Bab 36

2.7K 135 6
                                    

Rina menunggu di depan gerbang sekolah yang tertutup bersama para ibu-ibu dan pengasuh yang menunggu anak dan anak asuh mereka keluar dari kelas mereka masing-masing.

Karena sinar matahari yang terik, Rina duduk di bangku yang terletak di bawah pohon, bersama dua ibu yang juga sedang menunggu anak mereka.

"Anaknya kelas berapa Mbak?!" tanya seorang ibu yang berbadan tambun sambil membenahi lipstiknya yang hampir memudar.

"Anak asuh bu. Masih kelas dua," jawab Rina dengan tersenyum.

"Oh... yang wali kelasnya Miss Betty itu ya?!" sahut si ibu kurus ikut-ikutan nimbrung.

"Iya Miss Betty."

"Wah ati-ati aja kalau uda kena Miss Betty. Kalau sekali dia nggak seneng sama kita atau anak kita, pasti nilainya sering dikurangin!" seru si ibu tambun dengan raut wajah serius.

Si ibu kurus tadi ikut mengangguk dan berkata, "Iya... anakku dulu juga pernah diajar Miss Betty pas kelas dua. Eh... masak gara-gara anak saya lupa bawa kado ulang tahun buat dia, anak saya sering dimarahinlah... kadang juga dipersulit kalau pas ada ujian oral bahasa Inggris atau listening. Anak saya sampe stres nggak mau sekolah waktu itu!"

"Masak sih sampe segitunya?" Rina masih sangsi harus percaya atau tidak perkataan kedua ibu di depannya.

"Dibilangin kok. Diprotes pun Miss Betty itu nggak suka Mbak. Pernah saya komplain gara-gara ujian Inggrisnya nggak sesuai bahan, eh... anak saya yang disisihkan terus akhirnya. Kalau pas anak saya nggak ngerti trus nanya, mesti nggak dihiraukan. Kelihatannya aja diem sama baek Miss Betty itu. Tapi aslinya jahat orangnya!" imbuh si ibu tambun meyakinkan.

Tiba-tiba saja pagar dibuka sebentar dan sebuah mobil terlihat keluar dari lapangan parkir sekolah. Ternyata itu mobil Mr. Andy. Dengan sopan dia menurunkan kaca mobilnya untuk menyapa singkat orang-orang yang sedang menunggu di luar.

"Tuh... tuh... selingkuhannya Miss Betty lewat! Nggak tau malu... uda punya anak dua kok masih suka jajan di luaran!" si ibu tambun pun menambahkan dengan raut muka jijik.

Rina yang mendengar itupun terkejut. Dia tak menyangka kalau ada orang yang tau juga tentang perselingkuhan itu.

"Tau dari mana bu? Ibu pernah lihat sendiri emangnya?!" pancing Rina penasaran.

Si ibu tambun memutar bola matanya kesal sambil berbisik ke arah Rina, "Hampir tiap hari Mbak! Rumah kontrakannya Miss Betty kan dekat banget sama rumah saya. Kalau uda di atas jam enam malam, si Mr. Andy itu pasti sering mampir trus ngajak keluar. Lagaknya bok... uda kayak suami istri aja kalau pelukan!"

Pintu gerbang pun dibuka saat mulut Rina masih terbelalak kaget, gara-gara gosip yang baru saja didengarnya. Dia nggak nyangka kalau Miss Betty juga berani mengundang Mr. Andy ke rumahnya. Rina pikir cuma pacaran biasa aja. Nggak sampai sejauh saling mengunjungi rumah kayak gini.

"Miss... aku dapat nilai 100/100 hari ini pas tes mathematics dadakan!" pekik anak asuhnya dari pintu gerbang sambil berlari ke arahnya.

Tapi perhatian Rina terpusat pada Miss Betty yang juga keluar dari ruang guru menuju ke arah mobilnya diparkirkan.

"Oh ya? Pinter... senang Miss mendengarnya! Nanti Miss beliin coklat di Mall ya. Sekarang kamu naik ke dalam mobil dulu nunggu sama Pak Slamet. Miss mau ngomong bentar sama Miss Betty," bujuk Rina seraya mengelus rambut anak asuhnya.

"Ada apa Miss? Oh... mau minta maaf ya! Kemaren malam Adit sudah beritahu kok. Nggak apa-apa Miss langsung ngomong aja!"

Melihat wajah keramahan yang dibuat-buat itu, Rina seketika itu merasa mual. Dengan sinis dia memandang si wali kelas dari atas kepalanya sampai bawah.

"Kok wajahnya gitu! Tinggal ngomong aja lho padahal!"

"Masalahnya gini... saya ini nggak suka menjalani hidup dua peran. Kalau saya benci seseorang, saya akan membenci dia habis-habisan. Kalau saya suka, saya juga akan meluapkan rasa suka saya itu dengan tidak tanggung-tanggung. Makanya saya benci kalau melihat ada orang yang berpura-pura seperti serigala berbulu domba berkeliaran di sekitar saya!" tandas Rina dengan nada memperingatkan.

"Serigala berbulu domba? Maksudnya? Kok tiba-tiba ngomongin ginian sih? Bukannya minta maaf, malah ngomong ngalur-ngidul (kesana-kemari)!"

"Gitu aja kok nggak ngerti to Miss, katanya lulusan luar negri? Cuma segitu rupanya kecerdasanmu! Serigala berbulu domba itu ya sampeyan! Sampeyan pikir saya nggak ngeliat sampeyan ngapain aja sama Mr. Andy di taman belakang kemaren?!"

Mata wanita berparas bak Luna Maya itu terbelalak sesaat. Namun sepertinya Miss Betty ini seakan mempunyai tombol pengganti ekspresi atau bagaimana, karena dalam waktu semenit saja, ekspresinya tiba-tiba berubah tenang dan datar.

"Oh... masalah itu? Kirain ada apaan sampai saya kok dibilang serigala berbulu domba. Ini tahun berapa Mbak... kita nggak hidup di jaman yang dikekang seperti waktu jaman Kartini dulu. Di masa ini, saya bebas bercumbu dengan siapa saja yang saya mau. Di mana pun saya mau!" jelas Miss Betty tak tahu malu.

"Mau jaman Kartini kek... jaman modern kek... kalau soal perbuatan bermoral atau tidak, saya rasa semua orang masih akan berpikiran yang sama. Coba kalau memang Miss nggak takut, sebarin aja yang Miss lakukan kemarin sama Mr. Andy pada seluruh staf sekolah dan orang tua murid. Kita lihat apa benar pernyataan Miss tadi bahwa jaman sudah berubah dan Miss bebas bercumbu ria dengan siapa saja dan dimana saja Miss mau!" Nada bicara Rina semakin meninggi dan semakin sarat dengan kemarahan. Dia bahkan menggunakan telunjuknya untuk menunjuk-nunjuk Miss Betty berkali-kali.

Wajah si wali kelas itu mengeras dan terlihat kesal atas ucapan Rina tadi. Dia tau betul dia tak bisa berbuat seperti apa yang diusulkan si pengasuh sok ikut campur di depannya ini, yang tampak sudah seperti banteng yang marah dan kapan saja bisa menyeruduk dia.

"Kenapa diam?! Lidahmu uda putus atau gimana... takut kan kalau semua tahu! Ya iyalah takut, apalagi Mr. Andy itu sudah punya anak dan istri. Sekali sekolah dan wali murid tahu perbuatan kalian, pasti nggak perlu tunggu lama, kalian berdua langsung dikeluarkan!" gertak Rina semakin galak.

Si wali kelas tampak merenung sebentar, lalu berkata dengan entengnya, "Emangnya Mbak punya bukti?! Kalau cuma ngancam-ngancam, saya juga bisa. Mau bicara apapun sampeyan, kalau nggak ada bukti, mana ada yang percaya!"

Rina jadi bingung kenapa si wali kelas ini tiba-tiba menuntut bukti. Kan dia sendiri tadi sudah mengakui perbuatannya. Pakai sombong segala bilang dia bebas mencumbu siapa saja yang dia mau dan dimanapun dia mau, pikir Rina kesal.

"Bukti itu akan muncul suatu saat nanti dengan sendirinya. Tuhan itu nggak tidur Miss. Kalau padi kau tanam, nggak mungkin jagung kau tuai. Lihat saja nanti... suatu hari nanti kalian akan dengan sembrononya membuka aib kalian sendiri. Toh sekarang uda banyak tuh orang tua murid yang duduk-duduk di bangku penjemputan tadi, yang mulai menggosipi kalian. Nggak lama lagi pasti perselingkuhan kalian akan tercium sampai ke para staf di sekolah ini," jawab Rina disertai senyum kemenangan di bibirnya.

Miss Betty menghentakkan kakinya kesal dan beranjak begitu saja meninggalkan Rina seraya melontarkan beberapa makian dengan pelan sepanjang perjalanannya menuju mobil.

***

MENIKAH KARNA DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang