Tiga

17 3 0
                                    

"Aku ikut ya?"

"Enggak, sayang. Ini gak baik buat kamu."

Aldi mengeluarkan nafas berat. Khawatir rasanya membiarkan Alisha sendirian memasuki rumah itu. Seringkali mereka kesana, seringkali Alisha tak mengijinkan Aldi masuk dan seringkali Aldi geram ketika melihat kondisi Alisha ketika kembali.

"Aku bakal balik lagi. Love you." Alisha memeluk Aldi, menunjukkan bahwa apapun yang Alisha lakukan sampai detik ini, ia usahakan untuk terbuka.

"Love you too, hati-hati Sha. i'm stay here for you." Aldi mengecup kening Alisha.

Alisha berjalan pelan membawa setangkai plastik yang berisikan banyak makanan.

Langkahnya terhenti, menatapi rumah yang sudah beberapa tahun ia tinggalkan. Senyumnya terpapar sebentar mengingat memori yang rumah itu pernah berikan sebelum senyum itu memudar perlahan.

"Alisha..."

Alisha mendengar ucapan itu. Lalu dia masuk dengan langkah pelan diikuti oleh gadis yang memanggilnya.

"Papa barusan mandi. Udah 2 hari gak mau makan. Nanyain lo terus."

Jantungnya seketika berhenti, nampak banyak sekali khawatir didalam raut gadis berkulit kuning langsat itu.

"Lo gak usah khawatir. Papa baik-baik aja."

Alisha menghembuskan nafas pelan. Meletakkan tangkai plastik yang ia bawa diatas meja makan yang ada didepannya.

"Farah... obat? papa udah minum?"

Wanita itu diam. Alisha mengerti arti diamnya. Bola matanya berputar, "Farah, apa susah buat papa minum obatnya?"

"Lo tau apa yang terjadi sama gue kalo gue maksa papa buat minum obatnya."

Alisha mengusap wajahnya kasar.

"Lo yakin mau kesana?" Farah mengitimidasi langkah Alisha.

"Farah, dia juga bokap gue. Lo tau gue gak pernah takut bahkan gue harus mati sekalipun."

Lalu Alisha memegang kenop pintu berwarna coklat itu. Syukurlah, papa nya tidak mengunci dari dalam. Alisha pelan-pelan masuk.

Berantakan.

Buku-buku berserakan, isi bantal dan guling bertaburan. Banyak juga sekali kertas-kertas robekan disana.

Mata Alisha menemukan seseorang. Pria paruh baya, yang sangat amat disayanginya. Mata Papa nya terpejam. Kedamaian sedang menyelimuti aktivitas papa nya saat ini.

Alisha duduk dipinggir kasur. Memandangi dengan penuh sayang pemilik kamar itu.

"Paa..."

"Ini Sasha, Sasha datang." Bukan setetes dua tetes, Alisha menangis disana. Isakan nya tertahan oleh tangan nya sendiri.

Sasha, panggilan sayang satu-satunya.

Prio, nama ayah Alisha. Kedua orang tua Alisha bercerai. Saat setelah perceraian, Prio menikahi seorang wanita ber-anak satu yang bernama Farah itu. Sebenarnya, mental Prio terganggu ketika perceraian pertamanya. Lalu Prio bisa dibilang terkena penyakit mental, saat istri keduanya meninggal.

Pria itu mengerjap. Membuka matanya perlahan dan melihat tangan Alisha berada dipipi nya.

"Anak sialan!"

Praakk!

Alisha jatuh tersungkur merasakan serangan tiba-tiba dari atas kasur itu. Pipi nya memanas merasakan nyeri yang lumayan keras.

MY DEFENSE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang