Perkenalan

20 2 0
                                    

Hari ini, tepat dua minggu Esha bekerja. Dia di tempatkan di Jalan Asahan. Aulia tetap di tempat biasanya. Sedangkan Liza, di tempat paling jauh, di Batu 6.
Bukan tanpa alasan, itu karena pembeli di Batu 6 sangat ramai. Jadi, tidak mungkin Esha yang di tempat kan disana. Wahhh bisa berabe nantinya. Bahkan untuk mencetak telur burger aja Esha masih belum bisa. Bukannya berbentuk bulat cantik malah seperti telur dadar.

"Yang penting rasanya tetap telur, gak berubah," katanya.

****

Esha sudah siap berberes. Semua sudah di susun rapi. Kaca steling sudah di lap. Sayuran juga sudah di potongin. Dia hanya tinggal menunggu pelanggan datang.

"Akhirnya Uda beres semuanya!"

Esha membuka handphone nya, hanya ada notif dari grub kelas. Sangat membosankan. Dia mematikan kembali handphone nya, menaruh nya di laci. Yang di lakukan nya hanya diam, melihat jalanan. Langit sangat cerah sore itu, jalanan juga tidak terlalu ramai. Semilar angin membuatnya ingin memejamkan mata.
Baru sepersekian detik mata itu tertutup, sebuah suara membangunkannya. Memaksa mata itu kembali terbuka.

"Bangun dek!"

Alessa menoleh ke sumber suara tadi. Ahh ternyata bang Eril. Salah satu karyawan di minimarket itu.

"Bosen bang, anginnya juga buat ngantuk ni," jawab Esha.

"Cowok mu mana?"

"Gak ada bang Ril hehe"

"Masa iya gak ada cowok, hayoo boong nih pasti!" tuduh bang Eril "Suruh lah cowoknya kesini, biar ga bosen," timpalnya.

"Orang gaada cowoknya kok kau paksa pulak Eril!" saut buk Ema yang mendengar percakapan Esha dan Eril tadi.

Buk Ema adalah penjaga toko baju sebelah minimarket. Tubuhnya pendek, rambutnya selalu dikucir kuda dan selalu memakai kacamata bulat. Biasanya Bu Ema sering mengajak ngobrol Esha ketika toko nya sedang sepi.
Sifat nya yang humble membuat Esha tidak canggung berbicara dengan nya.

"Iya kan Bu Ema, ga jelas banget nih bang Eril," saut Esha.

"Kerja kau Eril, di pecat bos mu nanti kau kalau cerita aja disini," timpal Bu Ema.

"Kan, langsung gitu bu Ema ini!" jawab bang Eril yang kemudian masuk ke dalam minimarket.

Aku dan Bu Ema tertawa melihatnya.

****
20:00 WIB

Sudah malam, cuma ada beberapa pembeli yang datang. Esha bersyukur karena sore tadi pembeli cukup banyak sampai membuat Esha kewalahan, bahkan ada beberapa kebab dan burger yang sedikit gosong. Untung pembeli nya tidak marah karena keteledoran Esha itu.

"Bosen banget, gak ada temen cerita lagi. Main hp juga itu-itu mulu yang diliat," gerutu Esha.

Rasanya Esha ingin kembali tidur karena tidak tau lagi mau ngapain. Toh pembeli juga belum ada yang datang.
Baru saja Esha ingin menutup mata, terdengar suara yang memanggil manggil nya.

"Kak! Kakk!"

'Astaga baru juga mau tidur' gumam Esha dalam hati.

Esha mencari ke sumber datangnya suara. Ahhh ternyata cowok di sebelah yang memanggil nya. Cowok penjual bakso cup itu.
'tumben' tanya Esha dalam hati. Karena ini pertama kalinya mereka ngajak ngomong Esha.

"Apa bang??" tanya Esha.

"Nama kakak siapa?" tanya cowok rambut keriting yang pernah Esha bilang bucin.

"Esha," jawab singkat Esha.

"Sekolah mana kak?" tanya nya lagi.

"Kuliah bg," jelas Esha, "Abang alumni mana?" tanya Alessa balik.

"SMA Kartini kak,"

'satu angkatan ternyata' bisik Esha dalam hati.

Esha melihat temannya yang hanya memperhatikan mereka dari tadi. Cowok yang katanya pernah tukaran nomor sama Liza, kakak sepupunya yang radak goblok itu.
Duduk di atas motor dengan baju dan celana penjang warna hitam. Di tambah rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Definisi tampan yang sesungguhnya menurut Esha.

"Kalau Abang alumni mana?" tanya Esha mengarah ke cowok itu.

"Aku baru naik kelas dua SMA kak," jawab cowok itu dengan senyumannya.

Damn! Esha tercengang mendengar nya.

"Oh hehe kirain Uda tamat," jawab Esha dengan kikuk.

"Namanya siapa?" Esha memberanikan diri bertanya.

"Riko kak, Jeriko."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asahan, km 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang