Hari pertama (bagian 2)

24 3 0
                                    

****

Esha dan Liza baru bisa duduk setelah tadi melayani pembeli yang banyak sekali. Tumben, jualan hari ini ramai. Kata Liza, biasanya tidak pernah seramai ini. Sedikit kewalahan karena Liza sekalian mengajari Esha. Belum lagi kebab nya yang gosong karena Esha lupa membaliknya.

"Kakak jangan marah, kan aku baru belajar," kata Esha.

"Emang kakak ada marah?" tanya Liza penasaran, karena seingat nya dia tidak ada memarahi Esha.

"Gaada hahahaha,"

"Eheeee pantes lah kakak ga ingat," jawab Liza.

Mereka tertawa, setidaknya itu sedikit mengurangi rasa capek mereka.

Esha melihat ke sebelah, tempat bakso cup tadi. Ia melihat salah satu cowok tadi dan cewek yang dia yakini sebagai pacar cowok itu sedang duduk berdampingan, sambil tertawa. Sedangkan cowok yang satu lagi, dia terlihat duduk di depan mereka sambil memainkan gitar. Tidak begitu peduli dengan dua sosok manusia yang ada di depannya.

"Kak Za, mereka berdua itu pacaran ya?" tanya Esha pada Liza, dengan ekor matanya yang mengarah ke lapak sebelah.

"Iya Sha, kenapa??"

"Bucin ih!" sewot Esha

"Dih syirik hahaha," tawa Liza pecah, melihat Esha yang sepertinya sedang kesal.

"Hahaha iyaa, makannya kakak cariin dulu cowok buat sepupu kakak yang cantik dan menggemaskan ini," balas Esha dengan percaya dirinya.

"Emang mau??"

"Emm enggak sih hahaha," mereka berdua tertawa.

"Kak Za, itu ada cewek rambut pendek. Siapa?"

Esha melihat cewek rambut pendek datang ke lapak sebelah. Duduk, tepat di samping cowok yang main gitar tadi. Badannya pendek sedikit berisi, tapi tidak gemuk, tidak kurus juga. Dengan rambut lurus pirang sebahu.

"Oh, itu cewek nya dia" tunjuk Liza ke cowok sebelah cewek tadi.

"Uda punya cewek ternyata," gumam Esha yang masih terdengar oleh Liza.

"Eh eh kenapa nih, kau suka ya sama dia. Hayoo ngaku!" goda Liza pada Esha sambil menaik turunkan alis nya.

"Engga kak, cuma sedikit tertarik tadi," bantah Esha.

"Jangan deh sha, liat tuh. Cewek nya galak,"

"Ih kakak, masa nilai karakter orang dari muka nya aja. Don't judge book by is cover," jawab Esha dengan tampang sok bijak nya.

"Bukan dari muka nya Esha! Kakak dulu pernah dekat sama tuh cowok, terus tuh cewek nya marah-marah. Uda deh pokoknya tuh cewek nyeremin hihhh," cerita kak Liza sambil bergidik ngeri.

"Lah kakak sih, Uda tau tuh cowok Uda punya cewek malah di deketin,"

"Emm sebenarnya ga dekat sih hehe cuma ngesave nomor aja," jawab Liza sambil cengengesan.

"Lah si goblok!" Rasanya Esha ingin menendang kakak sepupunya itu saat itu juga.

Mereka tertawa, kemudian Liza mengehentikan tawa nya. Keadaan menjadi hening.

"Kenapa kak?" tanya Esha penasaran.

"Sha, kakak mau nanya," muka Liza terlihat serius, "Masi belum bisa buka hati ya?" sambung nya.

"Buka hati ya, kayaknya belum deh. Haha pelet si fin kuat banget ya. Padahal uda tiga bulan," lirih Esha.

Fin adalah mantan pacar Esha dari SMA dulu, hubungan mereka berakhir bulan Desember tahun lalu. Fin yang mengakhirinya dengan alasan kalau rasa sayang nya ke Esha Uda berubah. Alasan yang konyol bukan?!
Esha mengingat-ingat ulang kejadian beberapa tahun lalu saat fin pertama kali mendekatinya.

"Esha, ada kisi-kisi SKI?"

Haha aneh, padahal waktu itu Esha bukan sekelasnya. Bahkan beda jurusan dengannya.
Esha tersenyum perih mengingat kejadian-kejadian itu. Bahkan tidak pernah terpikir oleh Esha fin bakal ninggalin dia. Tapi, sudahlah, itu sudah berlalu. Menyebalkan, semakin Esha berusaha melupakan, semakin jelas pula ingatan Esha tentang dia.

'Fin, luka yang kau beri terlalu dalam, terlalu sulit untuk ku obati sendiri'

Gumam Esha dalam hati.

Asahan, km 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang