33. 🌻

5.9K 1.2K 2.8K
                                    

"Assalamu'alaikum?" Zayn mengecup lembut perut Qia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum?" Zayn mengecup lembut perut Qia. Rasanya begitu lega saat dia berhasil menemani istrinya melewati masa-masa kehamilan di trimester pertama. Di kehamilan istrinya yang kali ini kesabaran Zayn benar-benar diuji. Selain nafsu makan yang berubah, istrinya itu berubah jadi sangat sensitif.

Qia mengusap rambut Zayn. Perutnya mendadak terasa geli karena janin dalam perutnya bergerak aktif. Selalu seperti ini jika Zayn mengajak berinteraksi.

"Geli tau A, adek bayi gak bisa diem," kata Qia. Zayn tertawa kecil. Telapak tangannya dia letakkan di atas perut sang istri.
Cowok itu beralih menatap wajah istrinya, dia tak mampu menahan gemas saat melihat pipi gembil istrinya. Belum lagi bibirnya yang merona merah. Sukses membuat Zayn salah fokus

Kenaikan berat badan di kehamilan Qia yang kedua ini cukup banyak sekali. Berat awal gadis itu hanyalah 45 kg. Tapi saat kemarin kontrol kandungan karena kehamilannya sudah memasuki minggu ke-20. Berat badan Qia jadi 55 kg. Naik sepuluh kg.

"Aku suka kalau kamu gemuk gini," bisik Zayn. Qia tersenyum malu.

"Kata dokter Nana, berat adek bayinya 290 gram terus panjangnya 16,5 cm." Qia memberikan penjelasan pada Zayn yang asyik mengelus perutnya.

Qadarullaah pada periksa kehamilan kemarin Zayn berhalangan hadir. Jadilah Qia pergi check-up bersama Rumaysha. Ngomong-ngomong soal check-up. Karena para suami disibukkan urusan pekerjaan, jadilah Maika yang menemani anak dan menantunya. Nenek muda satu itu begitu antusias menyambut kelahiran cucunya. Apalagi saat mendengar Qia hamil. Hebohnya bukan main. Di saat Dehan dan calon adiknya disambut dengan begitu meriah oleh kedua orang tua Ardan. Bahkan Papanya Ardan sampai mengadakan syukuran besar-besaran. Qia hanya punya Maika dan Rafan sebagai orang tua yang begitu antusias terhadap kehamilannya.

Kalau mengingat hal seperti ini, Qia sedikit sesak. Bukan karena iri pada Rumaysha. Sama sekali tidak. Dia hanya merasa ... sedikit sedih.

Kenapa tidak ada orang tuanya yang tersisa?

"Kamu kenapa?" Zayn menatap wajah istrinya yang berubah sedih.

Qia mengusap sudut matanya yang berair.

"Kangen Ibu sama Bapak, A," lirih Qia.

Zayn bangkit dari posisinya. Cowok itu menarik Qia ke dalam pelukannya.
"Aku harus apa biar kamunya enggak sedih?" Qia tertawa kecil. Dia melepaskan pelukannya.

"A Zayn cukup di samping aku aja. Jangan tinggalin aku. Itu aja cukup, hehe maaf ngerusak suasana. Aku suka kepikiran mereka aja gitu." Qia tersenyum getir.

"Kalau kangen sama Putra, ada obatnya. Aku bisa ke Bandung, atau gak nelepon dia aja udah cukup. Tapi buat bayar rasa kangen aku sama Ibu, Bapak, atau Iyan ...." Qia menarik napasnya yang terasa sesak.

Tidak. Dia tidak boleh begini.

"Udah mau jam setengah 7, aku siapin baju kerja buat A Zayn dulu," kata Qia tidak mau terlarut dalam rasa sedihnya.

Finally I Found You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang