Kepala sekolah undur diri setelah cuaca semakin cerah, panas membakar kulit para manusia yang berdiri di bawahnya
Peluh mengucur deras pada seragam putih Abu-Abu mereka, bahkan terlalu banyak siswi yang pingsan akibat terlalu lama menunggu ocehan sang pemimpin selesai.
Setelah upacara bendera itu berakhir, pemimpin upacara membubarkan semua rakyat sekolah hingga masing-masing berlari meneduh, mengibas-ibaskan kulitnya yang seperti dikuliti perlahan.
"Gila ya anjing, sutrisno bangsat itu ngoceh aja ga ada abisnya, heran dah apa sih guna nya dia di sekolah ini? Duduk doang, tidur seenaknya, waktu bakti sosial gapernah munculin diri, giliran menteri pendidikan dateng aja gaya nya sok paling banyak ngebantu sekolah, padahal mah cuma jadi sampah rakyat. Sial."
Teman-teman nya hanya menggeleng, sudah biasa mendengar ocehan kesal dari pria di dekat mereka. Ia. Pria. Siapa bilang dia perempuan?
"Gila lo bam, kalo kepala sekolah denger bisa skak mat idup lo. Sekolah masih di bayarin orang tua mah harus tiati."
Seseorang di belakangnya terkekeh, membuat mata mereka beralih menatapnya
"Tapi pengecualian buat dia deh."
Ucapnya setelah sebentar tak bersuara, membuat mereka mengangguk maklum untuk manusia satu di belakang nya.
"Btw jung, papa lo udah balik?"
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya acuh. Kaki kanannya ia taruh di atas kursi dengan tangan kanan yang ditumpu di atas dengkul nya, mengeluarkan sebatang rokok lalu menghidupkan koreknya, menyesapnya tanpa beban sama sekali.
"Ck, ck, ck, anak donatur utama mah bebas bosss"
Terbatuk sekilas, 2 bungkus rokok ia keluarkan membuat teman-teman nya mengaga. Menatap satu sama lain tanpa tau arti yang di maksud
"Pake aja, kelas belum mulai."
Mereka menggeleng serentak. Memasukkan rokok itu kembali pada tempat nya, saku baju jungkook.
"Ga deh jung, gue masih sayang orang tua gue. Ngerokok boleh, tapi gue harus tau tempat."
"Ck, lebay."
"Ga lebay jung, lo enak jadi anak donatur. Bisa seenaknya keluar masuk, buat masalah pun gaada yang bakal ngeluarin lo, lah kita? Telat 5 menit aja suruh ngepel 1 sekolah, ga bisa sembarangan kaya lo."
"Gue kalo jadi lo mungkin tetep banyak belajar dan jadiin ayah lo sebagai jalur utama gue sukses. dia bisa akses jalur pendidikan kemana aja, mungkin kalo lo ada kemauan buat maju itu mudah banget jung."
Jujur jungkook jengah. Mendengar semua itu membuat dirinya merasa terhina.tapi ia tidak bisa menolak karena itu memang benar, mereka begitu membanggakan status sang ayah sampai mereka tak melihat hasil buah cintanya. Jeon jungkook yang merasa hambar karena toxic family nya.
"Lo ga mau coba saran mingyu, jung? Ini semua demi kebaikan lo."
Bambam kembali bersuara. Teman-teman nya memang sudah sering kali mengingatkan tentang apa yang sudah jelas ada di depannya, tapi mereka harus menelan pil pahit kala itu semua sia-sia. Jungkook tetap lah jungkook. Si batu yang keras kepala.
"Gue ga butuh. Gue ga perlu sukses. Gue udah kaya, untuk apa orang tua gue kerja kalo bukan untuk nyukupin kebutuhan gue? Ngaco lo semua."
"Itu karena lo ga pernah bersyukur. Dan lo terlalu meremehkan masa depan, Jeon Jungkook."
Tubuhnya sukses memutar. Menatap pemuda yang berdiri di belakangnya dengan tongkat kecil yang selalu setia di tangannya.
"Orang tua lo kerja untuk nyekolahin lo, bukan cuma nyukupin kebutuhan yang gue anggep gaada guna nya sama sekali. Lo gatau gimana susahnya mereka ditambah punya anak bandel dan batu kaya lo. Kalo gue jadi orang tua lo mungkin udah gue usir dari rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞;𝐓𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤
FanficTHIS IS MATURE CONTENT🔞 All adult stories are here only taehyung and jungkook's stalls Tae (top!) kook (bot!) BoyxBoy