Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KETIKA BOCIL NGUMPUL DI RUMAH.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kepalanya mengangguk pelan. Senyum bangga terukir ketika dirasanya makanan telah memiliki rasa yang pas.
Tadi sore, Manjiro memberi kabar kalau Touman dan Tenjiku akan tawuran di tikungan Jalan Tukang Halu. Sementara Emma bilang ingin mendokumentasikannya, jadi bawa kamera yang pernah (Name) beli waktu pas TK.
Sementara Shinichiro masih di bengkel.
Mengingat anaknya ketika pulang akan lelah setelah seharian menjadi beban dunia, (Name) sebagai ibu tentu harus menyiapkan makanan. Sup racun, contohnya.
Ponsel di atas meja bergetar. Mengalihkan atensi Kakek yang tengah menonton televisi.
"(Name), ponsel kamu bunyi."
Wanita yang baru saja mencicipi karenya kini mengangguk. Mematikan kompor dan menaruh sendok di samping panci.
"Iya Kek."
Setelahnya, tombol hijau digeser. Iya, ponselnya bukan ponsel jadul, apalagi ponsel be*rbie yang bunyinya ngadi-ngadi. Biasalah, orang kaya mah beda.
"Halo?"
Terdengar suara benda tumpul yang ditaruh ke atas lantai. Disusul bariton tak asing yang bertanya dengan nada lembut. Yakali ngegas ke emak sendiri. Mau dicoret dari KK?
"Bunda, Kakak pulang dari bengkel jam sepuluh. Bunda mau Kakak bawain apa?"
Netra pandangi jam dinding. Sekarang sudah pukul sembilan. Manjiro dan Emma belum juga pulang.
"Waduh Kak ... "
Shinichiro tersenyum tipis. Pasti ibunya merasa tak nyaman.