Bab 14

4.1K 240 2
                                    

Rina mencoba keras melepaskan cengkraman Adit di bagian depan bajunya dan berkali-kali menjauhkan kepalanya untuk menghindari cumbuan kasar cowok itu pada bibirnya.

Tangan Adit pun berpindah pada bagian belakang leher Rina. Dia memegang leher cewek itu dan memaksa wajah yang ketakutan itu memandang lurus padanya. "Kenapa menghindar? Bukankah biasanya kau suka dengan semua ini dan malah membalasnya dengan cukup lihai untuk ukuran cewek kuper sepertimu! Gini aja... kalau kau menurut, akan aku biarkan kau keluar tanpa lecet sedikitpun beberapa menit lagi, gimana... tertarik???"

Badan Rina bergetar mendengar perkataan itu dan matanya tampak menghindar dari wajah Adit yang berada seinchi saja dari wajahnya. Dia menggerakkan tangannya dan mendorong badan Adit sekuat tenaga supaya menjauh darinya. Kakinya pun berusaha menendang ke arah pangkal paha Adit dengan bertubi-tubi.

Sayangnya badan Adit yang lebih berotot dan lebih tinggi darinya, menahan pinggulnya dengan pinggul cowok itu dan menghimpit badan Rina di tembok belakangnya. Tangannya yang berada di dada Adit pun dicengkram dan dipegang erat oleh Adit ke belakang punggung wanita itu.

Rina membuka mulut untuk berteriak. Namun, Adit justru membungkamnya dengan bibirnya. Adit memastikan mulut cewek itu terus terbuka sehingga dia bisa melancarkan serangan bibir dan lidahnya pada mulut manis wanita itu.

Rina terkesiap saat merasakan lidah cowok itu menjelajah ke dalam. Dia merasa aliran gairah yang sangat kuat di sepanjang tubuhnya. Seakan-akan aliran listrik yang berkekuatan besar sedang menyambarnya dan membuat seluruh tubuhnya terasa lumpuh dan tak bisa bergerak.

Belum lagi Rina bisa menguasai dirinya, tiba-tiba saja dia merasakan tangan Adit sudah berpindah ke bagian tulang rusuknya dan perlahan merayap ke atas, berusaha membuka kancing baju seragam Rina. Dengan satu gerakan cepat, tangan lihai Adit berhasil membuat kancing dua teratas kemeja Rina berhasil terbuka.

Seketika itulah, Rina tersentak dan membuka matanya. Peringatan keras di kepalanya memperingatkan bahwa dia sudah membiarkan cowok ini berbuat terlalu jauh. Cowok yang sedang memeluknya ini memang terasa begitu tepat namun juga berbahaya pada saat bersamaan. Dia sadar betul bahwa setiap kecupan yang diberikan cowok ini hanyalah untuk melecehkannya. Dia memperingatkan dirinya agar berhati-hati dan tidak terhanyut dengan gairah palsu yang ditawarkan cowok yang pernah menjadi pacarnya ini.

Mata Rina menatap lekat cowok, yang saat ini masih sibuk menghujaninya dengan serangan ciuman, yang sangat terkenal pernah menundukkan beberapa Cheerleader dengan keahlian mencumbunya tersebut.

Dengan nada memohon, Rina berbisik pada Adit, "Aku mohon, dit! Jangan diteruskan lagi. Aku mengerti maksudmu... aku mohon berhentilah!"

"Lho... aku belum selesai kok. Baru segini saja masak sudah nggak kuat?!"

Tanpa menghiraukan permohonan Rina, Adit membuka beberapa kancing kemeja Rina dan menghujani leher cewek itu dengan kecupan di setiap bagiannya.

"JIka kau meneruskan, aku akan menggigit lidahku sampai putus! Aku nggak bercanda, dit!" ancam Rina dan berhasil membuat Adit berhenti.

Adit memandangi Rina dari atas sampai bawah dengan ekspresi menghina. Dengan muak, dia menjambak rambut cewek itu, membuka pintu tiba-tiba dan melemparkan Rina begitu saja ke lantai di depan murid-murid cewek yang waktu itu tampaknya sudah menggedor-gedor pintu toilet yang terkunci itu sedari tadi.

Tanpa perlu menunggu lama, para guru pun berdatangan dan langsung menyeretnya ke dalam ruang guru dan memarahinya habis-habisan.

"Kamu apain Rina tadi di dalam toilet? Jawab! Jangan diam aja kamu!" cecar sang kepala sekolah dengan sesekali memukul kepala Adit ke belakang.

MENIKAH KARNA DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang