[1/5]

8.2K 1.4K 544
                                    

NGEBANGUNIN MEREKA ITU MUDAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NGEBANGUNIN MEREKA ITU MUDAH. TAPI PENGECUALIAN
UNTUK MANJIRO.

 TAPI PENGECUALIAN UNTUK MANJIRO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakek, bangunnya cepat banget. (Name) aja belum mulai masak."

Senyum hangat terukir pada wajah sang punya mata hitam. Lantas tangannya yang tengah meraih apron bergerak mengaitkan talinya. Netra gelap pandangi seorang pria tua yang kini duduk dengan tenang di atas sofa.

"Kakek kasihan sama kamu. Ngerawat tiga anak sekaligus susah. Bangunin mereka setiap pagi apalagi."

Kekehan meluncur dari celah bibir. (Name) menggelengkan kepala dan hendak mengambil pisau—untuk memotong sayuran, bukan membunuh orang—namun gerakannya terhenti tatkala sosok lain memasuki dapur.

"Pagi Bundaku," kecupan mendarat dipipi kanan sang wanita. (Name) menoleh dengan refleks, menatap kaget pria berkepala dua yang kini berdiri di belakangnya. "Biar Shin aja yang masak."

"Tumben bangun cepet?"

"Sekali-kali atuh Bun."

"Ya udah. Tolong ya. Bunda mau bangunin Emma sama Jiro."

Shinichiro dengan cepat membekap mulutnya—mencegah tawa keluar dari sana. Surai hitamnya yang jatuh mengikuti gravitasi ikut terayun pelan.

"Bunda, Mikey marah nanti kalau dipanggil Jiro."

(Name) mengedikkan bahunya tak acuh.

"Dia anak Bunda. Suka-suka Bundalah mau panggil apa. Mau manggil Asep, Jamal, apapun boleh."

Shinichiro menggelengkan kepalanya dan mengambil alih apron yang disodorkan ibunya.

"Iya, bebas."

•••

(Name) sekarang berpikir keras, dia pas lagi hamil ngidam apa coba sampai punya anak modelan Manjiro?

Helaan napas berat keluar dari celah bibir. Dia benar-benar tidak mengerti dengan anaknya yang satu ini. Kalau tidak dibangunin nanti marah, kalau dibangunin manjanya minta ampun.

"Bangun," perlahan tubuh Manjiro digoyangkan. "Manjiro, bangun. Udah sebelas tahun tapi masih susah dibanguninnya."

Manjiro melenguh. Namun bukannya beranjak duduk, Manjiro malah menggunakan kekuatannya untuk menarik (Name). Membuat sang ibu ikut berbaring di atas kasur. Lantas kedua tangannya memeluk, dan wajahnya disembunyikan pada dada (Name).

"..."

"..."

•••

"Mikey, udah bangun?"

Shinichiro menoleh. Menatap adiknya yang keluar dengan rambut kusut. Namun keningnya mengerut tatkala sadari ada bekas merah pada pipi Manjiro.

"... pipi kamu kenapa?"

•••

(Name) mengecup pelan kening sang putri. Kemudian berbisik perlahan, dengan nada yang begitu halus meminta Emma untuk bangun.

"Pagi Princessnya Bunda," jarinya bergerak. Menyingkirkan helai pirang yang menghalangi jalan pandang. "Bunda mau pergi hari ini. Emma yakin gak akan bangun?"

Emma membuka matanya perlahan. Permata yang begitu cerah menatap dengan binar. Disusul senyum manis, Emma menatap wanita di hadapan.

"Morning My Queen."

•••

Sarapan berjalan dengan rusuh. Dimulai dari Manjiro yang sebal sebab tidak ada menu dorayaki, Emma yang sibuk membersihkan bekas makan—yang akhirnya pecah, hingga Shinichiro pun ikutan heboh.

Kakek hanya tersenyum, menikmati kerusuhan dipagi hari sementara (Name) sudah siap berdiri di belakang dengan spatula di tangan.

Lalu berujar dengan senyum pada wajah.

"Makan, atau ciuman sama spatulanya bunda?"

Dan mereka langsung sarapan dengan tenang.

•••

"Oh ya. Tadi Bunda bilang mau pergi," gadis kecil yang tengah dikepang surai pirangnya, menenggadah menatap sang ibu. Perkataannya mencuri atensi Manjiro serta Shinichiro yang tengah membereskan bekas makan.

"Bunda mau pergi?"

Kedua putranya bertanya bersamaan. (Name) mengangguk pelan. Tidak menoleh sedikitpun, pandangannya masih terfokus pada kepangan rambut Emma.

"Bunda mau pergi. Kalian baik-baik di rumah ya."

"Kemana?"

Lagi-lagi mereka bertanya bersamaan.

(Name) menggelengkan kepalanya. Lantas tersenyum dan kini mendongak. Menatap dua bujangan yang seolah menginterogasinya.

"Mau ketemu Izana. Kenapa?"

•••

Omake

"Bunda, aku ikut boleh gak?"

"Gak, kamu bau. Belum mandi."

"..."

Setelah (Name) pergi ...

"Mikey, Izana siapa?"

"Ya ndak tau, kok tanya saya? Tanya Abang gih."

"Bang, ikutin Bunda jangan?"

"Kamu mau kena omel? Eh tapi gas lah. Abang juga khawatir."

•••

14 Agustus 2021

𝐌𝐎𝐌! sanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang