluruh rekannya yang sudah berdiri di posisinya masing-masing, sementara ia juga berdiri di meja pusat dapur.
"Saya Baskara Algantara, yang seperti kalian ketahui, saya kepala dapur yang baru disini. Kalian bebas ingin memanggil saya dengan nama apa, asal bukan 'sayang' soalnya ada hati yang harus saya jaga." Baskara terkekeh kecil.
Membuat para rekan perempuannya terpesona, kemarin lelaki itu begitu dingin bahkan untuk berbicara pun hanya mengeluarkan beberapa patah kata, namun sekarang ia jauh berbanding terbalik.
Sementara Moona yang berdiri disudut dapur masih mematung.
Kamu kembali.
Lelaki itu ternyata kembali.
Apakah untuk dirinya? Ataukah hal lain yang akhirnya mengutus dirinya kembali bertemu? Entahlah, Moona terlalu terkejut untuk memikirkan semua itu.
"Ada pertanyaan?" Baskara kembali berucap, laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah hingga akhirnya pandangan mereka akhirnya bertemu.
Tatapan itu berbeda, tidak seceria dahulu. Namun bagaimanapun itu, keduanya tetap tenggelam didalamnya. Saling melepas rasa rindu masing-masing.
"Saya pak!"
Suara Recchi membuat Baskara tersadar hingga laki-laki itu memutuskan tatapannya terlebih dahulu.
"Iya, kamu Recchinatasari 'kan? Yang kakinya tersangkut di kakus kemarin?"
"Betul sekali pak!" jawab Recchi antusias. Perempuan itu girang setengah mati Baskara masih mengingat namanya, walau tidak bisa di pinggir bahwa ia juga tengah menahan malu sekarang.
"Okay Recchi, kamu mau bertanya apa?"
"Apa betul hati yang ingin bapak jaga ada di ^Djuanda?"
—Djuanda; Dapur tempat Baskara dan Moona bekerja.
Baskara tersenyum tipis, laki-laki itu memandang ke arah Moona.
"Mungkin." jawab Baskara akhirnya, mengedipkan sebelah mata ke arah Moona.
Moona yang di perlakukan seperti itu membuang muka, berusaha terlihat normal agar tidak menarik perhatian para ^Griin Kukis. Walau hal itu tidak luput dari perhatian Recchi.
—Griin Kukis; Sebutan bagi orang-orang yang bekerja di Djuanda.
Mendapat jawaban seperti itu tentu saja menarik perhatian para Griin Kukis seketika. Lebih-lebih Recchi yang memang ratu per-nyinyiran.
"Waduch, capa tuh pak xixi." goda Recchi jahil.
Perempuan itu mengedarkan pandangannya memperhatikan seluruh Griin Kukis. Hanya sembilan anggota Griin Kukis termasuk dirinya.
Lavi bersama dengan Kanjeng terlihat berbisik. Perempuan berlesung itu bisa jadi Crush yang dimaksud Baskara, namun dilihat dari tatapan yang sama penasarannya dengan Recchi, sepertinya Lavi bukan orang yang dimaksud. Begitupun dengan Kanjeng, wanita yang sudah mencapai kepala empat itu mustahil menjadi Someone nya Baskara. Walau masih ada 0,002 kemungkinan sih, jika dilihat bagaimana kemarin Baskara antusias saat pertama kali bertemu dengan Kanjeng.
Sementara lima laki-laki yang terlalu acuh jauh lebih-lebih mustahil.
Baskara tidak mungkin belok 'kan?
Tapi sebentar, seperti anak ayam yang kehilangan induknya Recchi merasa kehilangan sesuatu.
Hey, where is my moon?'-'
.
.
See u Fren!
Please support me:'3
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
General Fiction"Moon, saya keterima di Jepang." "Lalu?" "Saya enggak butuh pendamping untuk saat ini, tapi ... " "Tapi apa? Kamu kau putus? Oke." "Enggak! Tapi saya janji, selepas saya pulang dari sana saya akan minta kamu langsung ke Mamah." "Enggak Kar, aku b...