prolog

2.4K 265 31
                                    

Perhatian :

Yang tidak suka jangan dibaca, don't send me a negative comment

Kita disini untuk menghalu bukan belajar menulis okey?

Tapi aku juga masih belajar memperbagus tulisanku kok.



Beberapa tahun yang lalu

-

-

-

Hari itu Chifuyu yang masih berusia 6 tahun, telah membuat kesalahan besar.

Ia secara tidak sengaja membuat barang kesayangan kakaknya jatuh ke sungai yang cukup dangkal. Benda itu berupa kalung lumba-lumba, hal yang diberikan sahabat kakaknya yang telah meninggal.

Tentu saja, kakaknya yang lebih tua satu tahun darinya itu sangat sedih. Chifuyu tidak mengatakan apapun soal itu, dia bertindak seolah itu bukan salahnya.

Dia takut kakak akan membencinya.

Setelah kejadian dimana dia menghilangkan kalung itu, Chifuyu serasa di teror rasa bersalah selama berhari-hari. Apalagi melihat wajah kakaknya yang belum membaik.

"Ayolah Mafuyu, ibu bisa membelikan yang baru. Jadi jangan terus bersedih ya." Sang ibu mengelus surai pirang abu Mafuyu.

"Tapi, itu hadiah terakhir yang diberikan Saori." Isak Mafuyu dengan matanya yang berkaca-kaca.

Chifuyu yang mendengar itu dari kejauhan, merasa semakin bersalah.

Sosok kakaknya yang selalu kuat dan berani, ini pertama kalinya Chifuyu melihatnya menangis. Seorang kakak yang selalu mengalahkan anak-anak nakal, ataupun dengan berani mendorong anak SMP yang sedang membuli ke sungai.

Jelas dia sangat mengagumi sosoknya. Dan dia tidak ingin sosok yang ia kagumi membencinya.

Besok harinya, Chifuyu menghilang.

Ibunya pulang untuk menjenguk nenek dan ayahnya sedang bekerja.

Mafuyu sendirian di rumah, anak itu berusaha berpikir bahwa adiknya sedang bermain diluar dan belum izin. Kebiasaan anak saat orang tua menghilang, mereka suka melakukan sesuatu seenak jidatnya.

Jadi hari itu, Mafuyu memutuskan untuk menghabiskan hari untuk menggambar. Bukan gambar 2 gunung dengan sungai yang mengalir dari gunung, juga matahari yang terselip diantaranya tidak lupa sawah yang terlihat seperti cucuk.

Kini Mafuyu memilih untuk menggambar Doraemon, kartun kesayangan sepanjang masa. Ia berusaha mengalihkan rasa khawatirnya, mungkin adiknya sedang tawuran sama tk sebelah. Pikirnya.

Namun sampai sore Chifuyu masih belum pulang.

Kini Mafuyu super khawatir, adiknya belum pamitan, belum makan, belum minum obat cacing, belum mandi pula.

Jadi dia memutuskan untuk mencari saudara laki-lakinya. Pertama-tama ia berkunjung kerumah tetangganya, dia tidak ada disana.

Di tk pun tidak ada.

Bahkan ditaman tidak ada.

Ataupun di tempat Mafuyu biasa bertengkar sama laki-laki juga tidak ada.

Mafuyu mulai pasrah, pikiran negatif yang membayangkan Chifuyu di culik orang-orang pedo menghantui pikiran nya. Iya tahu, adiknya nge gemesin sampai para shotacon ingin menculiknya.

Jadi Mafuyu berjalan pulang dengan lesu. Tapi dirinya berhenti tatkala melihat sosok adiknya yang berusaha mencapai daratan.

Dia tenggelam di sungai dan hampir terbawa arus.

Mafuyu berteriak panik. Ia dengan gegabah meloncat dari jembatan dan berusaha mendekat.

"Chifuyu, pegang tanganku!" Teriak Mafuyu berpegangan pada dahan pohon yang menjulur kebawah, tangan kanannya terulur agar Chifuyu bisa menggapainya.

Sumpah, ga ada orang lewat apa?!

Mafuyu merutuk dalam hati dan tangannya menggapai kerah baju Chifuyu.

Apalah daya tenaganya masih lemah membuat ia juga ikut jatuh kedalam sungai.

"Kakak...!" Lirih Chifuyu memeluk kakaknya.

"Tunggu sebentar. Kakak akan menyelamatkanmu!" Mafuyu tersenyum berusaha menenangkan adiknya, tangan kirinya masih setia bertahan pada dahan pohon itu.

Tubuh kecil Chifuyu bergetar kedinginan, percaya tidak percaya dia bertahan di sungai selama setengah jam lamanya.

"Peluk aku erat-erat!" Kata Mafuyu. Chifuyu mengangguk dan memeluk Mafuyu dengan erat, Mafuyu menggunakan kedua tangannya untuk menarik dirinya dan adiknya menggunakan tenaga yang tersisa dalam dirinya.

Cengkraman Chifuyu melonggar, beberapa kali dia tenggelam dan naik lagi ke atas, tubuhnya sekarang mulai lemas dan hampir pingsan.

Mafuyu sudah mencapai daratan, tapi tangan Chifuyu terlepas dari Mafuyu dan kembali tenggelam.

Sebelum itu benar-benar terjadi, Mafuyu meraih tangan adiknya dan menariknya ke atas. Ia terjatuh dengan Chifuyu yang tersedak air.

"Chifuyu siapa yang membuatmu jatuh ke sungai? Biar aku yang akan menghajar nya!" Ucap Mafuyu dengan nada marah.

Bukan menjawab justru Chifuyu menangis.

"Eh, eh. Jangan nangis, adik kakak kan laki-laki. Masa nangis. Cup cup cup." Mafuyu memeluk Chifuyu berusaha menghibur adiknya.

"Hiks... Aku... Maafkan aku... " Isak Chifuyu.

"Hmmm... Kenapa?"

"Aku.... yang menghilangkan kalung kesayangan kakak.... Hiks.... Aku tidak sengaja menjatuhkannya ke sungai... Hiks."
Ia cegukan, entah karena banyak air yang tidak sengaja ia telan ataupun karena tangisannya yang tidak kunjung berhenti.

"Tunggu, tunggu. Jadi kau menjatuhkan dirimu ke sungai hanya untuk mencari kalungku?" Tanya Mafuyu.

Chifuyu dengan ragu mengangguk. Matanya masih berkaca-kaca
"Tolong jangan membenciku.... "

Mana mungkin adikku sayang!!! Mafuyu menjerit dalam hati melihat ke imutan adiknya.

Mafuyu menarik Chifuyu kedalam pelukannya. "Aku tidak akan membencimu, Terima kasih karena telah berbuat sejauh ini untukku."

Chifuyu menangis sejadi-jadinya disana. Mafuyu tidak menghentikkan tangisan itu, ia mengusap pelan kepala adiknya itu

Mulai dari sinilah, sifat overprotektif Mafuyu terlahir.

Big Sister (Tokyo Revengers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang