Dumb Dumb

4 1 0
                                    

Hoseok yang dumb dumb ||Rate 13+ || Romance Comedy || Chaptered || SOMI X JHOPE ||Genre Song Fiction

Inspired by song: Somi, Dumb dumb.

Inspired by song: Somi, Dumb dumb

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sun present

@@@@

Jeong Hoseok. Aku tidak habis pikir dengan tingkah pemuda itu. Bukan sesuatu yang buruk padahal. Ini hanya karena ia tertawa-tawa dipinggir lapangan bersama anak-anak basket lainnya saat semua murid tahu bahwa ia adalah anak baru, pindahan dari SMA Gwangju.

Sekolah memang bukan menjadi suatu hal yang harus ditakuti, namun kupikir anak laki-laki lebih mudah beradaptasi di lingkungan yang baru. Sekali lagi ini bukan karena sesuatu yang buruk atau karena aku iri padanya, namun ini lebih pelik dan merepotkan lagi dari itu, yaitu: aku menyukainya. Sialan.

"Somi!"

"Woit." Yewel mulai lagi. Ia mudah menangkap gerak-gerikku diberbagai kesempatan.

"Kamu sedang lihat apa, hayo?"

"Aku sedang melihat monyet makan rumput dipinggir lapangan. Ya sedang menonton orang main basket lah. Kau ini bagaimana, sih?"

"Rumput?"

Aku jadi sewot bagai terkena serangan menstruasi di pertengahan bulan karena teman perempuan menyebalkanku ini, Kim Yewel. Ia baru akan duduk di sampingku dengan sekotak jus guava yang sedang ia sesap sambil perlahan  mengamati jalannya pertandingan. Sekolah kami sedang menyelenggarakan kompetisi lomba basket yang pesertanya dari seluruh SMA di Seoul. Dan entah kenapa dari ramainya orang di sini, Jeong Hoseok itu dapat menyita hampir seluruh dari atensiku.

"Jeong Hoseok itu anak baru kan, tapi kenapa dia mudah sekali bergaul dengan anak-anak basket? Padahal ia tidak ikut pertandingan pula, tapi bisa mengobrol begitu dengan Min Yoongi. Tertawa-tawa lagi. Kamu tidak iri, Somi?"

Benar, Yoongi itu adalah idola remaja di sini yang punya kepribadian introvert. Ia tidak banyak bicara namun sekalinya berbicara kata orang ber-damage. Tingkahnya tidak banyak namun sekalinya bertingkah--ber-damage. Gaya rambutnya tidak trendi namun sekalinya cukur ber-damage. Aku tidak mengerti maksudnya bagaimana namun yang kurasakan pasti Min Yoongi itu memang laki-laki ber-damage. Oh, andai Yewel tahu, meski Yoongi itu memang tipe ideal diatas segalanya, namun yang membuatku iri sekarang adalah dia, sebab ia yang sedang diajak bercanda oleh Jeong Hoseok. Pemuda aneh yang jauh dari kata ber-damage itu, memiliki usia dua setengah hari sebagai anak baru di SMA JeongJin, telah mencuri paksa hati seorang dewi yang lemah akan senyuman ramah seorang lelaki.

Huh..

Bisa gila aku. Tenang, Jeon Somi. Kendalikan dirimu dan pergilah untuk mendapatkan nomor telfonnya siang nanti. Jangan hanya mengaguminya dari kejauhan seolah kau tak pantas mendapatkannya. Lakukan apa yang harus kau lakukan. Biar hasil yang menilai kelayakannya.

"Oke!"

"Oke, apa?"

Aku kemudian berdiri diantara siswa-siswi yang tengah duduk di bangku penonton. Menandai wajah Jeong Hoseok dengan tanda silang dari kejauhan sebagai buronanku mulai dari sekarang.

"Somi, kamu mau ke mana?" tanya Yewel dengan raut bingung. Aku menyeringai.

"Aku? Aku akan ke arah laki-laki yang kusukai."

"Hah? Siapa?"

Oke, baiklah, aku sudah tidak peduli lagi dengan dunia. Mau ditahu atau tidak, aku akan menghapus rasa maluku. Namun aku melarikan diri secepat yang kubisa agar rasa malunya berkurang.

"Jeong Hoseok...!"

@@@@

Aku mengintip ruang latihan dance yang ternyata sepi. Di kamar mandi tadi sedang penuh sedangkan setengah jam lagi kelas dance akan dimulai. Terpaksa, aku mengganti kaus di ruangan itu. Sebisa mungkin tidak memakan waktu karena baru beberapa menit saja seseorang sudah main masuk tanpa permisi ke dalam ruangan. Aku yang membelakangi pintu untungnya dengan santai tinggal menurunkan belakang bajuku dengan gesit sepersekian detik dari kejadian itu, kemudian berbalik badan ingin menangkap basah si pelaku.

"Ugh! Aku tidak lihat. Serius!"

Aku terbelalak, nyaris membekap mulut sendiri kalau tidak segera sadar masih berpura-pura tidak tahu tentang orang yang dengan gerakan spontan menyilangkan tangan didepan dadanya ini. Astaga. Itu adalah Jeong Hoseok. Kebetulan macam apa ini?

"Halo... Namaku Jeon Somi." sontak punggungku membungkuk lebih dulu dan amarahku berubah menjadi rasa malu.

"Oh, iya, halo... Namaku Jeong Hoseok." Ia kebingungan dengan mulut yang membentuk huruf o. Gelagapan. "Ta-tapi benar, lho, aku tidak lihat apa-apa. Aku lihat kamu sudah turunkan baju, mungkin kamu baru mau ganti baju di sini."

"Ah, iya. Aku sudah selesai, kok. Jangan terlalu dipikirkan. Sudah biasa."

"Sudah biasa? Jadi... kamu sering mengganti bajumu di sini?"

Aku tidak sanggup bersuara, jadi aku mengangguk saja sekuatnya.

"Oh... Baiklah. Mulai besok aku akan mengetuk pintu dulu sebelum masuk, ya. Maafkan aku."

Apa? Mengetuk pintu? Maafkan aku? Kata dari mana itu?

Secara teknis aku yang salah karena mengganti baju di tempat yang tidak seharusnya, namun bukannya menyarankanku untuk mengganti baju di tempat lain, ia malah minta maaf. Bahkan berjanji untuk mengetuk pintu pula.

Aku hampir lupa ada perkataan seperti itu untuk mengurangi amarah seseorang. Sebab disini, kendati anak konglomerat sekalipun, mereka tidak pernah berkata maaf walau sudah berbuat salah. Mendengar kata itu membuatku merasa seolah Hoseok yang telah menciptakannya.

"Kamu jago nge-dance?" tanyaku pelan. Ia mengangguk tak mengangguk.

"Hm, mungkin. Sedikit. Aku masuk ke sini karena ingin belajar nge-dance. Kamu sendiri bisa?"

"Aku?" Karena diberi kesempatan untuk menyombongkan diri, aku langsung freestyle. Menggerakan pundak dan tanganku untuk melakukan popping.

"Uwah!" Hoseok terkejut sekaligus terpukau.

"Perkenalkan, aku queen dari segala queen dance di sini. Selamat! Kamu bertemu orang yang tepat!"

Ia tertawa dan bertepuk tangan. Aku tidak menyangka sesederhana itu membuatnya bereaksi. Aku yang terlanjur mengulurkan tangan pun disambut hangat olehnya dan senyuman yang begitu lebar. Hanya dengan rematan tangannya yang besar, aku bisa merasakan nuansa matahari yang begitu bersinar-ceria.

"Aku tidak tahu apakah bisa melakukannya dengan baik atau tidak, tapi bertemu putri sepertimu membuatku yakin bisa menjadi raja dance juga. Senang berkenalan denganmu, Somi. Semoga kita bisa berpatner dengan baik, ya."

Semoga kita bisa berpatner dengan baik, ya...? Telah membuatku terkena demam tinggi selama dua hari setelahnya. Tapi, mari anggap itu karena aku menerobos hujan saat pulang sekolah kemarin.

Malamnya, terbungkus selimut tebal, aku berpikir bahwa Hoseok bukanlah orang yang patut digilai. Ia hanya manusia biasa yang bahkan kelewat sederhana. Mana ada seseorang yang belum pernah menari sebelumnya langsung hafal tarian hanya dengan sekali lihat? Iya, gilanya Hoseok melakukan itu kemarin, dan tariannya lebih mahir dariku. Kenapa ia begitu terpesona dengan tarian bebek orang lain saat ia sendiri dapat membuatku terpukau dengan breakdance juga kelenturan tubuhnya yang super elatis? Ia benar-benar aneh karena hari itu juga langsung dinobatkan sebagai raja dance meski selalu berkilah dengan menyilangkan tangan dengan tawa yang canggung. Apa ia tidak menyadari keistimewaannya? Atau hanya bersikap rendah hati? Arghhh, aku tak mengerti. Aku semakin suka dia.

@@@@




Akan berlanjut ke part 2, tapi jangan lupa vote and coment ya...!!!! #Terimakasih😁😁😁

BTS FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang