01. Titik Nadir Anonim

7 2 0
                                    

Euforia
01. Titik Nadir Anonim

Rain's note: Jangan lupa puter mulmednya ya biar feel ceritanya semakin tersampaikan <3 彡

[]

Di bawah gelapnya rundungan langit sore, seorang pria berseragam putih abu-abu tengah berjalan membelah jalanan sepi di sekitar area persekolahannya untuk menuju halte bus terdekat. Di sebelah tangannya, ada sebilah payung yang sudah siap terbuka untuk melindungi dirinya kalau-kalau hujan benar-benar akan turun dan membanjiri kota lagi, entah untuk yang keberapa kalinya dalam seminggu belakangan ini.

Dan benar saja, ketika bagian awal jembatan beraspal yang membentang di atas sebuah sungai dipijaknya, hujan mendadak turun dengan begitu derasnya dan secara tiba-tiba menyerang si pria yang kala itu langsung kelabakan membuka payungnya. Sial, bisa habis buku-buku novelnya di dalam tas jika hujan sederas ini, pikirnya. Ia pun meneduh sejenak di bawah pohon di tepi jalan untuk membuka payungnya dan kembali berjalan setelah merasa payung itu sudah cukup nyaman untuk melindungi dirinya.

Kendaraan di jalanan mulai menyalakan lampu mereka satu-persatu. Ini memang terbilang masih sore, namun dalam kondisi cuaca seburuk ini tak akan ada yang mampu melihat kendaraan lain di depannya dalam jarak yang begitu jauh. Ditambah lagi dengan kabut dan angin kencang yang menyelimuti, jarak pandang seorang pengendara pasti akan jauh lebih kecil daripada biasanya.

Kali ini tempo jalan pria berpayung ungu itu lebih kambat daripada sebelumnya. Berpijak di atas aspal dengan genangan air yang mengubang membuat langkahnya tidak bisa sebegitu tergesa seperti sebelumnya, atau kalau tidak genangan air itu akan menyiprat ke dirinya sendiri dan membuat semuanya menjadi semakin kacau. Dan karena itu, pria berkacamata bulat itu pun jadi lebih memperhatikan jalanan di sekitarnya sebagai teman dalam sepi kendati embun sedikit menutupi alat bantu pengelihatannya.

Dari balik lensa cekung yang menamengi kedua matanya, samar-samar dapat pria itu lihat ada sesosok gadis yang tengah berdiri di tepi jembatan dengan gelagat yang cukup aneh. Gadis itu memegang pilar horizontal yang membatasi sisi-sisi jembatan dan tampak berusaha naik ke atasnya, terbukti dengan kakinya yang beberapa kali tertangkap mata menyilang ke arah sungai di bawah jembatan dan tangannya yang mencoba menumpu beban agar kakinya mampu menaikkan tubuhnya ke atas sana.

Setelah cukup lama memperhatikan, finalnya si pria yang kala itu berjalan dalam frekuensi langkah kecil seketika terjengit panik dan memicingkan matanya kaget ketika melihat gadis itu berhasil naik ke salah satu pilar pembatas jembatan dengan kedua tangan yang direntangkan sebagai penyeimbang. Spontan, pria itu  pun mempercepat langkahnya dan langsung berlari menghampiri si gadis yang sudah hampir jatuh melompat ke sungai, tak peduli lagi dengan genangan air dan derasnya hujan yang tadi menjadi musuh bebuyutannya. Sekarang situasinya sudah berbeda. Antara sepatu sekolah dan tas serta buku-buku novel yang basah dengan nyawa seseorang meskipun ia tidak mengenalnya, tentu jika dipadankan keduanya tidak sebanding dan nyawa akan lebih penting keselamatannya.

"Tunggu!" Si pria berteriak sekeras mungkin di tengah kencangnya badai angin yang melawan ketika jarak di antara ia dan gadis itu sudah tidak jauh lagi.

Yang dipanggil pun menoleh, memperlihatkan wajah penuh keputus asaannya yang terguyur hujan dan tertutup sebagian rambut hitam panjangnya.

"Tunggu, tolong jangan!" Pria tersebut semakin berlari mendekat dengan payung yang sudah entah berantah sebenarnya menutupi tubuhnya atau tidak.

"Tolong jangan—tolong jangan lakuin itu," ucap si pria kembali di sela-sela napas yang terengah.

Namanya Kim Taehyung, atau singkatnya sebut saja Taehyung.

Euphoria | Kim Taehyung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang