01~STEP [HE IS]

89 13 9
                                    

Liazra Adinda, teman-temannya sih biasa memanggilnya Lia. Gadis yang baru duduk di bangku kelas sebelas jurusan IPS itu sangat periang. Hari ini semester baru di sekolah kembali dimulai, ia menyapa semua orang yang tak sengaja ber pas-pas an dengannya.

Seusai upacara dan pembagian kelas, Lia berteriak senang. Ia senang karena berada di kelas sebelas IPS dua, dimana kelas ini dulu ditempati Ravael Alhamra, cowok yang lumayan terkenal di sekolahnya dan berhasil merebut hati Lia habis-habisan.

“Lia! Lo itu seneng cuma karena dulu Kak Rava di kelas ini? Please yaa, lo itu cuma pake kelas bekas dia, bukan sekelas!” ucap Silla, sahabat Lia sedari duduk di sekolah menengah pertama. Dan beruntungnya mereka selalu sekelas.

"Ihhh Sil, lo tuh gak ngerti? Ini tuh suatu kemajuan besar untuk hubungan Gue sama Kak Rava. Gue harus catat itu di diary gue sekarang,” Lalu Lia bergerak heboh, mencari buku diary kecil di dalam tas nya.

Silla yang melihat itu bernafas malas, untung sudah terbiasa dengan tingkah ajaib dari sahabatnya itu.

“Lo kenapa bisa sejatuh cinta itu sih sama Kak Rava? Maksud gue, dia emang ganteng sih. Tapi ketus banget, banyak adek kelas pas masa orientasi kemarin dibuat nangis sama dia,”

Benar juga, Rava pernah membuat adik kelasnya menangis karena ucapannya yang sangat ketus. Tapi itu kan memang bagian dari masa orientasi siswa?

“Begini yaa Silla ku sayang, Kak Rava tuh sebenarnya baik. Lembut banget kalau ngomong. Tapi kan itu pas MOS, jadi wajar dia begitu.” Ucap Lia yang tetap fokus menulis diary nya.

“Wajar? Anak-anak osis aja sampai males sama dia. Dia tuh jadi anggota osis cuma karena ayahnya ketua komite di sekolah kita,”

“Silla gak boleh munafik, Rava itu juga pinter tau. Meskipun dia kadang bolos, tapi nilainya selalu tinggi. Bahkan gak pernah keluar dari peringkat tiga besar.”

Silla yang mendengar ucapan itu langsung mendecak kesal. Sudah sedari SMP Lia menyukai Rava, karena saat itu jarak rumah mereka hanya berbeda jalur saja. Dan saat SMP pun, SMA science, social, art, and langueage ini bersebelahan dengan SMP nya dulu. Jadi, setiap pulang sekolah, Lia rela menunggu hingga Rava di jemput, baru ia akan pulang dengan menaiki bus.

Mengenai alasan mengapa Lia selalu berusaha mengejar Rava—— errr itu klasik. Karena Rava berbeda dari yang lain kalau kata Lia. Benar, Rava berbeda.

Berbeda dalam hal apa?

Untuk lebih jelasnya kalian baca saja cerita ini dan nikmati alurnya.

Ah kembali ke topik, hari ini baru hari pertama masuk. Hanya ada perkenalan dan penyusunan organisasi kelas hari ini. Selebihnya siswa di izinkan untuk melakukan apapun yang mereka inginkan karena guru harus rapat untuk menyusun hal apa saja yang ingin dilakukan selama satu semester ke depan.

***

Rava mendengus malas hari ini. Waktu liburannya telah usai dan ia harus kembali ke rutinitas semua. Sekolah? jujur iya benci sekolah. Tidak-tidak, bukan benci sekolahnya. Tetapi ia benci sistem pendidikannya. Rava harus menerima banyak ilmu dari berbagai mata pelajaran, apa itu wajar? mengingat seorang guru pun hanya fokus mengajarkan satu mata pelajaran.

Orang tua Rava tidak menuntut dirinya harus masuk peringkat tiga teratas, tapi karena kakaknya—— yang saat ini masih berkuliah di Norwegia sangatlah cerdas, terkadang orang-orang di sekitar Rava menganggap bahwa Rava sama cerdas dengan kakaknya. Padahal tidak. Karena pandangan itulah ia berusaha menyamai kakaknya.

STEP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang