Mala sashafina, dia duduk ditempat kesukaannya. Angin semilir harum disetiap hembusan nafasnya. Memejamkan mata, menarik nafas yang dalam, duduk di antara pohon-pohon yang menyejukan, diatas pasir putih. Didepannya adalah laut biru nan indah.
"Aaaah.. dewa, terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk tetap datang ke tempat ini."
Dia sangat menyukai laut, menurutnya laut adalah tempat terdamai yang ada di dunia. Dengan nuansa tenang, sejuk karena anginnya membuat Mala santai sejenak setelah capek mengurus acara sesembahan di tempatnya.
"Sebenarnya untuk apa urusan dunia? bukannya di dunia hanya sementara? lebih baik menyembah Dewa, itu lebih baik."
Lalu dia melihat di kejauhan, satu keluarga yang bahagia. Ada dua orang pria dan wanita disana, bersama dua anak kecil yang sedang bermain pasir. Gembiranya mereka membuat Mala sedikit tersenyum. Sepertinya mereka adalah orang Jakarta yang sedang berlibur. Menghabiskan sisa waktu bersama orang-orang yang disayang.
Memikirkan itu, Mala malah terlihat murung. Dia tak punya itu semua, dia hanya memiliki satu kakek yang kini hidup bersamanya.
Sejak dia kecil, kedua orang tuanya bercerai lalu meninggalkan Mala bersama kakeknya. Membayangkan semua, Mala kini berurai air mata dan pergi dari tempat kesayangannya.
Melangkahkan kaki menuju tempat sembahyang. Lagi, dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Agama Berbeda
Phi Hư CấuMenceritakan bagaimana kisah 4 orang manusia beda agama, dan saling mempunyai sebuah pertanyaan tentang hidup ini. Rey (hedonisme), "Kenapa harus punya agama? Ribet !. Harus kesini jam segini, jungkir balik, komat kamit, baca kalimat yang bukan baha...