[3] Selamat Datang Suka Duka

2K 355 391
                                    


_Selamat membaca_

•••

Bandar Udara Internasional Berlin-Schönefeld. Pesawat Kia mendarat di Bandara tersebut pada pukul 1 siang. Hampir Lima Belas jam Kia menduduki kursi Pesawat.

Berlin, tempat di mana Kia akan memulai semuanya. Tempat yang dijadikan sebagai ibukota Jerman. Merupakan kota besar sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan. Hampir semua penduduk rata-rata seorang pelajar yang Jenius dan Pandai. Tak diragukan lagi, Jerman adalah Negara yang sangat maju di Peraadaban Manusia.

Di kota ini juga si cantik Azkia lahir di Dunia, tempat sebagai pengepung rasa sakit dan bahagianya. Kia hanya berharap bahagianya akan kembali, bersama dengan kembalinya juga di Jerman.

Kia berjalan keluar pintu Pesawat, otot dan sendinya sudah sangat kaku. Dirinya segera melemaskan badan. Udara di Jerman sangat dingin, meskipun masih siang hari. Kia harus bisa beradaptasi dengan cuaca baru.

Kia menghirup udara dalam, dingin bercampur sejuk yang Kia rasakan saat ini. Namun, semakin lama badannya menggigil karena suhu yang jauh berbeda dengan Indonesia.

Matanya mengedar mencari tempat duduk di Lobi Bandara berniat me-rileks kan badan sebentar, sebelum dirinya nanti mencari tempat penginapan. Sungguh sangat lelah ingin segera mengistirahatkan badan.

Sayangnya, tak ada tempat duduk yang kosong hari ini, semuanya penuh dengan banyak orang. Banyak sekali yang mengantri membeli tiket. Anehnya, kenapa mereka harus membeli secara manual sedangkan zaman sudah berkembang, terutama di Negara ini yang sangat maju. Hal yang membuat Azkia yang lama tak kembali ke Negaranya menjadi kebingungan. Zaman telah banyak berubah.

Sadar dari keterpakuannya, tiba-tiba perut Kia berbunyi menandakan cacing-cacing di perutnya sedang mengharapkan akan diberi makan.

Alhasil niatnya untuk mencari tempat duduk di Lobi terbuang dan akhirnya keluar dari Bandara mencari toko untuk mengisi perut.

Kia menemukan toko yang untung saja tak jauh dari Bandara, sehingga cukup jalan kaki dirinya sudah berada di depan toko tersebut.

Koper dan barang bawaanya sudah Kia titipkan di depan toko, yang kebetulan ada tempat penyimpanan barang. Setelah itu Kia berjalan memasuki Toko tersebut.

Netranya memandang dan tangannya memilah untuk mencari makanan yang cukup mengganjal lapar. Di Rak, Kia mengambil roti berukuran sedang serta mengambil camilan lainya.

Setelah itu, Kia segera membawa barang belanjanya ke Kasir dekat pintu.

"Total semuanya, 9 Euro.." ujar Kasir menggunakan bahasa Jerman.

Kia menyerahkan kartu ATM berbasis Internasional lalu memberikan nya kepada kasir tersebut. Namun belum sampai ketangan kasirnya, sang kasir kembali bersuara.

"Maaf, apakah tidak ada uang Cash? Untuk saat ini seluruh toko dan jejaring lainya tidak menerima pembayaran melalui digital dan kartu ATM."

Dahi Kia mengkerut mendengar ucapat dari kasir tersebut, dirinya belum sempat menukar uang Rupiahnya ke Euro Jerman, karena dia baru saja sampai beberapa menit lalu.

"Anda bisa mengambil uang di Bank langsung, ada di dekat sini.." ujar kasirnya mempersilahkan.

Tak mau berdebat, akhirnya Kia mengalah, dia mengantongi kembali kartunya lalu keluar untuk menukar uang. Sungguh ingin melempar apa saja rasanya, mempersulit hidupnya sekali.

Tulisan Takdir Argimiro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang