Hari pertama

31 3 0
                                    

14:00 wib

Liza dan Esha bersiap-siap untuk berangkat kerja. Siang itu cuaca terasa panas sekali. Sinar matahari seolah ingin membakar siapa saja yang berani menginjakkan kaki keluar rumah.

"Esha, uda siap belum?" tanya Liza, "kakak nunggu di luar ya!"

"Iya kak, Uda siap ini kok," saut Esha sembari menyusul Liza yang uda duluan keluar rumah.

Mereka berdua duduk di teras sembari menunggu jemputan Aulia, rekan kerja mereka.
Yapp! Pekerjaan mereka milik satu bos yang sama. Namun mereka di tempatkan di tempat yang berbeda-beda. Khusus hari ini, karena Esha baru masuk. Dia akan ikut dengan Liza, untuk belajar terlebih dahulu.

"Nanti belajar yang bener ya, liatin kakak betul-betul gimana cara buatnya."

"Iss ajari lah, masak cuma suruh ngeliatin aja!" sambar Esha.

"Ya maksud kakak ntar liatin betul-betul waktu kakak ngajarin. Astaga punya sepupu kok lemot banget gini sih, untung cantik," geram Liza, ngejelasin panjang lebar kepada Esha.

"Alhamdulillah kecantikan ini menyelamatkan ku lagi dari amukan kak Liza," ucap Esha dengan kepercayaan dirinya yang Uda tingkat dewa.

"Iya, bantai kau lah," ucap Liza.

Tin tin tinnnn

Suara klakson motor mengalihkan pembicaraan mereka berdua. Itu Aulia, dengan motor Mio putih pemberian bos mereka. Motor itulah yang nantinya akan menjadi kendaraan mereka untuk bekerja. Ingat! hanya satu motor Mio yang nantinya akan di naiki oleh 3 orang!

"Ayo berangkat!" ajak Aulia

"Ma, kami berangkat ya!" teriak Liza dan Esha

"Iya, hati-hati!" saut mama dari dalam rumah.

****
Mereka sudah sampai di tempat jualan, setelah tadi mengambil barang-barang nya terlebih dahulu di rumah bos mereka. Ketiga tempat jualan mereka sama-sama berada di depan sebuah mini market.
Tempat Aulia merupakan tempat terdekat. Jadi, tadi dia sudah lebih dahulu turun. Sedangkan tempat Liza dan Esha sekarang ini adalah tempat yang berada di tengah-tengah. Di Jalan Asahan.

"Sha, kakak mau nyusunin bahan-bahan di steling. Kau perhatiin baik-baik ya. Ingat juga dimana aja nanti letak bahan-bahannya."

"Semua ini harus sama terus letak nya kak??"  kaget Esha. Pasalnya itu terlalu banyak untuk dia ingat.

"Gak juga sih wkwk biar rapi aja"

"Alhamdulillah, iss tremor aku tadi dengar nya," balasnya.

Sambil merhatiin Liza yang lagi nyusunin bahan, tidak sengaja Esha melihat ke arah gedung sebelah mini market. Di depannya ada lapak bakso cup. Tampak dua cowok yang sepertinya penjual dari bakso cup itu. Dan satu cewek yang Esha yakini sebagai salah satu pacar dari dua cowok tadi.
Ntah lah, perasaan Esha saja atau emang dua cowok itu uda merhatiin Esha dari sampai tadi.

"Kak Za, dua cowok itu yang jualan bakso cup nya ya?" tanya Esha kepada Liza.

"Iya, kenapa Sha?"

"Gapapa kak, nanya aja. Kayak nya orang itu ngeliatin aku aja deh dari tadi," jawab Esha.

"Uda, santai aja. Biasanya kan kakak sendiri disini. Mungkin mereka penasaran," balas Liza sambil memberikan bangku kepada Esha.

"Iya, mungkin lah kak,"

Esha kembali melihat ke gedung sebelah. Matanya terpaku pada salah satu cowo tadi. Meskipun tidak terlihat jelas karena di halangi oleh pohon buah naga yang merambat. Tapi dia tau betul apa yang sedang matanya lihat.

'Tampan'

Ucapnya dalam hati.

****

Holla up nya tengah malam nih wkwk

Asahan, km 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang