Agam dan Renata ( 1 )

7K 443 13
                                    

Bunyi getaran ponsel pagi ini mengubah segalanya dalam duniaku, dunia yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan seperti ini, rencana-rencana yang telah kususun dengan rapi, bercerai tak berbentuk.
Pagi ini aku masih menggambar sketsa gambar pakaian yang nanti akan diproduksi untuk diluncurkan pada musim dingin bulan depan di butik milikku.
Ponselku berbunyi, aku membaca nama yang tertera " Bunda " aku menggeser tombol hijau menggunakan jariku.

" Halo Bunda "

Dari ujung telfon terdengar nafas Bunda yang tercekat, aku sadar jika sekarang Bunda atau Ayah sedang tidak baik-baik "

" sekarang ke Rumah Sakit, kondisi Ayah menurun "

Aku langsung mengiyakan dan beberes apa saja yang tercecer diatas mejaku, aku bergegas turun kelantai satu, menitipkan Butik ke Indi karyawanku.

Aku berlari tergopoh-gopoh ketika Bunda menelfonku kembali, dan menyakan keberadaanku.

" Renata sudah sampai Bun, ini lagi diparkiran mau kesitu "

" iya sayang "

Aku mengetuk pintu ruangan Ayah pelan, ketika aku masuk kedalamnya disitu sudah ada kedua orangtua dari kekasihku, yang memang merupakan sahabat dekat Ayah dan Bunda dari muda, sedangkan seseorang yang menggunakan stelan Dokter, aku sering memanggilnya Mas Agam, dia merupakan kakak dari kekasihku Raihan.

Aku melihat tangan Ayah melambai pelan kearahku, aku tak kuasa menahan airmataku melihat pahlawanku tak berdaya, aku menggegam tangan Ayah dan tak henti kumengecupinya, Bunda di belakangku memberi pelukan samar.

" Ayah jangan dilepas ", aku mencoba untuk menghentikan Ayah yang sedang berusaha membuka katup oksigen dihidungnya.

" Renata ", panggilnya lirih dan pelan, membuatku mencoba untuk fokus mendengar

" Ayah .... " suaranya tersendat, Bunda sudah menggenggam tangan Ayah " Sayang bicaranya nanti lagi saja yah, kamu istirahat saja "

" Renata " panggilnya sekali lagi

" iya Ayah, Rena disini " aku kening pahlawanku

" Ayah .. ingin melihat.. kamu menikah " pintanya dengan suara pelan seperti bisikan

" harus dong. Ayah kan walinya Rena, jadi Ayah yang nanti harus menikahkanku, Ayah harus sehat dulu, sambil nunggu Raihan pulang dari Jerman sebulan lagi "

Tangan Ayah meremas tanganku, dan yang satu mulai bergerak membawa tangan Mas Agam, menyatukan tangan kami.

" Ayah ingin kamu menikah dengan Agam, maka Ayah bisa pergi dengan tenang " ucap Ayah terbata-bata, penuturan Ayah membuatku kaget, tak terkecuali Mas Agam.

" tapi Om " Selanya pelan

" Om mohon padamu, ini permintaan terakhir".
"Hardi sahabatku, kumohon kabulkan permintaanku ". Pinta Ayah menatap Om Hardi, Om Hardi maju kulihat ujung matanya sudah berair, dia menggenggam tangan Ayah erat, " Pasti. Apapun keinginanmu akan aku penuhi, namun kau harus berjanji untuk sehat kembali. Apa kau tak mau kelak nanti menggendong cucu-cucu kita, bukankah kau ingin dipanggil Opung nanti".

Ayah tersenyum kecil, " terima kasih kawan", " Laeli, apa kau memberi restu " tanya Ayah pada Tente Laeli "

" Iya. Kau tak perlu khawatir. Aku akan menjaga menantuku dengan baik kelak".

Short Story Collections ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang