04~STEP [BERTEMU]

82 10 2
                                    

Tepat satu minggu pasca kejadian yang tidak akan ia lupakan hari itu. Hari ini Lia mulai belajar seperti biasa. Pelajaran ekonomi sukses membuatnya pusing setengah mati, padahal baru pertemuan pertama. Setelah mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru, ia bergegas menuju loker untuk mengambil baju olahraga miliknya. Karena sehabis istirahat akan ada pelajaran olahraga dan Lia tidak ingin mengantri lebih lama untuk berebut ke loker.

Ia membuka kunci loker itu dan terkejut mendapati sebuah coklat dan air putih botol serta surat kecil di dalamnya.

“Habis ini jam pelajaran olahraga 'kan? Jangan lupa minum air putih!”

Isinya seperti itu, dengan tanda love berjumlah tiga buah di akhir kalimatnya. surat tersebut membuat Lia heran siapa yang bisa membuka lokernya. Setaunya, kunci loker cadangan hanya ada di dalam ruangan osis dan siswa tidak boleh sembarangan menggunakan itu untuk kepentingan pribadi.

Ia pun bergegas ke kelas dan mencari Silla untuk menceritakannya.

“SILLA! SILLA! LO DIMANA?” Lia membuka pintu kelas begitu saja dan mendapati sahabatnya itu sudah kembali dari kantin dan menikmati jajanan yang ia beli.

“Lia, apaan sih teriak-teriak gitu. Malu di liatin orang.”

“Gue dapet coklat sama air putih dari loker. Siapa yaa kira-kira yang ngasih?” tanyanya sambil memamerkan barang yang ia baru saja dapatkan.

“Fans lo kali, atau orang yang suka sama lo.” Balas Silla singkat sambil masih memakan jajanan kantin.

“IHHH BUKAN GITU! Mungkin gak sih dari Kak Rava, ucapan permintaan maaf gitu.” Ucap Lia lalu tersenyum tidak jelas.

Silla yang mendengar itu langsung berjalan keluar, melewati Lia yang menunggu jawaban darinya. Lia kesal melihat itu, lalu menyusul Silla. Duduk di bangku koridor sekolah.

“Iyakan Sil, ini tuh nyambung banget tau. Siapa tau Kak Rava tipikal manusia yang malu-malu gitu. IHH GEMES BANGET!” Lia menghentakkan kakinya heboh.

Please yaa, gak usah halu. Lo kayaknya kebanyakan nonton sinetron deh.” Silla memutar matanya malas.

“Tapi bisa jadi Sil, tujuh puluh persen sih dari Kak Rava. Duh, makin cinta deh gue.”

Kebetulan saat itu juga, Rava dan teman-temannya lewat di depan Lia. Oh iya, kelas mereka berada di lantai dua. Lantai yang sama, walaupun jaraknya cukup jauh. Namun, tangga paling dekat untuk menuju ke bawah——yaitu kantin, harus melewati kelas Lia terlebih dahulu. Jadi, kemungkinan besar Rava dan teman-temannya ingin ke kantin.

“Kak Rava!” Panggilan Lia itu sukses menghentikan langkahnya. Silla sudah mengetahui itu akan terjadi hanya bisa bernafas pasrah.

Rava membalik badannya, “Ck, lo lagi.”

“Makasih banyak yah kak, aku suka. Air putih sama coklatnya, hehe.” Mendengar itu, Rava menatap Lia aneh.

“Yah bos, ada yang ngasih adek gemes coklat tuh. Manis banget sih,” Dion berucap sambil menyikut Ibam. Lalu keduanya tertawa keras, sementara Lia hanya menautkan jarinya sambil tersenyum malu.

“Lo ngomong apa? Gue gak ada ngasih lo barang tuh.”

“Ihhh Kak Rava tuh tipikal yang malu-malu gitu yaa, gue ngerti kok kak. Nanti kalau udah jadi pacar gue, jangan malu-malu lagi.” Lia tersenyum manis dan hanya mendapatkan tatapan acuh dari Rava.

Rava mendekat ke arah Lia, menghapus jarak di antara keduanya. Mulut Rava sudah berada di samping telinga Lia, “Lo beneran cewek paling gak jelas yang pernah Gue temuin.” Ia tertawa meremehkan dan berlalu begitu saja.

STEP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang