Special full part MarkYeong + ChaerBin
"Karenamu aku terjebak nyaman dalam dimensi halusinasi. Terperangkap dalam indahnya ruang tak berjarak. Pada dimensi itu, kutemukan dirimu." – Lee Chaeryeong.
•••
Bercerita tentang sahabat, kita kadang sedih, haru dan meneteskan air mata. Apalagi jika dia dan kita sudah berpisah jarak. Mengingatnya adalah sebuah kepastian. Kamu tidak akan bisa lupa dengan orang yang pernah berbagi suka duka, tawa bahagia denganmu.
Sahabat adalah orang atau beberapa orang yang punya makna lebih dari sekadar pertemanan biasa, namun punya ikatan khusus antara satu dengan yang lainnya.
Seorang sahabat umumnya akan mempunyai sifat setia, ketergantungan dan jiwa humoris yang tinggi terhadap kita, bahkan bisa dianggap bahwa mereka seperti saudara sendiri.
Seorang sahabat akan dengan sukarela menemani kita, baik dalam keadaan susah maupun senang, suka maupun duka.
Itulah mengapa, yang namanya sahabat adalah orang yang begitu berarti bagi hidup orang lain.
Namun bagaimanapun akrabnya sebuah persahabatan, mau tidak mau diantara mereka akan ada yang mendahului menghadap Sang Pencipta.
Inilah yang membedakan mereka, yakni takdir, terutama urusan maut. Jika seorang sahabat dekat meninggal dunia, kamu pasti bisa merasakan sendiri bagaimana sakitnya.
Sangat sakit, bukan?
Ingat, tidak semua orang bisa merasakan kehangatan dari sebuah persahabatan yang indah dalam kehidupan, maka dari itu bersyukurlah bagi kalian yang mempunyai sahabat yang selalu ada di samping kita dalam keadaan senang maupun susah.
Menyesal. Satu kata yang Chaeryeong rasakan saat ini. Ia menyesal, karena telah kehilangan salah satu seseorang yang berharga dalam hidupnya. Seseorang yang membuat hari-harinya berwarna. Seseorang yang membuatnya tertawa. Seseorang yang mengajarkannya apa arti sebuah kebahagiaan. Dan orang itu telah tiada.
Kalian ingin tau perasaan Chaeryeong saat ini? Hancur, hatinya hancur. Tidak ada yang dapat menggambarkan keadaannya. Ia terpuruk. Ia jatuh sejatuh-jatuhnya.
Na Jaemin.
Laki-laki dengan sejuta senyuman. Laki-laki yang tidak mengenal kata sedih. Laki-laki yang- huft.
Chaeryeong menghela nafas. Salahkah ia berharap bahwa Jaemin akan kembali?
Membuka buku diary- nya, Chaeryeong menuliskan beberapa kalimat yang membuatnya tidak bisa melupakan Jaemin.
Ingatkah di kau?
Wahai kawan saat kita menari di bawah hujan saat pulang sekolah?
Saat kau mendorongku hingga jatuh ke lubang becek?
Saat ku tertawa terbahak bahak melihat kau dimarahi ibumu.Ingatkah di kau?
Saat pertama kali kita bertemu?
Di kelas itu kau menyapaku dengan malu.
Di kelas itu kau menanyakan namaku.
Di kelas itu kau berkata ''Anak pindahan mana?''Ingatkah di kau?
Saat ku contek perkalianmu saat hari kamis itu?
Saat kau ajarkanku perkalian karena otakku sungguh dodol.
Saat kau meminjam kamusku.Untukmu sahabatku..
Kau teramat jauh di sana.
Habis doa kukunyah.
Habis mata kupandang.
Namun kau masih jadi bayang rindu.Tanah ku berpijak dan tanah kau berpijak terlalu jauh.
Bahkan rindu yang ku punya tiada bisa menawar rasa rinduku.
Hanya bisa kuharap dalam sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Chaeryeong
Teen FictionJadi, bagaimana untukku yang sedang merasakan broken heart dikala diriku belum berdamai dengan luka yang ada dalam keluargaku dahulu? Aku pernah berfikir, apakah ini yang disebut keadilan yang tuhan berikan? Mengapa tuhan melarangku untuk merasakan...